SLEMAN, POPULI.ID – Ratusan mahasiswa Universitas Amikom Yogyakarta menggelar salat gaib, doa bersama, dan menyalakan 1.000 lilin untuk mengenang almarhum Rheza Sendy Pratama, Kamis (4/9/2025).
Aksi solidaritas ini menjadi bentuk penghormatan sekaligus seruan keadilan atas wafatnya Rheza saat mengikuti aksi demonstrasi.
Kegiatan dimulai dengan salat gaib yang diikuti mahasiswa muslim, dilanjutkan tausiyah, doa bersama, tabur bunga, serta prosesi penyalaan 1.000 lilin di halaman kampus.
Ketua BEM Amikom Yogyakarta, Alfito Afriansyah, menegaskan aksi ini bukan hanya ungkapan duka, tetapi juga simbol perjuangan mahasiswa.
“Gerakan 1.000 lilin ini adalah simbol doa dan tuntutan keadilan. Rheza tidak hanya meninggalkan keluarga, tapi juga duka mendalam bagi seluruh mahasiswa Amikom dan Indonesia,”ujarnya.
Alfito menegaskan, mahasiswa menolak segala bentuk represifitas aparat terhadap gerakan mahasiswa.
“Kami tidak ingin ada lagi mahasiswa yang mengalami kekerasan seperti yang dialami almarhum. Meski kehilangan satu kawan juang, bukan berarti daya juang kami berhenti,” tegasnya.

Dalam pernyataan sikap, BEM Amikom mengecam tindakan represif aparat yang menyebabkan korban jiwa dalam demonstrasi.
Mereka juga menuntut pemerintah memberikan jaminan perlindungan hak-hak konstitusional rakyat.
“Kami mendesak Polda DIY segera mengusut tuntas penyebab wafatnya Rheza serta segala bentuk kekerasan aparat di lapangan. Proses pengusutan harus transparan, akuntabel, dan terbuka untuk publik,”tambah Alfito.
Wakil Rektor III Universitas Amikom Yogyakarta, Ahmad Fauzi, menyebut doa bersama ini merupakan refleksi dan solidaritas damai civitas akademika.
Menurutnya, Rheza menjadi simbol perjuangan mahasiswa dalam menegakkan keadilan, kesejahteraan, serta penegakan hukum di Indonesia.
“Kami mendoakan saudara Rheza. Karena banyak civitas kampus yang belum sempat hadir di rumah duka, doa bersama ini digelar sebagai bentuk perhatian dan duka cita mendalam dari kampus,”* ucapnya.
Diketahui, Rheza Sendy Pratama meninggal dunia usai mengikuti aksi unjuk rasa di depan Mapolda DIY pada Minggu (31/8/2025) pagi.
Ia sempat dilarikan ke RSUP Dr Sardjito, namun nyawanya tidak tertolong. Hingga kini, Propam Polda DIY telah memeriksa sepuluh saksi dalam rangka mengungkap penyebab kematiannya.