SLEMAN, POPULI.ID – Hipertensi atau tekanan darah tinggi erat kaitannya dengan usia lanjut. Semakin tua usia seseorang, maka memiliki kemungkinan untuk kena hipertensi semakin tinggi.
Namun, kejadian hipertensi saat ini mengalami perubahan, semakin lama mulai merambat pada usia yang lebih muda dibandingkan beberapa dekade lalu. Terlebih hipertensi dikenal dengan istilah the silent killer atau penyakit yang membunuh secara diam-diam. Pasalnya, seringkali hipertensi tidak menimbulkan gejala yang jelas hingga membuat penderita tidak menyadarinya.
Laporan WHO tahun 2023 menunjukkan jumlah penyandang hipertensi secara global mencapai 33%, artinya 1 dari 3 orang penduduk di dunia mengalami hipertensi. Jumlah penyandang hipertensi terus meningkat setiap tahunnya dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,5 miliar orang.
Guru Besar dan Dosen Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FK-KMK) UGM, Prof. dr. Fatwa Sari Tetra Dewi, MPH, Ph.D menanggapi bahwa hipertensi yang kini mulai menyerang anak muda tidak hanya berasal dari faktor genetik, namun didukung dengan faktor perilaku hidup yang kurang sehat.
Beberapa perilaku seperti merokok, pola makan yang tinggi lemak, natrium, kurangnya konsumsi sayur dan buah, kurangnya aktivitas fisik serta stress yang cukup tinggi dapat menjadi penyebab hipertensi di usia muda.
“Faktor genetik saja tidak cukup menerangkan terjadinya hipertensi yang mulai pada usia-usia yang lebih muda, yang lebih banyak terjadi adalah faktor perilaku hidup yang kurang sehat,” jelasnya sebagaimana dikutip dari laman UGM, Senin (29/9/2025).
Selain faktor perilaku hidup, pemeriksaan rutin harus tetap dilakukan walaupun di usia yang muda, karena hipertensi baru akan diketahui setelah adanya pemeriksaan. Hal ini didukung dengan program pemerintah yang menyelenggarakan pemeriksaan screening di populasi agar penderita dapat segera diketahui yang menderita hipertensi dan segera ditangani dengan baik.
“Anak-anak muda tidak menyadari kalau mereka menderita hipertensi karena masih merasa sehat dari sisi kemampuan tubuh,” ujarnya.
Fatwa menambahkan bahwa pengendalian hipertensi yang paling efektif itu dilakukan seawal mungkin, dimulai saat masih dini dengan menanamkan perilaku hidup sehat.
Dalam hal ini, keluarga menjadi peran penting dalam penanganan hipertensi, mulai dari menyediakan makanan sehari-hari yang seimbang, memperkenalkan olahraga atau kegiatan yang termasuk aktivitas fisik mulai dari yang ringan hingga yang berat, serta pengelolaan stress yang baik.
“Pola asuh yang demokratis, tidak instruktif pada anak-anak akan mempengaruhi resiliensi mereka,” pungkasnya.
Lebih lanjut, Prof. Fatwa juga menekankan untuk mengelola hipertensi dengan baik pada anak-anak remaja memang harus diselenggarakan dan memiliki kerjasama yang baik dengan semua pihak yang bersangkutan.
Bagi remaja, perubahan pola hidup sehat pun tidak bisa secara langsung, jadi perubahannya tidak terlalu mendadak dan tetap enjoy dalam melakukannya.
“Perilaku hidup bersih yang sehat sebetulnya kan sudah lama, hanya saja bagaimana kita mau bergerak bersama itu yang penting,” tambahnya.