SLEMAN, POPULI.ID – Pola hidup masyarakat modern yang ditandai dengan minimnya aktifitas fisik dan tingginya tingkat konsumsi pangan tinggi kalori cenderung memacu terjadinya sindroma metabolik yang menyebabkan meningkatnya risiko penyakit berkaitan dengan kardiovaskular, stroke dan diabetes melitus.
Seiring dengan kondisi tersebut maka berbagai jenis pangan fungsional dilaporkan dapat mengurangi prevalensi sindroma metabolik seperti obesitas, hiperlipidemia, dan hiperglikemia.
Peningkatan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan ini berdampak pada peningkatan permintaan produk pangan fungsional, termasuk produk probiotik.
Hal inilah yang mendasari tim Laboratorium Teknologi Susu & Telur Departemen Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan (Fapet) Universitas Gadjah Mada (UGM) yang dipimpin oleh Prof. Widodo mengembangkan pangan fungsional berbasis susu.
“Pangan fungsional adalah produk pangan yang mengandung senyawa bioaktif atau mikrobia menguntungkan dalam jumlah mencukupi untuk memberikan manfaat kesehatan yang diinginkan. Selain menyediakan asupan nutrisi bagi tubuh, pangan fungsional juga mampu memberikan efek kesehatan karena adanya senyawa bioaktif yang terkandung di dalamnya,”papar Widodo dikutip dari laman UGM, Rabu (6/8/2025).
Tim penelitidari Laboratorium Teknologi Susu & Telur Departemen Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan (Fapet) UGM antara lain Prof. Nurliyani, Endang Wahyuni, dan Satyaguna Rakhmatulloh. Widodo menjelaskan salah satu probiotik indigenous asli Indonesia yang telah dikembangkan oleh tim adalah Lactobacillus casei strain AP, dan ini adalah probiotik yang berasal dari sistem pencernaan bayi yang mengonsumsi air susu ibu (ASI).
Iapun menjelaskan hasil pengujian pra-klinis produk susu fermentasi menggunakan probiotik L. casei strain AP pada tikus diabetik dan uji klinis pada individu obesitas telah terbukti membantu menurunkan kadar kolesterol darah, sehingga produknya dinamakan Lowkol (low kolesterol).
Sementara untuk memperbaiki mikrobiota saluran pencernaan dan mencegah terjadinya diabetes melitus tipe 2, berbagai macam probiotik telah dikembangkan untuk menjaga kesehatan usus.
“Salah satu probiotik yang dikembangkan oleh tim dan telah diujikan mampu mengatasi diabetes pada tikus percobaan adalah Pediococcus acidilactici strain BE yang berasal dari sistem pencernaan bayi Indonesia yang mengkonsumsi ASI,” jelasnya.
Widodo menuturkan hasil uji pra-klinis pada tikus diabetik memperlihatkan produk susu probiotik Pediococcus acidilactici strain BE mampu menurunkan kadar glukosa darah dan memperbaiki fungsi sel beta pankreas.
Produk susu fermentasi menggunakan Pediococcus acidilactici strain BE, ini diberi nama Lowcose atau singkatan dari lower blood glucose. Sekedar informasi, produk Lowkol dan Lowcose sudah mendapatkan sertifikat halal dan juga sudah dalam proses pendaftaran merk.