YOGYAKARTA, POPULI.ID – Suasana hangat dan penuh haru menyelimuti Masjid Agung Syuhada, Kotabaru, Kota Yogyakarta, Rabu (6/8/2025), sesaat setelah sholat Dzuhur.
Di tengah gema doa yang belum sepenuhnya reda, sekelompok orang tampak berjalan perlahan menuju saf terdepan, dikawal sejumlah pengurus masjid.
Dengan seksama, mereka mengikuti ucapan sang imam, mengucapkan dua kalimat syahadat.
Walau terdengar terbata-bata, ekspresi wajah mereka menyiratkan kelegaan dan kesejukan hati, pertanda awal dari perjalanan baru sebagai seorang Muslim.
Suasana menjadi semakin haru saat jemaah yang hadir menyambut mereka dengan pelukan hangat dan ucapan selamat.
Beberapa pelajar yang turut menyaksikan momen sakral ini tampak antusias, bahkan ikut memberikan bingkisan berupa perlengkapan ibadah dan buku panduan sholat.
Henky Desri Mulyadi, Bagian Sekretariat dan Kerumahtanggaan Masjid Agung Syuhada, menjelaskan bahwa layanan mualaf ini telah menjadi bagian dari pengabdian masjid sejak lama.
“Kami dari Yayasan Masjid Syuhada (Yasma Syuhada) selalu membuka pintu selebar-lebarnya bagi siapa saja yang ingin memeluk Islam,” ujarnya kepada reporter populi.id.
Namun demikian, Henky menegaskan bahwa proses menjadi mualaf tak hanya soal mengucapkan syahadat. Ada bimbingan lanjutan yang harus dijalani.
“Calon mualaf wajib mengikuti 10 kali pertemuan pembinaan. Setelah mengikrarkan diri, mereka punya amanah untuk belajar, agar tak kebingungan dalam menjalani ibadah,” jelasnya.
Bimbingan ini mencakup pengenalan dasar-dasar Islam, seperti tata cara wudhu, sholat, hingga fiqih praktis, yang dibimbing langsung oleh ustadz maupun ustadzah.
Setelah menyelesaikan seluruh sesi, para mualaf akan mendapatkan sertifikat resmi yang bisa digunakan untuk keperluan administratif, seperti perubahan data agama di KTP dan dokumen lainnya.
“Banyak juga dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil yang merujuk calon mualaf ke sini. Mereka ingin ada bukti resmi dari lembaga yang sudah dipercaya,” tambah Henky.
Henky juga mengungkapkan bahwa sejak Masjid Syuhada berdiri di era kemerdekaan, layanan mualaf sudah ada, namun mulai dicatat secara sistematis sekitar tahun 2010.
Dalam setahun, puluhan orang mengucap syahadat di masjid ini, baik warga lokal maupun dari mancanegara.
“Ada yang berasal dari Korea, Amerika, Australia, Belanda, hingga Perancis,” ungkapnya.
Yang paling penting, menurut Henky, adalah bahwa keislaman harus dilandasi kesadaran penuh tanpa paksaan.
Ia mengaku pernah menjumpai calon mualaf yang hanya masuk Islam demi pernikahan. Hal ini menjadi tantangan tersendiri dalam memastikan kesungguhan niat para mualaf.
Dari Mulut ke Mulut
Dalam menyampaikan informasi tentang layanan ini, Masjid Agung Syuhada punya pendekatan unik.
Selain lewat media sosial, mereka memanfaatkan momen sholat berjamaah, terutama Dzuhur, untuk menyampaikan kabar secara langsung kepada para jemaah.
“Biasanya selesai sholat Dzuhur, karena jemaah banyak, kita manfaatkan untuk menyampaikan secara spontan. Tidak perlu publikasi besar-besaran,” katanya.
Strategi komunikasi dari mulut ke mulut ini dinilai efektif menjangkau masyarakat yang memang sudah memiliki ketertarikan terhadap Islam.
“Sering kali, keluarga calon mualaf menjadwalkan datang di hari Sabtu atau Ahad. Tapi kalau tidak bisa, kita layani di hari kerja, Senin sampai Jumat,” imbuhnya.
Hidayah Datang Tak Terduga
Henky percaya bahwa hidayah atau petunjuk dari Allah datang dengan cara yang tak bisa diduga.
Ada mualaf yang memutuskan masuk Islam hanya karena mendengar adzan berkumandang dari Masjid Syuhada saat melintas di Jalan Sudirman.
“Dia dengar adzan, langsung datang ke masjid dan menyampaikan niat masuk Islam,” kisah Henky.
Itulah mengapa pihak masjid tak pernah menunda-nunda permintaan calon mualaf.
“Hidayah itu tidak bisa ditahan. Kalau ada yang datang dan niatnya sudah bulat, kami langsung layani. Takutnya kalau ditunda, mereka berubah pikiran karena prosesnya dianggap berbelit,” katanya.
Henky menegaskan bahwa syarat administratif dan bimbingan yang ada bukanlah bentuk penghalang, tetapi jembatan agar para mualaf bisa memahami Islam secara utuh dan mantap dalam menjalani keyakinan barunya.
Layanan mualaf di Masjid Agung Syuhada tersedia setiap hari kerja, termasuk Sabtu dan Minggu, sesuai jam operasional kantor.
(populi.id/Hadid Pangestu)