SLEMAN, POPULI.ID– Tingkat okupansi hotel di Kabupaten Sleman mengalami penurunan tajam pada semester I 2025.
Berdasarkan data Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Sleman, tingkat hunian rata-rata hanya mencapai 51,77 persen, turun signifikan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang berada di angka 59,64 persen.
Penurunan ini tak hanya berdampak pada industri perhotelan, tetapi juga merembet ke sektor wisata lain, termasuk wisata jeep Merapi yang selama ini menjadi ikon pariwisata lereng Merapi.
Ketua Asosiasi Jeep Wisata Lereng Merapi (AJWLM), Daldiri, menyatakan, penurunan tingkat hunian hotel berkorelasi langsung dengan turunnya jumlah kunjungan ke kawasan wisata.
“Dampaknya sangat terasa. Jumlah kunjungan turun hampir 50 persen dibanding biasanya,” ujarnya, Kamis (31/7/2025).
Larangan Study Tour Jadi Pemicu
Menurut Daldiri, larangan kegiatan study tour dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat menjadi pemicu utama penurunan.
Sebab, kata Daldiri, pelajar dari wilayah tersebut selama ini menyumbang jumlah kunjungan yang cukup besar ke kawasan wisata Merapi.
“Biasanya bisa sampai 10 sampai 12 ribu pengunjung per hari. Sekarang hanya sekitar 4 sampai 5 ribu,” ungkapnya.
Ia menyebutkan, selain pelajar, segmen wisatawan lain seperti rombongan dari BUMN, perbankan, perusahaan swasta, dan keluarga juga menunjukkan tren penurunan.
“Dulu penurunan biasanya terjadi di Agustus, tapi sekarang sepanjang waktu terasa sepi. Bahkan bus-bus wisata di Jogja juga mulai jarang terlihat,” tambahnya.
Edukasi dan Perbaikan Layanan
Menghadapi kondisi ini, AJWLM mulai menyiapkan strategi baru dengan mengarahkan wisata jeep Merapi sebagai sarana edukatif bagi pelajar.
Di antaranya dengan menambah konten wisata seperti kunjungan ke museum dan kegiatan berbasis penelitian.
“Kami sedang berbenah. Ke depan wisata Jeep akan dikemas lebih edukatif, agar tetap menarik dan bermanfaat bagi siswa,” kata Daldiri.
Selain itu, waktu sepi juga dimanfaatkan untuk perbaikan armada dan peningkatan kapasitas para pemandu wisata, yang jumlahnya mencapai 1.500 orang.
Mereka juga didorong untuk tetap produktif melalui kegiatan sampingan.
Daldiri memperkirakan, jumlah wisatawan akan kembali meningkat pada pertengahan September atau Oktober, seiring libur sekolah dan meningkatnya perjalanan wisata keluarga.
“Sekarang kami tetap bertahan. Kunjungan dari segmen minat khusus masih ada, rata-rata 2.000 hingga 4.000 orang per hari, terutama yang tertarik dengan lava tour,” bebernya.
Dispar Sleman Genjot Promosi
Kepala Bidang Pemasaran Dinas Pariwisata (Dispar) Sleman, Kus Endarto, mengungkapkan, jumlah kunjungan wisatawan ke Sleman sepanjang Januari–Juni 2025 tercatat sebanyak 4.294.897 kunjungan.
Sebagian besar masih didominasi wisatawan nusantara, yakni 97,56 persen atau sekitar 4,19 juta kunjungan.
Tiga destinasi favorit selama semester pertama 2025 adalah Ibarbo Park, Candi Prambanan, serta kawasan Kaliurang dan Kaliadem, termasuk wisata lava tour Jeep Merapi.
Untuk menggenjot kunjungan, Dispar Sleman telah melakukan promosi langsung ke beberapa wilayah strategis seperti Jawa Barat dan Jawa Tengah melalui kegiatan travel dialog dan table top.
“Pada Februari dan Mei lalu kami mengajak lebih dari 40 pelaku wisata DIY bertemu langsung dengan ratusan kepala sekolah dan travel agent di Jawa Barat dan Jawa Tengah,” jelas Kus.
Selain itu, Dispar juga mengikuti Pameran Deep and Extreme Indonesia di Jakarta pada April 2025, dan akan kembali menggelar promosi di Jawa Timur pada September mendatang.
“Kami juga menggelar event Tour de Merapi pada 27 Juli sebagai bagian dari strategi promosi semester II,” pungkasnya.
(populi.id/Gregorius Bramantyo)