SLEMAN, POPULI.ID – Pemerintah Kabupaten Sleman berupaya memastikan permainan tradisional tidak hilang dari masyarakat di tengah tuntutan zaman dan rendahnya pengenalan dari lingkungan.
Kepala Bidang Warisan Budaya Dinas Kebudayaan (Disbud) Sleman Esti Listyowati menyampaikan upaya tersebut dilakukan melalui internalisasi yang dilakukan ke sejumlah kepala sekolah.
Hal itu dilakukan bersama melalui forum yang diselenggarakan oleh Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan (BKPP).
“Kemarin kami internalisasi ada internalisasi bersama BKPP kepada kepala sekolah kepala sekolah SMP untuk bisa mengenalkan (kepada para siswa),” ujarnya saat diwawancarai Senin (13/10/2025).
“Itu yang diinternalisasi kepala sekolah, kita mengarahkan untuk bisa mengenalkan (kepada para siswa) di layar TV sekolahnya. Nanti harapan setelah melihat akhirnya dipraktekkan,” katanya.
Ia ingin agar sekolah sekolah di Bumi Sembada kembali menggelorakan permainan tradisional maupun tembang Jawa.
Dinas Kebudayaan menyampaikan telah mendata sejumlah permainan-permainan tradisional yang perlu mendapat tindakan.
“Kalau mau hilang (permainan tradisional) hampir semua, rata-rata iya hampir punah semua. Tapi itu memang tugas kita kita ada bidang yang menangani, kita akan galakkan,” katanya.
Disebutnya, Dinas Kebudayaan terkendala dengan refocusing anggaran akibat potongan pembiayaan dari Dana Keistimewaan (Danais) yang menyebabkan sejumlah program seperti Festival Dolanan Anak, seperti yang tahun-tahun sebelumnya dilakukan.
“Kalau anggaran (Danais) sudah kembali normal nanti kita akan menyelenggarakan (Festival Dolanan Anak),” ujarnya.
Sementara itu Kepala Disbud Ishadi Zayid menyampaikan bahwa permainan tradisional merupakan salah satu bagian dari pemajuan kebudayaan serta meningkatkan toleransi sebagai sebuah pelaksanaan pembangunan dimulai dari usia dini.
“Pelestarian kebudayaan dimulai dari anak usia dini jangan sampai kemudian generasi muda kita tidak mengetahui akar budaya,” katanya.
“Dalam permainan tradisional itu kita tidak melihat bentuk fisiknya tapi nilai filosofi yang terkandung gotong-royong, selalu menghargai kejujuran, dengan memahami nilai budaya tradisional Jawa,” katanya.
Mantan Kepala Dinas Pariwisata Sleman tersebut menyampaikan bahwa permasalahan terkait mulai menghilangnya permainan tradisional di Kabupaten Sleman akibat peran orang tua yang tidak memberikan pemahaman.
Ishadi menyampaikan pihaknya menggandeng sejumlah Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan kelompok masyarakat untuk menanamkan nilai-nilai budaya pada setiap event yang diselenggarakan.
Pihaknya juga menggandeng Komite Permainan Rakyat Tradisional Indonesia (KPOTI) agar permainan-permainan tradisional hidup kembali di Kabupaten Sleman.
Di Sleman disebutnya masih ada kelompok masyarakat yang berupaya melestarikan budaya Jawa yang dikelola secara mandiri bernama Paguyuban Memetri Wiji yang dikelola oleh PNS bernama Tri Joko.
Paguyuban tersebut menurutnya salah satunya berfokus untuk melestarikan budaya Jawa melalui pembelajaran kepada sejumlah anak muda lintas generasi.
“Saya berharap Paguyuban ini bisa direplikasi di daerah-daerah lainya di Kabupaten Sleman,” katanya.
(populi.id/Hadid Pangestu)