SLEMAN, POPULI.ID – Upaya membangun budaya sadar bencana di Kabupaten Sleman tidak hanya mengandalkan pemerintah, tetapi juga partisipasi masyarakat melalui pendidikan dan pembentukan relawan tangguh di tingkat lokal.
Pelaksana Tugas Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman, Haris Martapa, mengatakan hingga kini terdapat sekitar 3.700 relawan yang tergabung dalam Kelompok Kalurahan Tangguh Bencana (KALTANA). Relawan ini menjadi ujung tombak kegiatan mitigasi dan sosialisasi di lingkungan masyarakat.
Haris menuturkan, kesadaran masyarakat terhadap bencana meningkat seiring banyaknya permintaan pelatihan dan standarisasi dari berbagai kelompok.
“Sehingga berbagai kegiatan mitigasi dan sosialisasi siaga darurat itu bisa berjalan di tingkat kelurahan dalam rangka mengurangi risiko bencana,” katanya dalam jumpa pers di Setda Sleman, Kamis (16/10/2025).
Untuk mendukung hal itu, BPBD juga mengembangkan Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) sebagai sarana edukasi bagi pelajar dan komunitas sekolah.
“SPAB menjadi wadah untuk menyiapkan sumber daya manusia tanggap bencana. Di situ, guru dan siswa dibekali SOP serta latihan simulasi agar siap menghadapi kondisi darurat,” kata Haris.
Sejumlah sekolah di Sleman kini telah memiliki unit SPAB yang aktif melatih siswa dan guru melalui kegiatan simulasi bencana.
Upaya ini dilanjutkan dengan gladi lapangan bersama masyarakat di berbagai wilayah, termasuk di kawasan rawan seperti lereng Merapi dan Prambanan.
“Sabtu kemarin kami melakukan simulasi kesiapsiagaan Merapi. Sebelumnya, latihan juga digelar di Prambanan untuk menghadapi ancaman longsor dan banjir,” kata Haris.
Ia menyampaikan bahwa sejumlah wilayah di Sleman bagian timur berdasarkan pemetaan yang telah dilakukan perlu diantisipas, seperti di wilayah Prambanan.
“Longsor dan juga banjir terjadi di Prambanan, di atas juga ada struktur tanah yang sangat memungkinkan untuk terjadinya longsor, dan ini kita lakukan juga kekuatan gladi,” katanya.
Sementara itu, Jagabaya Kalurahan Bokoharjo, Tunjung Pralampita, mengatakan desa yang dipimpinnya telah menjadi Desa Tangguh Bencana sejak 2015 dan aktif mengadakan kegiatan kesiapsiagaan.
“Warga kami sudah terbiasa dengan pelatihan tanggap bencana. Karena wilayah ini rawan banjir, longsor, angin kencang, hingga gempa, koordinasi dengan BPBD menjadi hal rutin,” ujarnya.
Melalui kombinasi pendidikan, pelatihan, dan kolaborasi masyarakat, Pemkab Sleman berharap budaya siaga bencana bisa tumbuh kuat di tengah masyarakat.
(populi.id/Hadid Pangestu)