POPULI.ID – Sutradara sekaligus produser eksekutif Merah Putih: One For All, Endiarto, akhirnya buka suara soal isu biaya produksi film animasi yang disebut mencapai Rp6,7 miliar.
Ia mengaku heran sekaligus bingung dari mana angka fantastis itu berasal.
“Saya enggak tahu juga itu angka ketemu dari langit atau apa,” ujar Endiarto dalam program detikpagi, Senin (11/8).
“Bahkan ada media yang tanya, ‘Betul anggaran Rp64 miliar?’ Waduh, kalau dapat segitu saya sudah glowing kayaknya,” sambungnya bercanda.
Isu biaya fantastis ini mencuat sejak unggahan akun Instagram @movreview pada Jumat (8/8), yang mengutip pernyataan Produser Eksekutif Sonny Pudjisasono.
Dalam unggahan itu disebutkan, film berdurasi 70 menit tersebut menghabiskan Rp6,7 miliar dan dikerjakan dalam waktu kurang dari satu bulan.
Kabar itu memicu tanda tanya besar di kalangan warganet.
Sebagian mempertanyakan kualitas animasi yang terlihat di trailer, apalagi jika dibandingkan dengan anime kelas dunia seperti One Piece atau Demon Slayer yang per episodenya “hanya” menelan biaya sekitar Rp1,8 miliar.
Kecurigaan publik makin menguat setelah YouTuber Yono Jambul mengungkap adanya penggunaan aset stok dari toko digital seperti Daz3D, termasuk latar “Street of Mumbai” yang membuat nuansa film dinilai kurang lokal.
“Jalannya saja Mumbai, aneh banget kan?” ucap Yono.
Sindiran Produser dan Klarifikasi Pendanaan
Menanggapi banjir kritik, produser Toto Soegriwo memilih merespons lewat nada sindiran di Instagram:
“Senyumin aja. Komentator lebih pandai dari pemain. Banyak yang mengambil manfaat juga kan? Postingan kalian jadi viral kan?”
Sementara itu, Endiarto menegaskan bahwa pendanaan film sepenuhnya berasal dari gotong royong internal tim, tanpa dana pemerintah maupun sponsor besar.
“Ini sumbangsih kami. Semua, termasuk dubber dan kru, berasal dari orang-orang yang memang mau berkontribusi. Gotong royongnya bukan uang, tapi tenaga dan effort,” jelasnya.
Hal ini dibenarkan oleh Wakil Menteri Ekonomi Kreatif, Irene Umar. Ia menegaskan pemerintah tidak memberikan bantuan finansial ataupun fasilitas promosi.
Meski begitu, Irene sempat memberi masukan teknis terkait look & feel karakter dan trailer saat menerima audiensi tim produksi.
Mengusung Semangat Kemerdekaan
Merah Putih: One For All bercerita tentang delapan anak dari berbagai latar budaya yang ditugaskan mencari bendera Merah Putih yang hilang sehari sebelum upacara 17 Agustus.
Perjalanan mereka penuh rintangan menembus hutan, menyeberangi sungai, hingga menghadapi badai seraya mengatasi perbedaan demi satu tujuan, memastikan bendera berkibar di Hari Kemerdekaan.
Film ini digarap oleh rumah produksi Perfiki Kreasindo, di bawah Yayasan Pusat Perfilman H. Usmar Ismail.
Sutradara dan penulis naskah dipegang oleh Endiarto dan Bintang Takari, dengan Toto Soegriwo sebagai produser dan Arry WS sebagai asisten produser.
Film dijadwalkan tayang 14 Agustus 2025, tiga hari sebelum perayaan HUT ke-80 RI.
Meski mengusung tema nasionalisme dan momen spesial, film ini justru menjadi perbincangan panas di media sosial bukan hanya karena pesan yang dibawanya, tapi juga karena polemik di balik layar yang masih terus memancing rasa penasaran publik.