SLEMAN, POPULI.ID – Sidang lanjutan kasus kecelakaan lalu lintas yang menewaskan mahasiswa UGM Argo Ericko Achfandi dengan terdakwa Christiano Pengarapenta Pengidahen Tarigan kembali digelar di Pengadilan Negeri (PN) Sleman pada Kamis (11/9/2025).
Pada sidang ketiga ini, majelis hakim, jaksa penuntut umum, serta tim penasihat hukum hadir langsung di ruang sidang PN Sleman. Sementara terdakwa masih mengikuti jalannya persidangan secara daring dari Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Sleman melalui aplikasi Zoom.
Persidangan perkara dengan nomor 389/Pid.Sus/2025/PN Smn kali ini beragendakan pembacaan tanggapan dari jaksa penuntut umum atas eksepsi yang disampaikan penasihat hukum terdakwa pada hari sebelumnya.
Dalam eksepsi sebelumnya, pihak penasihat hukum menyatakan bahwa insiden kecelakaan terjadi akibat kelalaian dari pihak korban sendiri.
Jaksa Penuntut Umum (JPU), Rahajeng Dinar Hanggarjani, menyebut tidak sependapat pada eksepsi yang diajukan tim penasehat hukum.
Sebelumnya, tim penasihat hukum yang menyatakan surat dakwaan JPU tidak cermat, tidak jelas dan tidak lengkap. Dalam surat dakwaan, JPU telah menguraikan unsur-unsur pidana yang dilanggar.
“Dengan demikian maka tidak ada alasan hukum untuk menyatakan dakwaan kabur atau tidak jelas atau obscuur libel,” ujarnya.
Dari materi eksepsi tersebut, pihak JPU menilai penasihat hukum terlalu dini mengambil kesimpulan tentang materi pokok perkara yang baru dapat dibuktikan setelah persidangan. Di mana harus melalui tahapan-tahapan pemeriksaan saksi-saksi, pemeriksaan barang bukti dan pemeriksaan terdakwa.
“Sehingga dengan demikian nota eksepsi yang demikian itu perlu untuk ditolak atau dikesampingkan,” kata Rahajeng.
Ia menyebut, yang menjadi landasan eksepsi dari tim penasihat hukum hanya didasarkan pada keterangan atau pendapat terdakwa yang kebenarannya masih harus dibuktikan di depan persidangan dengan dikuatkan alat bukti pendukung lain. Sehingga dengan mencermati materi eksepsi yang diajukan oleh tim penasihat hukum, maka JPU menganggap eksepsinya telah masuk pada pokok perkara yang baru bisa dibuktikan setelah persidangan selesai.
“Materi eksepsi dari tim penasihat hukum terkesan hanya berisi pendapat pribadi dan penilaian subyektif yang kebenarannya masih memerlukan pendukung alat bukti yang akan diperoleh di depan persidangan,” ucap Rahajeng.
Koordinator Tim Penasehat Hukum Terdakwa, Achiel Suyanto, mengatakan bahwa tanggapan jaksa hanya bersifat normatif sesuai dengan tugasnya menyampaikan replik. Pihaknya kini menyerahkan sepenuhnya kepada majelis hakim terkait penilaian atas eksepsi maupun replik.
“Kami menghormati apapun yang disampaikan oleh jaksa pada persidangan ini. Kami harus hormati karena itu hanya pendapat jaksa. Tinggal kami serahkan pada majelis kami untuk menilai,” katanya.
Juru bicara keluarga terdakwa, Tryartha Sonny Putri Simamora, menyebut pihak terdakwa tetap berkomitmen menjalani proses hukum. Terdakwa, kata dia, juga berkomitmen penuh untuk bertanggung jawab dengan mengikuti segala proses hukum sampai tuntas. Pihak keluarga terdakwa sendiri berharap terdakwa bisa bebas dari jerat pidana.
“Karena kami tidak bisa melihat hanya kejadian kecelakaannya saja, tapi faktor yang menyebabkan kecelakaan juga tidak boleh dikesampingkan. Kami juga berharap selama proses hukum ada bukti-bukti juga, jadi nanti kami nggak akan ke mana-mana arahnya, mengikuti proses persidangan yang ada saja,” tuturnya.
Sidang perkara ini akan dilanjutkan pada Selasa (16/9/2025) dengan agenda putusan sela dari majelis hakim.