YOGYAKARTA, POPULI.ID – Ratusan siswa SMAN 1 Teladan Yogyakarta mengalami keracunan. Musababnya diduga berasal dari Makan Bergizi Gratis atau MBG yang disantap Rabu (15/10/2025) siang.
Sekda DIY Ni Made Dwipanti Indrayanti menyebut berdasar informasi yang didapat usai berkomunikasi dengan SPPG, MBG yang disuguhkan untuk siswa SMAN 1 Teladan Yogyakarta dimasak kepagian.
MBG tersebut disantap oleh para siswa ketika jam istirahat ke-2 yakni pukul 11.45 WIB.
“Harusnya makanan tersebut dimasak siang tetapi kemruputen atau kepagian karena kokinya sakit,” terangnya.
Sebelumnya, Kepala Pusat Studi Pangan dan Gizi (PSPG) UGM Sri Raharjo mewanti-wanti perihal proses penyiapan, pengolahan hingga distribusi merupakan langkah krusial yang harus diperhatian bagi penyedia MBG.
Ia mengungkapkan tantangan terbesar dalam menjaga standar higienitas makanan pada program MBG. Salah satunya adalah lemahnya pengawasan terhadap waktu konsumsi makanan. Makanan yang sudah dimasak seharusnya tidak disimpan lebih dari empat jam agar tidak memicu pertumbuhan bakteri.
Selain itu, kualitas air yang digunakan dalam proses memasak juga harus terjamin bebas kontaminasi. Tidak kalah penting, keterbatasan sumber daya manusia dan kurangnya pemahaman penjamah makanan tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) menjadi faktor risiko.
“Koordinasi dan evaluasi yang masih lemah, diperlukan evaluasi dan perbaikan sistem yang belum berjalan efektif” jelasnya dikutip dari laman UGM.
Sebagai solusi, ia menekankan perlunya langkah konkret baik dari pemerintah daerah maupun penyedia katering.
Pemerintah diharapkan meningkatkan pengawasan melalui audit rutin, pelatihan berkelanjutan bagi penjamah makanan, serta memberikan sanksi tegas hingga pencabutan izin jika terjadi kelalaian.
Sementara itu, penyedia katering harus menerapkan sistem batch cooking, memastikan air bersih, serta melakukan uji laboratorium mandiri secara berkala.
Tak kalah penting, Sri Raharjo juga menekankan peran masyarakat dalam mendukung keberlangsungan program MBG. Siswa perlu menumbuhkan kebiasaan mencuci tangan dan melaporkan jika mengalami gejala setelah makan.
Belajar dari kasus keracunan MBG di Sleman dan Bengkulu, ia menyatakan keamanan Pangan juga jadi prioritas orang tua untuk dapat memantau kualitas makanan dan berkomunikasi dengan pihak sekolah, sementara masyarakat umum berperan sebagai pengawas tidak langsung dengan melaporkan indikasi pelanggaran keamanan pangan.
“Dengan kolaborasi yang kuat antara pemerintah, sekolah, penyedia katering, dan masyarakat, program MBG bisa berjalan aman sekaligus memberi manfaat besar bagi generasi muda,” pungkasnya.