SOLO, POPULI.ID – Bertempat di Monumen Pers Nasional, Surakarta, Pemerintah melalui Kementerian Sosial bersama Kementerian Komunikasi dan Digital menggelar diskusi bertajuk Menembus Batas untuk Sekolah Rakyat.
Berkolaborasi dengan sejumlah media nasional dan regional, kegiatan tersebut menjadi ruang strategis untuk menyatukan kekuatan media dalam menyuarakan gerakan pendidikan inklusif bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu di seluruh penjuru Nusantara melalui program Sekolah Rakyat.
Sekretaris Jenderal Kemensos, Robben Rico, dalam sambutannya menegaskan bahwa Sekolah Rakyat adalah simbol nyata perjuangan menuju pendidikan yang berkeadilan.
“Kami ingin memastikan bahwa setiap anak Indonesia — tanpa memandang latar belakang — memiliki hak yang sama untuk bermimpi dan mewujudkan masa depan yang lebih baik,” tegas Rico, Minggu (20/7/2025).
Menurut data terbaru Kemensos, angka anak usia 7–12 tahun yang belum pernah mengenyam bangku sekolah masih tinggi. Provinsi Papua Tengah mencatat jumlah tertinggi dengan 29.351 anak, disusul Papua Pegunungan (28.143), Jawa Barat (27.969), Jawa Timur (23.041), dan Jawa Tengah (13.894).
Dalam diskusi media briefing yang digelar, Direktur Jenderal Infrastruktur Digital Komdigi RI, Wayan Toni Supriyanto, menggarisbawahi pentingnya peran media bukan hanya sebagai penyampai informasi, tetapi juga sebagai agen perubahan sosial.
“Ini saatnya media tidak hanya melaporkan realita, tapi ikut membentuknya,” ujar Toni.
Kehadiran para pelaku media di Solo — kota kelahiran pers nasional — mempertegas peran strategis kota ini sebagai episentrum pergerakan budaya dan kemanusiaan.
Menteri Komunikasi dan Digital Republik Indonesia, Meutya Hafid, yang turut hadir dalam acara ini, menyebut Monumen Pers sebagai tempat yang sarat makna.
“Surakarta adalah saksi sejarah bagaimana kekuatan media telah menggerakkan perubahan sosial dan pendidikan sejak masa awal kemerdekaan,” katanya.
Ia juga menekankan bahwa program Sekolah Rakyat merupakan program prioritas nasional di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto.
“Kami berharap media bisa menjadi mitra sekaligus pengawal agar program ini benar-benar sampai ke masyarakat dan diterima dengan baik,” tambah Meutya.
Dengan semangat kolaborasi lintas sektor, pertemuan ini bukan sekadar seremonial — melainkan langkah konkret membangun masa depan anak-anak Indonesia yang lebih cerah, adil, dan berdaya melalui kekuatan pendidikan.