SLEMAN, POPULI.ID – Fenomena menurunnya minat orang tua menyekolahkan anak di SD Negeri mulai menimbulkan dampak serius.
Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Sleman mencatat sebanyak 62 SD Negeri hanya menerima kurang dari 10 siswa dalam proses penerimaan murid baru (SPMB) tahun ajaran 2025.
Sekretaris Disdik Sleman, Sri Adi Marsanto, menyebut jumlah tersebut merupakan hasil akhir seleksi SPMB, bukan sekadar angka pendaftar.
Dari total 374 SD negeri di Sleman, puluhan sekolah itu mengalami kekurangan siswa secara signifikan.
“Tren orang tua yang lebih memilih sekolah swasta terus meningkat. Banyak yang mempertimbangkan basis agama yang lebih kuat, kualitas layanan pendidikan, atau bahkan memilih SD Negeri lain yang lebih jauh namun dinilai lebih baik,” ujarnya pada Jumat (11/7/2025).
Tak hanya soal preferensi, menurut Adi, faktor demografi juga turut memengaruhi rendahnya jumlah murid baru. Di beberapa wilayah, jumlah anak usia sekolah yang tinggal di sekitar SD Negeri memang sangat terbatas.
Di sisi lain, batas usia minimal masuk sekolah membuat sebagian anak belum bisa diterima.
Meskipun kekurangan siswa, kegiatan belajar mengajar tetap dilaksanakan. Namun, Adi mengakui bahwa kondisi ini membuat proses pendidikan menjadi kurang efektif dan efisien.
Untuk mengatasi permasalahan ini, Disdik Sleman tengah mengkaji wacana regrouping atau penggabungan sekolah yang kekurangan murid.
Kajian teknis sudah tersedia, tetapi implementasinya masih harus menunggu keputusan kepala daerah, karena bukan menjadi kewenangan Dinas.
“Regrouping masih dalam tahap wacana. Sembari menunggu kepastian, kami tetap fokus meningkatkan kualitas SD Negeri baik dari sisi tenaga pendidik maupun fasilitas. Workshop dan forum diskusi rutin kami gelar agar masyarakat memiliki banyak pilihan sekolah berkualitas,” kata Adi.
Lebih rinci, Kepala Seksi Kelembagaan SD Disdik Sleman, Sartini, menyebut ada 11 SD Negeri yang hanya mendapatkan antara satu hingga tiga siswa.
Sekolah-sekolah tersebut tersebar di tujuh kapanewon dan semuanya hanya membuka satu rombongan belajar (rombel) dengan kuota 28 siswa.
Berikut daftar 11 SD yang paling minim peminat berdasarkan hasil SPMB online:
1 siswa : SDN Minomartani 2
2 siswa : SDN Balangan 2, SDN Rejosari, SDN Banyurejo 4, SDN Turen
3 siswa : SDN Bakalan, SDN Caturtunggal 6, SDN Taraman, SDN Cungkuk, SDN Blembem, SDN Kiyaran 2
Meski pendaftaran offline masih berlangsung, Sartini menegaskan bahwa jumlah siswa tambahan tidak akan terlalu signifikan untuk menutup kekurangan.
Tak hanya di jenjang SD, dua SMP Negeri di Prambanan juga mengalami kekurangan siswa. SMPN 3 dan SMPN 4 Prambanan masing-masing kekurangan lima murid.
Adi menyebut, beberapa siswa memilih melanjutkan sekolah ke wilayah Klaten yang lebih dekat dengan tempat tinggal mereka.
“Ada juga kasus anak yang setelah lulus SD diminta membantu orang tua bekerja. Ini jadi tantangan besar bagi dunia pendidikan untuk terus menyosialisasikan pentingnya pendidikan,” ungkapnya.