YOGYAKARTA, POPULI.ID – Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta telah menuntaskan pelaksanaan Program Padat Karya tahun 2025 yang diselenggarakan di empat kelurahan. Program ini tidak hanya berfokus pada pembangunan infrastruktur, tetapi juga memberikan dampak sosial dan ekonomi yang signifikan bagi masyarakat setempat.
Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, menegaskan pendekatan padat karya dipilih karena dinilai lebih memberikan manfaat langsung kepada masyarakat. Selain hasilnya yang dinilai berkualitas, metode ini juga memungkinkan warga setempat untuk terlibat aktif dalam pembangunan lingkungan mereka.
“Karena uangnya langsung meresap ke masyarakat. Hasilnya juga tidak kalah bagus. Ini hasil padat karya juga rapi, bagus,” ujar Hasto di Kelurahan Bumijo, Jetis, Senin (13/10/2025).
Ia mengatakan program padat karya bukan hanya soal efisiensi anggaran, namun juga soal pemberdayaan masyarakat. Masyarakat, menurutnya, paling memahami kondisi lingkungan masing-masing. Termasuk dalam pembangunan infrastruktur seperti saluran air hujan, saluran limbah, pembangunan talud, dan pemasangan konblok.
“Masyarakat paling ngerti situasi yang ada di lingkungan itu. Kalau salurannya ke mana, muaranya di mana, kalau bludaknya di mana, mereka ngerti semua,” tambahnya.
Menanggapi rencana program tahun 2026, Hasto menyebut bahwa meskipun pemerintah akan menghadapi keterbatasan anggaran karena efisiensi, padat karya justru akan tetap menjadi prioritas.
“Tahun depan kita semua tahu adalah tahun efisiensi. Anggaran tidak leluasa, sehingga harus tepat sasaran. Menurut saya dengan padat karya dan sinergi bersama TMMD serta karya bakti, justru lebih efisien,” jelasnya.
Hasto juga memastikan efisiensi anggaran tidak akan berdampak negatif terhadap pelaksanaan program padat karya. Bahkan menurutnya, pelaksanaan di tahun depan berpotensi diperluas.
“Tahun ini ada empat lokasi padat karya. Tahun depan baru akan kami susun. Tapi menurut saya, harus nambah. Karena kalau tidak bisa bangun yang besar, kami bangun yang kecil-kecil tapi banyak dengan anggaran yang ada,” tuturnya.
Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Kota Yogyakarta, Maryustion Tonang, menjelaskan Program Padat Karya tahun 2025 dilaksanakan di empat kelurahan dengan jenis pekerjaan yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing wilayah.
Adapun keempat lokasi tersebut meliputi Kelurahan Bumijo di Kemantren Jetis dengan kegiatan pemasangan paving untuk jalan lingkungan di RT 55 RW 12. Selanjutnya di Kelurahan Pandeyan, Kemantren Umbulharjo dilakukan pembangunan talud di kawasan permukiman RT 27 RW 07.
Kemudian di Kelurahan Rejowinangun, Kemantren Kotagede juga dilaksanakan pembangunan talud di RT 50 RW 08. Sementara di Kelurahan Karangwaru, Kemantren Tegalrejo, kegiatan yang dilakukan mencakup penggantian tutup Saluran Air Hujan (SAH) serta pembangunan Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL).
“Program padat karya 2025 bukan hanya membangun infrastruktur, tetapi juga membuka lapangan pekerjaan bagi warga sekitar sehingga membantu perputaran ekonomi lokal,” katanya.
Maryustion menambahkan pelaksanaan program ini berhasil memberdayakan sebanyak 192 tenaga kerja lokal, di mana setiap lokasi melibatkan 48 pekerja. Durasi kegiatan di masing-masing kelurahan berlangsung selama satu bulan. Total anggaran yang dialokasikan untuk keempat kegiatan padat karya tersebut mencapai Rp 1.290.867.100.