YOGYAKARTA, POPULI.ID – PSIM Yogyakarta tengah bersiap menyambut tantangan besar di Liga 1 musim 2025/2026.
Namun, di balik euforia promosi ke kasta tertinggi setelah 18 tahun penantian, ada satu sosok yang mencuri perhatian: Direktur Utama PSIM, Yuliana “Liana” Tasno.
Kembalinya Laskar Mataram ke panggung tertinggi sepak bola nasional bukan hanya hasil kerja keras di lapangan, tapi juga buah dari strategi dan manajemen jitu di balik layar. Dan di sanalah peran Liana menjadi begitu vital.
Berstatus sebagai Direktur Utama, jabatan yang bahkan berada di atas CEO dalam struktur PSIM, Liana memikul tanggung jawab besar, mulai dari manajemen tim, keuangan, bisnis, hingga marketing.
Ia bukan hanya seorang administrator, tapi visioner yang menggerakkan roda organisasi dengan determinasi tinggi.
Perjalanan Liana di dunia sepak bola bukanlah cerita dadakan. Ia pernah menjabat sebagai Manajer Brand dan Komunikasi Timnas Indonesia pada 2017–2018.
Ia mulai bergabung di PSIM sejak 2019, mengawal urusan pemasaran dan sponsor saat klub masih dikuasai oleh pengusaha Bambang Susanto.
Dua tahun berselang, Liana naik menjadi Direktur Bisnis. Dan pada pertengahan 2023, para komisaris dan investor sepakat menunjuknya sebagai nakhoda utama klub. Sejak itu, arah PSIM semakin jelas: profesional, modern, dan ambisius.

Yuliana Tasno saat bersilaturahmi dengan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X, pada Selasa (10/6) pukul 11.30 WIB
Tak hanya memimpin dengan kepala dingin, Liana juga tahu bagaimana menghidupkan klub secara finansial. Ia aktif mencari investor demi memastikan PSIM tidak hanya numpang lewat di Liga 1.
Liana menegaskan bahwa dukungan finansial untuk musim depan sudah mengalir, sebuah sinyal kuat bahwa PSIM siap bersaing, bukan sekadar bertahan.
“Persiapan tidak bisa hanya di lapangan. Kami juga harus kuat di sisi bisnis dan manajemen,” ujar alumnus Universitas Tarumanegara itu dalam satu kesempatan.
Tentu Liana tidak berjalan sendirian. Ia didukung oleh tim solid yang terdiri dari Dyaradzi Aufa Taruna (Manajer Tim), Erwan Hendarwanto (Pelatih), serta Aprilia Sulistyowati (Sekretaris Klub).
Bagi Brajamusti sebutan kelompok suporter setia PSIM, sosok Liana bisa jadi bukan hanya pemimpin, tetapi simbol dari kebangkitan klub menuju era baru.
Seorang perempuan berdarah Tionghoa yang tak ragu berdiri di garda terdepan, memimpin klub bersejarah yang berdiri sejak 1929, menuju panggung paling bergengsi di Tanah Air.
Promosi ke Liga 1 mungkin adalah klimaks dari perjuangan panjang PSIM, tapi dengan figur seperti Liana Tasno di pucuk kepemimpinan, menjadi awal dari cerita besar yang sedang ditulis ulang di Yogyakarta.