YOGYAKARTA, POPULI.ID – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) DIY mengingatkan adanya potensi hujan lebat disertai angin kencang pada 18–20 September 2025.
Kepala BMKG DIY, Warjono, menyebut wilayah utara Yogyakarta menjadi daerah paling berisiko terdampak.
“Di bagian utara ada beberapa daerah yang diperkirakan mengalami hujan lebat dan angin kencang. Jika berlangsung lama, kondisi ini berpotensi menimbulkan longsor maupun banjir,” ujarnya, Senin (15/9/2025).
Saat ini, sejumlah wilayah seperti Nanggulan dan Kokap di Kulonprogo sudah dilaporkan diguyur hujan lebat.
BMKG mengimbau masyarakat di wilayah rawan, terutama di Sleman, Kulonprogo, hingga bagian selatan Yogyakarta, untuk meningkatkan kewaspadaan.
Warjono menambahkan, potensi banjir perlu diantisipasi para petani di wilayah selatan dengan menjaga aliran irigasi agar padi tidak rusak ketika hujan deras terjadi.
Peringatan serupa juga disampaikan penyuluh pertanian Kota Yogyakarta, Eka Yulianta.
Menurutnya, kondisi cuaca pada minggu ketiga September hingga Oktober dipengaruhi transisi muson timur ke muson barat, yang biasanya ditandai angin kencang di banyak wilayah Indonesia.
“Banjir di daerah aliran sungai kemungkinan meningkat, sementara tanah yang labil berisiko longsor,” kata Eka.
Ia menambahkan, petani perkotaan menghadapi tantangan tambahan saat musim hujan.
Tanaman sayuran seperti cabai, tomat, pare, dan mentimun rentan membusuk akibat kelembaban tinggi.
Karena itu, petani disarankan rutin menggunakan insektisida dan fungisida.
“Biasanya cukup 10 hari sekali, tapi saat cuaca lembab bisa 3–4 hari sekali agar daun tidak cepat menguning dan buah tidak mudah busuk,” jelasnya.
Selain hujan, angin kencang juga menjadi ancaman bagi tanaman buah dan sayuran bertangkai panjang seperti tomat dan terong.
Eka menegaskan, tanpa penyangga, tanaman mudah roboh jika angin bertiup dengan kecepatan di atas 14 knot.
Meski pertanian kota Yogyakarta didominasi sayur dan buah, masih ada sawah yang aktif di wilayah seperti Kemantren Tegalrejo.
“Kalau angin kencang terjadi saat mendekati panen, padi bisa roboh dan hasilnya menurun,” katanya.
BMKG mengingatkan masyarakat untuk terus memantau informasi cuaca, sementara petani diharapkan melakukan langkah-langkah pencegahan agar kerugian akibat cuaca ekstrem dapat diminimalkan.
(populi.id/Hadid Pangestu)