• Tentang Kami
Sunday, October 26, 2025
populi.id
No Result
View All Result
  • Login
  • HOME
  • NEWS
    • GLOBAL
    • NASIONAL
    • POLITAINMENT
  • SLEMAN
  • BANTUL
  • KOTA YOGYAKARTA
  • KULON PROGO
  • GUNUNGKIDUL
  • JATENG
    • KEDU
    • SOLO RAYA
  • BISNIS
  • UMKM
  • SIKAP
  • PSS SLEMAN
  • URBAN
    • SPORT
      • LIGA
    • CENDEKIA
    • KESEHATAN
    • KULTUR
    • LIFESTYLE
    • OTOMOTIF
    • TEKNO
  • HOME
  • NEWS
    • GLOBAL
    • NASIONAL
    • POLITAINMENT
  • SLEMAN
  • BANTUL
  • KOTA YOGYAKARTA
  • KULON PROGO
  • GUNUNGKIDUL
  • JATENG
    • KEDU
    • SOLO RAYA
  • BISNIS
  • UMKM
  • SIKAP
  • PSS SLEMAN
  • URBAN
    • SPORT
      • LIGA
    • CENDEKIA
    • KESEHATAN
    • KULTUR
    • LIFESTYLE
    • OTOMOTIF
    • TEKNO
No Result
View All Result
populi.id
No Result
View All Result
Home Cendekia

Pakar UGM Sebut Gelombang Aksi Demonstrasi yang Muncul di Tanah Air Ekspresi Kegelisahan Bangsa

Aksi demonstrasi yang marak di berbagai daerah tidak bisa dipahami hanya sebagai respons spontan, tetapi lahir dari kondisi sosial yang sudah lama menekan publik.

byGalih Priatmojo
September 6, 2025
in Cendekia, headline
Reading Time: 3 mins read
A A
0
Aksi demo mahasiswa koreksi kebijakan presiden Prabowo bertajuk Indonesia Gelap

Aksi demo mahasiswa koreksi kebijakan presiden Prabowo bertajuk Indonesia Gelap. [X/@jackjackparrr]

0
SHARES
1
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare via WhatsApp

SLEMAN, POPULI.ID – Gelombang aksi mahasiswa dan masyarakat sipil yang dalam beberapa pekan terakhir menyuarakan sejumlah tuntutan, baik yang bersifat jangka pendek seperti pembahasan RUU perampasan aset maupun jangka panjang menyangkut perbaikan sistem demokrasi dan ekonomi nasional.

Aksi demonstrasi yang marak di berbagai daerah tidak bisa dipahami hanya sebagai respons spontan, tetapi lahir dari kondisi sosial yang sudah lama menekan publik.

BERITA MENARIK LAINNYA

Angkat Ikon Kuliner Kota, Festival Angkringan Yogyakarta 2025 Hidupkan Ekonomi Lokal di PASTY

Dongkrak Pariwisata dan Potensi Daerah, Pemkab Sragen Gelar Sangiran Fair 2025

Sejak pandemi, masyarakat menghadapi beban ekonomi yang semakin berat, ditambah dengan kebijakan yang seringkali tidak berpihak pada rakyat.

Namun tindakan represif aparat sebagai salah satu faktor yang memperbesar emosi massa dan menciptakan lingkaran kemarahan yang sulit dikendalikan.

“Tindakan represif berlebihan hanya akan menambah amarah publik, karena pada dasarnya kemarahan masyarakat saat ini dipicu kondisi sosial ekonomi yang makin berat, bukan sekadar isu tunggal,” kata Kepala Pusat Studi Keamanan dan Perdamaian (PSKP) UGM Munjid dalam Diskusi Pojok Bulaksumur yang bertajuk ‘Antara Hak Bersuara dan Stabilitas Bangsa: Menelaah Demonstrasi Indonesia Terkini’, yang dikutip dari laman UGM, Sabtu (6/9/2025).

Munjid menyoroti jarak antara rakyat dan para wakilnya di parlemen yang semakin jauh. Ia menekankan bahwa diskoneksi ini membuat aspirasi publik seolah tidak pernah terhubung dengan proses politik formal.

Menurutnya, kondisi ini semakin diperparah oleh partai politik yang belum menjalani reformasi pascareformasi 1998, sehingga fungsinya kerap hanya berputar di lingkaran elit.

Ia mengingatkan bahwa tanpa tekanan publik, kebijakan yang lahir dari lembaga politik akan cenderung mengabaikan kebutuhan masyarakat.

Dalam kondisi demikian, ia menilai kampus dan media memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga suara kritis agar tetap terdengar.

“Kalau kekuasaan tidak dipaksa dan dikontrol secara efektif, ia hanya akan bekerja untuk dirinya sendiri, bukan untuk rakyat,” jelasnya.

Sementara Alfath Bagus Panuntun El Nur Indonesia, S.I.P., M.A., Dosen Ilmu Politik dan Pemerintahan FISIPOL UGM, menilai pola demonstrasi yang terjadi belakangan berbeda dengan satu dekade lalu. Menurutnya, peran influencer di media sosial semakin dominan dalam mendorong massa untuk turun ke jalan, menggantikan peran yang dahulu lebih banyak dimainkan organisasi mahasiswa atau aktivis.

Ia juga menilai bahwa sejumlah tuntutan masyarakat yang muncul telah berhasil membingkai gerakan agar lebih jelas arahnya, meski pemerintah sejauh ini belum sepenuhnya merespons dengan substansial.

“Apa yang ditunjukkan saat aksi damai di Yogyakarta pada Senin lalu mencerminkan bagaimana masyarakat tetap bisa kritis dan menyuarakan pendapat dengan cara bermartabat, dan ini bisa menjadi role model bagi bangsa,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Alfath menyebut ada kegagalan reformasi kepolisian pascareformasi yang membuat institusi ini masih rentan dipolitisasi. Ia menyoroti bagaimana polisi dalam satu dekade terakhir kerap digunakan sebagai instrumen politik, sehingga tidak sepenuhnya menjalankan fungsi perlindungan masyarakat.

Menurutnya, dalam kondisi ekonomi yang semakin menekan, paradoks antara hidup sederhana masyarakat dengan fasilitas pejabat memperbesar jurang ketidakpercayaan.

“Negara telah gagal melindungi masyarakat, sehingga kemarahan publik muncul sebagai bentuk akumulasi kekecewaan atas kebijakan yang regresif,” ujarnya.

Sedangkan Guru Besar Fakultas Psikologi UGM Prof. Dr. Faturochman, M.A.,  menyoroti dimensi psikologis dari keterlibatan generasi muda dalam aksi unjuk rasa. Ia menilai partisipasi mahasiswa dan Gen Z muncul karena rasa kecewa yang menumpuk, bukan sekadar mengikuti tren atau rasa takut tertinggal.

Fenomena ini menunjukkan bahwa kaum muda tidak apatis, melainkan memiliki sensitivitas tinggi terhadap isu keadilan sosial. Kondisi tersebut memperlihatkan adanya kebutuhan besar untuk kanal partisipasi yang sehat agar energi kolektif mereka tidak tereduksi menjadi kemarahan semata.

Tekanan sosial yang dialami generasi ini, baik karena faktor ekonomi maupun hilangnya kepercayaan terhadap pemerintah, membuat aksi di jalan menjadi saluran yang dianggap wajar.

“Ketika orang kecewa dan tidak ada tanda-tanda perubahan, maka kesesakan itu akan melahirkan perlawanan, dan ini adalah reaksi yang wajar dalam kehidupan sosial kita,” tuturnya.

Faturochman menambahkan bahwa relasi antara pemimpin dan rakyat harus dibangun di atas penghormatan, bukan sekadar empati sesaat.

Ia mengingatkan bahwa masyarakat bukan objek pasif, melainkan aset bangsa yang perlu dihargai agar kepercayaan tetap terjaga. Ia menegaskan bahwa ketika potensi masyarakat diabaikan, maka kepercayaan publik akan runtuh, dan kondisi ini berbahaya bagi stabilitas jangka panjang.

“Yang lebih mendasar dari empati adalah rasa hormat. Rakyat ini punya potensi besar, dan ketika tidak dihormati, maka kepercayaan akan hilang,” katanya.

Tags: Alfath Bagus Panuntundemonstrasiekonomikegelisahan bangsakondisi sosialMunjidUGM

Related Posts

Pengunjung menikmati suasana gelaran Festival Angkringan Yogyakarta 2025 di Pasar Aneka Satwa dan Tanaman Hias Yogyakarta (PASTY), Sabtu (25/10/2025). (Gregorius Bramantyo)

Angkat Ikon Kuliner Kota, Festival Angkringan Yogyakarta 2025 Hidupkan Ekonomi Lokal di PASTY

October 25, 2025
Kepala Dispora Sragen, Joko Hendang Murdono

Dongkrak Pariwisata dan Potensi Daerah, Pemkab Sragen Gelar Sangiran Fair 2025

October 23, 2025
Ilustrasi hujan

La Nina Bakal Landa Indonesia hingga Januari 2026, Akademisi UGM Minta BMKG Jelaskan Dampaknya

October 23, 2025
Sekda Jateng Sumarno saat membuka Rapat Konsolidasi Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih, di Hotel Grand Candi Semarang, Senin (20/10/2025) malam.

Koperasi Merah Putih di Jateng Sudah Terbentuk 100 Persen, Sekda: Tapi Masih Ada PR

October 21, 2025
Mantan Presiden Joko Widodo saat meghadoro Dies Natalis Fakuktas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM), Selasa (17/10/2025).

Hadiri Dies Natalis Fakultas Kehutanan UGM, Jokowi Singgung Soal Prabowo dan Kabinetnya

October 17, 2025
Ilustrasi keracunan

Ratusan Siswa SMAN 1 Teladan Keracunan MBG, Pakar Gizi UGM Pernah Wanti-wanti Soal Waktu Konsumsi

October 16, 2025
Next Post
Sejumlah ABK kapal penangkap ikan KM Mekar Jaya 08 Sibolang yang dikabarkan tenggelam di perairan Mandalika, Kabupaten Jepara, Sabtu (6/9/2025) berhasil diselamatkan.

Kapal Penangkap Ikan Tenggelam di Perairan Jepara, Begini Nasib para ABK

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

No Result
View All Result

TERPOPULER

Ilustrasi SMP di Sleman

8 SMP Terbaik di Sleman yang Bisa Jadi Pilihan

June 4, 2025
Berikut 10 SMP unggulan di Bantul yang bisa dijadikan acuan sebelum mendaftar SPBM 2025.

Inilah 7 SMP Unggulan di Bantul yang Paling Diburu Jelang SPMB 2025

June 9, 2025
Kabupaten Bantul memiliki sejumlah Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang menjadi incaran para pendaftar.

10 SMP Favorit di Bantul: Pilihan Terbaik Sekolah Negeri dan Swasta

June 18, 2025
ilustrasi : Sekolah Dasar

10 SD Favorit di Bantul dengan Akreditasi A, Layak Jadi Pilihan!

June 12, 2025
Sejumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI asyik berjoget usai sidang tahunan MPR RI (tangkapan layer : YT/TVParlemen)

Joget di Atas Luka Rakyat, Tarian di Tengah Kubangan Derita Bangsa

August 18, 2025

Subscribe

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Privacy Policy
Copyright ©2025 | populi.id

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • HOME
  • NEWS
    • GLOBAL
    • NASIONAL
    • POLITAINMENT
  • SLEMAN
  • BANTUL
  • KOTA YOGYAKARTA
  • KULON PROGO
  • GUNUNGKIDUL
  • JATENG
    • KEDU
    • SOLO RAYA
  • BISNIS
  • UMKM
  • SIKAP
  • PSS SLEMAN
  • URBAN
    • SPORT
      • LIGA
    • CENDEKIA
    • KESEHATAN
    • KULTUR
    • LIFESTYLE
    • OTOMOTIF
    • TEKNO

Copyright ©2025. populi.id - All Right Reserved.