YOGYAKARTA, POPULI.ID – Libur peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW membawa angin segar bagi sektor perhotelan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY mencatat okupansi hotel rata-rata meningkat hingga 50 persen sepanjang 3–5 September 2025.
Ketua PHRI DIY, Deddy Pranowo Eryono, menyebutkan puncak okupansi terjadi pada 5 September.
Hotel di kawasan perkotaan, terutama yang berada di sekitar pusat wisata seperti Malioboro, bahkan mampu menembus 60–70 persen.
“Alhamdulillah, okupansi rata-rata se-DIY bisa 50 persen periode 3 sampai 5 September 2025,” ujar Deddy, Minggu (7/9/2025).
Meski begitu, Deddy mengingatkan pentingnya menjaga kondusifitas DIY agar pariwisata tetap bertumbuh.
Ia berharap masyarakat tetap mengedepankan budaya lokal dalam menyampaikan aspirasi tanpa tindakan anarkis.
“Pariwisata sangat rentan dengan stabilitas dan keamanan. Jika DIY aman, maka daerah lain juga akan merasa tenang,” tegasnya.
Dampak Demo Terhadap Wisatawan
Pengamat pariwisata, Ike Janita Dewi, menilai aksi demonstrasi beberapa waktu lalu tidak terlalu berdampak pada wisatawan nusantara.
Menurutnya, wisatawan domestik memahami bahwa situasi Yogyakarta sudah terkendali.
“Untuk wisnus, mereka well informed bahwa keadaan sudah sangat terkendali. Tapi wisman masih bisa khawatir dan menunda atau membatalkan perjalanan ke DIY,” jelas Ike.
Ia menambahkan, sejumlah negara sudah mengeluarkan travel warning ke Indonesia, yang bisa memengaruhi keputusan wisatawan mancanegara.
Lebih lanjut, Ike sepakat dengan pernyataan mantan Menko Polhukam Mahfud MD yang menyebut Yogyakarta sebagai barometer kondusifitas nasional.
“Saya setuju untuk pasar wisatawan nusantara. Semua paham bahwa Sri Sultan HB X masih sangat dihormati, sehingga keadaan bisa dikendalikan. Tapi pasar internasional mungkin belum sepenuhnya memahami hal ini,” pungkasnya.
(populi.id/Hadid Pangestu)