SLEMAN, POPULI.ID – Seni tradisi kembali menyapa dunia anak-anak. Puluhan siswa SDN Gabahan, Mlati, Sleman, Kamis (21/8/2025), mengikuti workshop pengenalan dan pembuatan wayang suket yang digelar oleh Wayang Suket Indonesia.
Kegiatan ini menjadi cara kreatif untuk melestarikan budaya sekaligus mengajak generasi muda lebih dekat dengan akar tradisi mereka.
Dalam workshop ini, siswa tidak hanya diajak mengenal sejarah wayang suket, tetapi juga mempraktikkan langsung cara membuat wayang dari rumput mendong.
Antusiasme terlihat sejak awal kegiatan, terutama ketika mereka mulai merangkai rumput menjadi bentuk tokoh wayang.
“Ini hari pertama kami menggelar workshop di sekolah, dimulai dari SD Negeri Gabahan. Selanjutnya akan berlanjut ke SD, SMP, hingga SMA, khususnya sekolah negeri di Jogja. Semuanya gratis,” kata Gaga Rizky, Founder sekaligus Creative Director Wayang Suket Indonesia.
Wayang suket sendiri merupakan wayang tradisional yang dibuat dari rumput mendong, tanaman yang banyak tumbuh di wilayah Mlati dan Minggir, Sleman.
Dalam sesi praktik, siswa diminta membuat tokoh laki-laki alus, bentuk dasar yang paling sederhana.
Menurut Gaga, workshop ini lahir dari kekhawatiran terhadap semakin jauhnya anak-anak dari budaya lokal.
“Sekarang anak-anak lebih tertarik pada budaya luar seperti K-pop. Kami ingin mengenalkan kembali warisan budaya kita lewat cara yang menyenangkan,” ujarnya.
Menariknya, wayang suket tidak memiliki pakem seperti wayang kulit. Kreativitas anak-anak menjadi kunci.
“Satu tokoh bisa berubah peran tergantung cerita. Wayang yang digunakan untuk Roro Jonggrang bisa saja jadi Timun Mas,” jelas Gaga.
Wayang suket juga punya nilai ekonomi karena bahan dasarnya didapat dari petani lokal.
“Kami percaya, di setiap helainya ada doa dari petani mendong,” tambahnya.
Meski terlihat sederhana, wayang ini cukup awet. Gaga mencontohkan, wayang buatannya dari tahun 2017 masih bertahan hingga kini, selama disimpan dengan baik.
Selain sebagai sarana edukasi, wayang suket juga bisa dikembangkan dalam seni modern seperti shadow visual art atau sinema bayangan.
Workshop ini memberikan pengalaman baru bagi siswa, di antaranya Rara, siswi kelas 6 SDN Gabahan.
“Sebelumnya belum pernah main wayang suket, ini pertama kalinya. Senang banget bisa bikin sendiri,” katanya.
Ia bahkan berencana membawa pulang karyanya dan membuat lagi di rumah.
Wayang Suket Indonesia sendiri sudah aktif mengenalkan tradisi ini sejak 2020 dan pernah berkeliling 33 kota di Jawa.
November mendatang, mereka akan mewakili Indonesia dalam festival wayang di Italia.
(populi.id/Gregorius Bramantyo)