YOGYAKARTA, POPULI.ID – Kawasan wisata Prawirotaman kembali bersolek. Mulai 22 hingga 24 Agustus 2025, jalan ikonik yang dikenal sebagai “Kampung Turis” itu akan menjadi catwalk terbuka dalam gelaran Fashion on the Street Prawirotaman, bagian dari rangkaian Prawirotaman International Festival.
Perpaduan antara mode jalanan, batik klasik, dan material denim menjanjikan tontonan yang tak hanya memanjakan mata, tetapi juga merayakan akar budaya Indonesia dalam balutan gaya kontemporer.
Mengusung tema “Funky Indonesia Style: Denim ex Batik”, perhelatan ini tak sekadar parade busana, melainkan panggung kolaboratif yang menyatukan desainer nasional, seniman lokal, dan komunitas kreatif dalam satu atmosfer urban yang penuh semangat.
Kepala Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta, Wahyu Hendratmoko, mengungkapkan dalam konferensi pers yang digelar di Hotel 101 Urban Heritage (Selasa, 29/7), bahwa festival ini diharapkan bisa menjadi agenda wisata nasional.
“Prawirotaman adalah ruang hidup yang terus tumbuh dan selalu dirindukan. Meski tahun ini ada efisiensi anggaran, gairah untuk menghadirkan Prawirotaman International Festival tetap menyala. Kami ingin menjadikan kawasan ini etalase budaya dan kreativitas Jogja yang mendunia,” ujarnya.
Berawal dari program pendampingan desainer muda oleh House of Lmar sejak 2013, acara ini telah menjelma menjadi etalase karya kreatif dari berbagai daerah.
Ketua Tim Program Fashion on the Street, Lia Mustafa, menyebutkan bahwa panggung jalanan menjadi simbol keterbukaan—tempat karya tidak hanya dinikmati segelintir orang, tetapi menyapa langsung masyarakat.
“Dulu hanya ada empat hingga enam desainer muda yang kami dampingi, sekarang sudah memasuki angkatan ke-10. Ini bukan hanya tentang mode, tetapi juga ruang ekspresi dan pemberdayaan,” jelas Lia.
Rangkaian acara akan dibuka meriah oleh atraksi spektakuler dari komunitas Lion Dance Jogja yang melibatkan 100 performer.
Parade dilanjutkan dengan presentasi busana dari komunitas Funky Kebaya di bawah arahan desainer ikonik Lenny Agustin, serta koleksi dari nama-nama besar seperti Andrean NR, Soedarna Suwarsa (Semarang), Febby Ayusta (Malang), dan Danny Paraswati (Jogja).
Yang tak kalah menarik, tahun ini akan ada sesi khusus Big Size Fashion Show sebagai bentuk apresiasi terhadap keberagaman tubuh dalam dunia mode.
Tak hanya menjadi inklusif secara fisik, acara ini juga menampilkan karya dari 15 desainer muda hasil pembinaan di Kulon Progo, termasuk Andrean, juara berbagai ajang fashion tingkat nasional.
Koleksi yang ditunggu adalah karya Tony Winata dari label Klamb X, berjudul “Tropis Denim Vibes”.
Dengan menggabungkan batik bercorak tropis dan denim daur ulang dalam gaya streetwear, Tony ingin menunjukkan bahwa fashion bisa menjadi medium refleksi budaya dan kepedulian lingkungan.
“Kami ingin menyuarakan karakter Jogja yang kreatif dan mandiri lewat busana. Bahkan denim pun bisa bercerita,” tuturnya.
Sebagai penutup, festival ini akan menyelenggarakan bazar dan fun run yang digelar bersama Lions Club International.
Seluruh hasil kegiatan sosial ini akan didedikasikan untuk membantu anak-anak penderita kanker, menjadikan festival ini bukan hanya selebrasi estetika, tapi juga aksi nyata untuk kemanusiaan.