• Tentang Kami
Wednesday, October 29, 2025
populi.id
No Result
View All Result
  • Login
  • HOME
  • NEWS
    • GLOBAL
    • NASIONAL
    • POLITAINMENT
  • SLEMAN
  • BANTUL
  • KOTA YOGYAKARTA
  • KULON PROGO
  • GUNUNGKIDUL
  • JATENG
    • KEDU
    • SOLO RAYA
  • BISNIS
  • UMKM
  • SIKAP
  • PSS SLEMAN
  • URBAN
    • SPORT
      • LIGA
    • CENDEKIA
    • KESEHATAN
    • KULTUR
    • LIFESTYLE
    • OTOMOTIF
    • TEKNO
  • HOME
  • NEWS
    • GLOBAL
    • NASIONAL
    • POLITAINMENT
  • SLEMAN
  • BANTUL
  • KOTA YOGYAKARTA
  • KULON PROGO
  • GUNUNGKIDUL
  • JATENG
    • KEDU
    • SOLO RAYA
  • BISNIS
  • UMKM
  • SIKAP
  • PSS SLEMAN
  • URBAN
    • SPORT
      • LIGA
    • CENDEKIA
    • KESEHATAN
    • KULTUR
    • LIFESTYLE
    • OTOMOTIF
    • TEKNO
No Result
View All Result
populi.id
No Result
View All Result
Home Cendekia

Pakar UGM Ungkap Biang Kenapa Generasi Muda Kurang Minati Ilmu Sains

Dalam waktu belakangan mencuat kabar minat generasi muda terhadap ilmu sains terutama fisika menurun. Akademisi menyebut ini perlu jadi perhatian

byGalih Priatmojo
February 23, 2025
in Cendekia, headline
Reading Time: 3 mins read
A A
1
Ilustrasi belajar ilmu sains

Ilustrasi belajar ilmu sains. [pexels/RF._.studio]

0
SHARES
30
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare via WhatsApp

SLEMAN, POPULI.ID – Dalam beberapa pekan terakhir ini, mencuat kabar soal minat generasi muda menurun terhadap ilmu sains, khususnya fisika.

Bagi para akademisi yang berkecimpung dalam ilmu sains, kondisi ini mengisyaratkan lampu merah yang harus mendapat perhatian dari banyak pihak. Pasalnya tanpa pemahaman yang kuat terhadap bidang sains, sebuah bangsa dinilai akan kesulitan bersaing di era teknologi saat ini.

BERITA MENARIK LAINNYA

La Nina Bakal Landa Indonesia hingga Januari 2026, Akademisi UGM Minta BMKG Jelaskan Dampaknya

Hadiri Dies Natalis Fakultas Kehutanan UGM, Jokowi Singgung Soal Prabowo dan Kabinetnya

Wakil Dekan Bidang Penelitian dan Kerjasama FMIPA UGM Wiwit Suryanto menilai banyak faktor menjadi penyebab minat siswa terhadap sains diantaranya metode pengajaran kurang menarik. Apalagi sistem pendidikan saat ini, disebutnya, masih berfokus pada hafalan rumus dan teori tanpa memberikan pengalaman eksplorasi yang cukup.

“Belum lagi, kurangnya eksperimen dan praktik langsung membuat sains terasa abstrak dan sulit dipahami,” kata Wiwit seperti dilansir dari laman UGM, Minggu (23/2/2025).

Wiwit pun tidak menampik kenyataan bila kurangnya minat terhadap sains ini dikarenakan sains dinilai tidak bersinggungan dengan kehidupan sehari-hari masyarakat.

Bahkan tidak sedikit siswa mempertanyakan manfaat belajar sains karena sangat jarang dikaitkan dengan teknologi sehari-hari yang bersinggungan hidup mereka, seperti smartphone, internet, atau kendaraan listrik. Belum lagi soal persepsi sains yang membayangkan sains itu ilmu sulit dan hanya untuk orang jenius.

“Ketidakmampuan melihat manfaat langsung dari ilmu sains membuat mereka kehilangan motivasi untuk mempelajarinya. Banyak siswa merasa takut terhadap simbol, angka, dan persamaan matematika yang kompleks. Narasi hanya orang jenius yang bisa memahami membuat banyak siswa menyerah sebelum mencoba,” jelasnya.

Padahal, kata dia, Michael Faraday sebagai bapak elektromagnetik itu ternyata bukan jago matematika maupun fisika teori. Ia hanya sangat betah dalam mengotak atik alat eksperimen di laboratorium. Sehingga kurangnya figur inspiratif di bidang sains turut punya andil menurunnya anak muda belajar sains.

“Banyak orang tidak tahu tentang siapa Michael Faraday. Sains jarang dipromosikan melalui media populer, sementara profesi di bidang bisnis, seni, dan hiburan lebih banyak mendapat sorotan. Akibatnya, siswa kurang memiliki role model ilmuwan atau inovator yang dapat menginspirasi mereka. Mungkin jaman saya dulu ada Pak Habibie yang begitu saya idolakan seorang teknokrat hebat. Nampaknya kita perlu figur-figur ahli sains yang sering ditampilkan di media,” ucap Wiwit.

Menurutnya, jika generasi muda semakin lama tidak berminat pada sains akan berdampak pada kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Indonesia sebagai bangsa besar akan terus ketergantungan teknologi pada negara asing. Tanpa memiliki ilmuwan dan insinyur yang kompeten, Indonesia hanya akan menjadi konsumen teknologi, bukan produsen.

“Negara tentu akan semakin bergantung pada teknologi impor, yang dapat menghambat kemandirian dan daya saing nasional”, ungkapnya.

Di era persaingan saat ini, kata Wiwit, negara-negara maju seperti China, Jepang, Taiwan, Korea dan Amerika Serikat berinvestasi besar-besaran dalam riset sains dan teknologi. Jika generasi muda Indonesia tidak tertarik pada sains, tentu akan membuat semakin tertinggal dalam persaingan global. Menurutnyam kondisi ini bisa berakibat pada lemahnya daya saing. Bahkan menjadikan negera kita minim memiliki inovasi untuk menyelesaikan masalah nasional seperti penyelesaian soal krisis energi, perubahan iklim, ketahanan pangan, dan mitigasi bencana alam.

“Tanpa ilmuwan dan peneliti muda, sulit bagi Indonesia untuk menemukan solusi inovatif bagi masalah-masalah ini”, paparnya.

Wiwit pun menilai kurikulum saat Ini tidak menggiring siswa minat mendalami bidang sains. Sistem pendidikan di Indonesia, dinilainya, masih memiliki beberapa kelemahan dalam menarik minat siswa terhadap sains.

Disamping terlalu berfokus pada hafalan dan teori, pembelajaran masih menekankan pada rumus dan definisi, bukan eksplorasi dan pemecahan masalah.  Kurang dilakukan pendekatan secara interaktif dan eksperimen. Laboratorium-laboratorium sains di banyak sekolah kurang memadai yang menjadikan siswa tidak memiliki kesempatan untuk melakukan eksperimen secara langsung.

“Evaluasi berbasis ujian, bukan pemahaman konseptual. Model ujian masih mengutamakan hafalan, bukan kreativitas dan pemahaman yang mendalam”, urainya.

Melihat kondisi ini, Wiwit berpendapat meningkatkan minat siswa mempelajari dan mendalami sains menjadi tantangan bangsa Indonesia kedepan. Ada beberapa solusi, ia tawarkan untuk meningkatkan minat siswa terhadap sains, diantaranya mewajibkan pelajaran sains di sekolah dan mengubah cara mengajar dari hafalan ke eksplorasi.

Perlu dilakukan meningkatkan pembelajaran berbasis eksperimen dan proyek nyata disertai penggunaan teknologi digital seperti simulasi, augmented reality, dan coding interaktif. Bisa pula dengan memperlihatkan pada siswa relevansi sains dalam kehidupan sehari-hari. Terlebih mengaitkan pelajaran sains dengan teknologi modern yang digunakan para siswa. Sesekali, menurutnya, bisa pula mengadakan kunjungan ke industri dan kolaborasi dengan perusahaan teknologi.

“Jika  memungkinkan menghadirkan role model agar menginspirasi para siswa. Misal menghadirkan ilmuwan dan inovator Indonesia yang sukses di bidang sains dan teknologi. Mengadakan program mentorship dan seminar inspiratif tentang karier di bidang sains dengan disertai perbaikan kurikulum dan lainnya,” pungkasnya.

Tags: Fisikahafalanilmu sainspakarUGMWiwit Suryanto

Related Posts

Ilustrasi hujan

La Nina Bakal Landa Indonesia hingga Januari 2026, Akademisi UGM Minta BMKG Jelaskan Dampaknya

October 23, 2025
Mantan Presiden Joko Widodo saat meghadoro Dies Natalis Fakuktas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM), Selasa (17/10/2025).

Hadiri Dies Natalis Fakultas Kehutanan UGM, Jokowi Singgung Soal Prabowo dan Kabinetnya

October 17, 2025
Ilustrasi keracunan

Ratusan Siswa SMAN 1 Teladan Keracunan MBG, Pakar Gizi UGM Pernah Wanti-wanti Soal Waktu Konsumsi

October 16, 2025
Ilustrasi ayah dan anak

15,9 Juta Anak di Indonesia Berpotensi Tumbuh Tanpa Peran Ayah, Pakar Ungkap Dampaknya

October 16, 2025
Ilustrasi makanan dalam kemasan plastik [vecteezy/Aleksey Matrenin]

Rerata Orang Indonesia Telan 15 Gram Mikroplastik Tiap Bulan, Dosen UGM: Hindari Makanan Kemasan Plastik

October 14, 2025
satu di antara puluhan pedagang kaki lima di Jalan Persatuan kawasan UGM.

Pemkab Sleman Tunggu Perda Baru untuk Tertibkan PKL di Jalan Persatuan UGM

October 12, 2025
Next Post
Ilustrasi pelatihan kerja

Pemkab Bantul Pastikan Program Pelatihan Kerja Tak Terkena Efisiensi Anggaran

Comments 1

  1. Kol3ktor says:
    1 month ago

    The prose evokes quiet presence, where each phrase contributes to a reflective cadence. The reader is invited to linger, absorb meaning, and experience insight and subtle emotion.

    Reply

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

No Result
View All Result

TERPOPULER

Ilustrasi SMP di Sleman

8 SMP Terbaik di Sleman yang Bisa Jadi Pilihan

June 4, 2025
Berikut 10 SMP unggulan di Bantul yang bisa dijadikan acuan sebelum mendaftar SPBM 2025.

Inilah 7 SMP Unggulan di Bantul yang Paling Diburu Jelang SPMB 2025

June 9, 2025
Kabupaten Bantul memiliki sejumlah Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang menjadi incaran para pendaftar.

10 SMP Favorit di Bantul: Pilihan Terbaik Sekolah Negeri dan Swasta

June 18, 2025
ilustrasi : Sekolah Dasar

10 SD Favorit di Bantul dengan Akreditasi A, Layak Jadi Pilihan!

June 12, 2025
Sejumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI asyik berjoget usai sidang tahunan MPR RI (tangkapan layer : YT/TVParlemen)

Joget di Atas Luka Rakyat, Tarian di Tengah Kubangan Derita Bangsa

August 18, 2025

Subscribe

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Privacy Policy
Copyright ©2025 | populi.id

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • HOME
  • NEWS
    • GLOBAL
    • NASIONAL
    • POLITAINMENT
  • SLEMAN
  • BANTUL
  • KOTA YOGYAKARTA
  • KULON PROGO
  • GUNUNGKIDUL
  • JATENG
    • KEDU
    • SOLO RAYA
  • BISNIS
  • UMKM
  • SIKAP
  • PSS SLEMAN
  • URBAN
    • SPORT
      • LIGA
    • CENDEKIA
    • KESEHATAN
    • KULTUR
    • LIFESTYLE
    • OTOMOTIF
    • TEKNO

Copyright ©2025. populi.id - All Right Reserved.