YOGYAKARTA, POPULI.ID – Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kota Yogyakarta, Sukidi, mengungkapkan lemahnya regulasi pengawasan pangan yang masuk ke wilayah Kota Yogyakarta.
“Ini menjadi keprihatinan karena Yogyakarta sebagai salah satu pusat distribusi pangan dari berbagai daerah masih memiliki regulasi yang lemah,” ujarnya saat ditemui wartawan, Rabu (10/9/2025).
Menurutnya, produk pangan yang beredar di Kota Yogyakarta tidak hanya berasal dari berbagai daerah di Indonesia, tetapi juga dari luar negeri.
Jumlahnya mencapai puluhan ribu produk yang masuk tanpa pengawasan kesehatan memadai.
“Peredaran makanan di Yogyakarta sangat tinggi, namun tidak ada aturan ketat terkait kandungan seperti natrium tinggi atau pengawet. Akhirnya, masyarakat sendiri yang harus membatasi konsumsinya,” jelas Sukidi.
Untuk menjawab persoalan tersebut, Dinas Pertanian dan Pangan Kota Yogyakarta kini mulai menjalankan program ekosistem pangan sehat, dimulai dari lingkungan sekolah.
SMP Negeri 12 Yogyakarta ditunjuk sebagai sekolah percontohan pertama.
Menyusul kemudian SD Muhammadiyah Wirobrajan 3 serta TK-PAUD Negeri 6 Yogyakarta yang juga tengah bersiap menjadi sekolah pangan sehat.
“Penguatan fungsi sekolah dan orang tua menjadi kunci. Tahun 2025 ini kami mencanangkan sejumlah sekolah mulai dari TK, SD, hingga SMP sebagai percontohan,” kata Sukidi.
Ia berharap, program ini dapat diperluas ke sekolah-sekolah lain di seluruh Kota Yogyakarta.
“Harapannya, percontohan pangan sehat dapat menginspirasi sekolah lain. Target kami, Yogyakarta menjadi kota dengan sekolah-sekolah paling sehat,” tegasnya.
Sukidi menambahkan, penguatan ekosistem pangan sehat merupakan langkah penting dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2025.
(populi.id/Hadid Pangestu)