• Tentang Kami
Wednesday, July 9, 2025
populi.id
No Result
View All Result
  • Login
  • HOME
  • NEWS
    • GLOBAL
    • NASIONAL
    • POLITAINMENT
  • SLEMAN
  • BANTUL
  • KOTA YOGYAKARTA
  • KULON PROGO
  • GUNUNGKIDUL
  • JATENG
    • KEDU
    • SOLO RAYA
  • BISNIS
  • UMKM
  • SIKAP
  • PSS SLEMAN
  • URBAN
    • SPORT
      • LIGA
    • CENDEKIA
    • KESEHATAN
    • KULTUR
    • LIFESTYLE
    • OTOMOTIF
    • TEKNO
  • HOME
  • NEWS
    • GLOBAL
    • NASIONAL
    • POLITAINMENT
  • SLEMAN
  • BANTUL
  • KOTA YOGYAKARTA
  • KULON PROGO
  • GUNUNGKIDUL
  • JATENG
    • KEDU
    • SOLO RAYA
  • BISNIS
  • UMKM
  • SIKAP
  • PSS SLEMAN
  • URBAN
    • SPORT
      • LIGA
    • CENDEKIA
    • KESEHATAN
    • KULTUR
    • LIFESTYLE
    • OTOMOTIF
    • TEKNO
No Result
View All Result
populi.id
No Result
View All Result
Home headline

Partisipasi Politik Difabel DIY Anjlok: Kurangnya Akses Informasi Jadi Penghambat Utama

Berdasarkan data Komisi Pemilihan Umum (KPU) DIY, tingkat partisipasi penyandang disabilitas secara umum tidak mencapai 40 persen

Olyvia Cahaya SaribyGalih PriatmojoandOlyvia Cahaya Sari
June 18, 2025
in headline, Nasional
Reading Time: 2 mins read
A A
0
Workshop Pendidikan Politik Bagi Kelompok Difabel yang digelar di Ros-In Hotel pada Senin (16/6/2025).

Workshop Pendidikan Politik Bagi Kelompok Difabel yang digelar di Ros-In Hotel pada Senin (16/6/2025). [populi.id/Olyvia Cahaya Sari]

0
SHARES
4
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare via WhatsApp
DIY, POPULI.ID – Tingkat partisipasi pemilih difabel di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengalami penurunan signifikan.Berdasarkan data Komisi Pemilihan Umum (KPU) DIY, tingkat partisipasi penyandang disabilitas secara umum tidak mencapai 40 persen, dengan angka terendah justru terjadi di wilayah perkotaan.

Penurunan ini menjadi sinyal serius atas minimnya akses informasi dan kurangnya pelibatan difabel dalam proses politik.

Hal ini disampaikan oleh Ketua Divisi Sosialisasi, Pendidikan Pemilih, Partisipasi Masyarakat, dan SDM KPU DIY, Sri Surani, dalam Workshop Pendidikan Politik Bagi Kelompok Difabel yang digelar di Ros-In Hotel awal pekan kemarin.

Ia mengakui bahwa berbagai kendala masih menjadi hambatan utama keterlibatan kelompok difabel, mulai dari aspek teknis di Tempat Pemungutan Suara (TPS) hingga kurangnya pemahaman petugas.

Tak hanya itu, Redaktur Solider News Sasana Inklusi & Gerakan Advokasi Difabel atau SIGAB Indonesia, Ajiwan Arief Hendradi mengungkapkan jika sebagian besar penyandang disabiltas masih sering mengalami kesulitan dalam memahami informasi politik.

“Informasi politik yang tersedia masih sulit dipahami oleh teman-teman difabel. Bahasa yang digunakan terlalu tinggi dan bentuk penyajiannya belum ramah bagi semua ragam disabilitas,” kata Ajiwan Arief Hendradi.

Dalam survei yang dilakukan SIGAB, sebanyak 25,3 persen responden difabel menyatakan kesulitan memahami materi sosialisasi pemilu.

Sebagian besar merasa informasi terkait calon legislatif dan program politik dari partai masih sangat minim atau bahkan tidak tersedia dalam format yang dapat diakses, seperti video dengan juru bahasa isyarat atau teks mudah baca.

Hal ini berdampak pada pilihan politik yang terbatas. Banyak difabel memilih hanya mencoblos calon presiden karena tidak mengetahui siapa saja caleg atau peserta Pilkada.

Selain masalah informasi, keberadaan template Braille dan TPS aksesibel juga belum menyeluruh.

Beberapa penyelenggara di lapangan bahkan tidak memahami fungsi template Braille, dan kerap kali lalai dalam memberikan formulir pendamping (C3) bagi pemilih difabel.

“Sudah ada template, tapi hanya untuk Presiden dan DPD. Untuk DPR RI atau DPRD belum tersedia. Itu pun banyak KPPS yang enggak paham cara menggunakannya,” lanjut Sri Surani.

Sementara itu, Sartika dari Pusat Rehabilitasi Yakkum menekankan pentingnya kemandirian politik bagi difabel.

“Bukan hanya TPS yang akses, tapi bagaimana petugas memahami cara berinteraksi dengan teman tuli, atau difabel mental dan intelektual. Itu bagian dari akomodasi layak yang masih sering dilupakan.”

Minimnya akses terhadap informasi politik juga menyebabkan pemilih difabel rentan terhadap apatisme dan tidak merasa memiliki peran dalam menentukan masa depan politik di daerahnya.

Sartika menegaskan, partisipasi aktif difabel harus dimulai dari akses terhadap informasi yang setara dan representatif.

KPU DIY mengaku tengah melakukan evaluasi besar, termasuk perbaikan akses fisik kantor dan edukasi bagi petugas lapangan.

Namun, tanpa pelibatan penuh kelompok difabel dalam desain kebijakan dan materi sosialisasi, partisipasi politik yang inklusif masih menjadi pekerjaan rumah yang besar menjelang Pemilu 2029.

“Kami berharap ke depan, teman-teman difabel bisa benar-benar terlibat sejak awal, bukan hanya jadi objek sosialisasi,” pungkas Sri Surani.

BERITA MENARIK LAINNYA

Keraton Yogyakarta Tegaskan Komitmen atas Kedaulatan Tanah Kasultanan

Tiket Susi Air Yogyakarta ke Karimunjawa Mulai Rp950 Ribuan, Ini Cara Pesan Lewat Website dan Traveloka!

DIY, POPULI.ID – Tingkat partisipasi pemilih difabel di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengalami penurunan signifikan.Berdasarkan data Komisi Pemilihan Umum (KPU) DIY, tingkat partisipasi penyandang disabilitas secara umum tidak mencapai 40 persen, dengan angka terendah justru terjadi di wilayah perkotaan.

Penurunan ini menjadi sinyal serius atas minimnya akses informasi dan kurangnya pelibatan difabel dalam proses politik.

Hal ini disampaikan oleh Ketua Divisi Sosialisasi, Pendidikan Pemilih, Partisipasi Masyarakat, dan SDM KPU DIY, Sri Surani, dalam Workshop Pendidikan Politik Bagi Kelompok Difabel yang digelar di Ros-In Hotel awal pekan kemarin.

Ia mengakui bahwa berbagai kendala masih menjadi hambatan utama keterlibatan kelompok difabel, mulai dari aspek teknis di Tempat Pemungutan Suara (TPS) hingga kurangnya pemahaman petugas.

Tak hanya itu, Redaktur Solider News Sasana Inklusi & Gerakan Advokasi Difabel atau SIGAB Indonesia, Ajiwan Arief Hendradi mengungkapkan jika sebagian besar penyandang disabiltas masih sering mengalami kesulitan dalam memahami informasi politik.

“Informasi politik yang tersedia masih sulit dipahami oleh teman-teman difabel. Bahasa yang digunakan terlalu tinggi dan bentuk penyajiannya belum ramah bagi semua ragam disabilitas,” kata Ajiwan Arief Hendradi.

Dalam survei yang dilakukan SIGAB, sebanyak 25,3 persen responden difabel menyatakan kesulitan memahami materi sosialisasi pemilu.

Sebagian besar merasa informasi terkait calon legislatif dan program politik dari partai masih sangat minim atau bahkan tidak tersedia dalam format yang dapat diakses, seperti video dengan juru bahasa isyarat atau teks mudah baca.

Hal ini berdampak pada pilihan politik yang terbatas. Banyak difabel memilih hanya mencoblos calon presiden karena tidak mengetahui siapa saja caleg atau peserta Pilkada.

Selain masalah informasi, keberadaan template Braille dan TPS aksesibel juga belum menyeluruh.

Beberapa penyelenggara di lapangan bahkan tidak memahami fungsi template Braille, dan kerap kali lalai dalam memberikan formulir pendamping (C3) bagi pemilih difabel.

“Sudah ada template, tapi hanya untuk Presiden dan DPD. Untuk DPR RI atau DPRD belum tersedia. Itu pun banyak KPPS yang enggak paham cara menggunakannya,” lanjut Sri Surani.

Sementara itu, Sartika dari Pusat Rehabilitasi Yakkum menekankan pentingnya kemandirian politik bagi difabel.

“Bukan hanya TPS yang akses, tapi bagaimana petugas memahami cara berinteraksi dengan teman tuli, atau difabel mental dan intelektual. Itu bagian dari akomodasi layak yang masih sering dilupakan.”

Minimnya akses terhadap informasi politik juga menyebabkan pemilih difabel rentan terhadap apatisme dan tidak merasa memiliki peran dalam menentukan masa depan politik di daerahnya.

Sartika menegaskan, partisipasi aktif difabel harus dimulai dari akses terhadap informasi yang setara dan representatif.

KPU DIY mengaku tengah melakukan evaluasi besar, termasuk perbaikan akses fisik kantor dan edukasi bagi petugas lapangan.

Namun, tanpa pelibatan penuh kelompok difabel dalam desain kebijakan dan materi sosialisasi, partisipasi politik yang inklusif masih menjadi pekerjaan rumah yang besar menjelang Pemilu 2029.

“Kami berharap ke depan, teman-teman difabel bisa benar-benar terlibat sejak awal, bukan hanya jadi objek sosialisasi,” pungkas Sri Surani.

Tags: difabelDIYKomisi Pemilihan Umumpartisipasi politikPilkadaSri Surani

Related Posts

Berkas surat kekancingan tanah kasultanan Yogyakarta

Keraton Yogyakarta Tegaskan Komitmen atas Kedaulatan Tanah Kasultanan

July 8, 2025
Direktur Utama PT Asi Pudjiastuti Aviation (Susi Air), Susi Pudjiastuti, saat pembukaan rute penerbangan langsung Yogyakarta-Karimunjawa oleh maskapai Susi Air.

Tiket Susi Air Yogyakarta ke Karimunjawa Mulai Rp950 Ribuan, Ini Cara Pesan Lewat Website dan Traveloka!

July 7, 2025
Suasana di pelabuhan Sadeng. Kawasan tersebut diusulkan jadi kampung nelayan Merah Putih

4 Wilayah di DIY Diusulkan Sebagai Kampung Nelayan Merah Putih

July 5, 2025
Ilustrasi keamanan siber

DIY Raih Skor Tertinggi Nasional dalam Indeks Keamanan Siber

June 30, 2025
Ilustrasi pertanian.

Jumlah Petani di DIY Menurun Drastis, Dosen UGM: Pemerintah Perlu Mengubah Mindset

June 30, 2025
Mahkamah Konstitusi

8 Fakta Soal Putusan MK Terkait Pemisahan Pemilu Nasional dan Lokal

June 28, 2025
Next Post
SMP Negeri 1 Bantul

10 SMP Negeri di Bantul dengan Daya Tampung Siswa Terbanyak untuk SPMB 2025

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

No Result
View All Result

TERPOPULER

Ilustrasi SMP di Sleman

8 SMP Terbaik di Sleman yang Bisa Jadi Pilihan

June 4, 2025
Berikut 10 SMP unggulan di Bantul yang bisa dijadikan acuan sebelum mendaftar SPBM 2025.

Inilah 7 SMP Unggulan di Bantul yang Paling Diburu Jelang SPMB 2025

June 9, 2025
Para ojol dari berbagai aplikasi menggelar aksi di kawasan Titik Nol Kilometer bertajuk Kebangkitan Transportasi Online, Selasa (20/5/2025).

Aksi Ojol Turun ke Jalan Direspons, Sekda DIY Sambut Aspirasi Soal Regulasi dan Kesejahteraan

May 21, 2025
Kabupaten Bantul memiliki sejumlah Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang menjadi incaran para pendaftar.

10 SMP Favorit di Bantul: Pilihan Terbaik Sekolah Negeri dan Swasta

June 18, 2025
Polresta Sleman menetapkan Christiano Pengarapenta penabrak mahasiswa UGM Argo sebagai tersangka dan terancam hukuman 6 tahun penjara

Penabrak Argo Ditetapkan Sebagai Tersangka, Terancam Hukuman 6 Tahun Penjara

May 28, 2025

Subscribe

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Privacy Policy
Copyright ©2025 | populi.id

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • HOME
  • NEWS
    • GLOBAL
    • NASIONAL
    • POLITAINMENT
  • SLEMAN
  • BANTUL
  • KOTA YOGYAKARTA
  • KULON PROGO
  • GUNUNGKIDUL
  • JATENG
    • KEDU
    • SOLO RAYA
  • BISNIS
  • UMKM
  • SIKAP
  • PSS SLEMAN
  • URBAN
    • SPORT
      • LIGA
    • CENDEKIA
    • KESEHATAN
    • KULTUR
    • LIFESTYLE
    • OTOMOTIF
    • TEKNO

Copyright ©2025. populi.id - All Right Reserved.