GUNUNGKIDUL, POPULI.ID – Program Makan Bergizi Gratis atau MBG yang diinisiasi oleh pemerintah mendapat respons positif dari pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Gunungkidul, terutama di sektor jasa boga.
Namun, kendala utama yang dihadapi UMKM dalam menjadi mitra program Makan Bergizi Gratis adalah permodalan.
Ketua DPC Perkumpulan Paguyuban Jasa Boga Indonesia (PPJI) Gunungkidul, Wanto Harusno, mengungkapkan bahwa pihaknya mendukung penuh program MBG agar bisa berjalan dengan baik. Namun, tantangan terbesar bagi UMKM adalah kesiapan modal yang cukup besar.
“Kami sebagai pengelola di lapisan bawah berharap bisa menjalankan program ini dengan baik. Namun, sebelum bisa menjadi mitra, kami masih menunggu Surat Perjanjian Kerjasama (SPK) agar lebih memahami bobot tanggung jawab yang harus kami emban,” ujar Wanto, Kamis (27/2/2025).
Salah satu kendala yang dihadapi UMKM adalah besarnya modal yang dibutuhkan untuk memenuhi standar operasional program MBG. Permodalan menjadi tantangan tersendiri. Misalnya, pembelian tray atau tempat saji saja sudah memerlukan biaya besar. Belum lagi pengadaan bahan baku yang harus dilakukan secara rutin.
Diperkirakan, kebutuhan modal awal bagi UMKM yang ingin bergabung sebagai mitra MBG berkisar antara Rp400–500 juta. Sementara itu, untuk skala dapur mandiri yang lebih besar, kebutuhan modal bisa mencapai Rp2–3 miliar, angka yang sulit dijangkau oleh banyak UMKM di Gunungkidul.
Wanto berharap ada solusi dari yayasan yang bekerja sama dengan program MBG agar UMKM bisa tetap berpartisipasi. Salah satu usulan adalah mekanisme kerja sama antara yayasan dengan katering-katering lokal untuk berbagi peran dan tanggung jawab.
“Kami berharap mitra dapur mandiri yang ditunjuk bisa memberikan rekomendasi atau bantuan akses modal bagi UMKM yang ingin terlibat dalam program ini. Dengan begitu, program MBG tetap bisa berjalan optimal tanpa memberatkan pelaku usaha kecil,” imbuhnya.
Dengan adanya tantangan ini, diharapkan pihak terkait dapat memberikan dukungan berupa akses pembiayaan atau subsidi peralatan, sehingga UMKM Gunungkidul tetap bisa berkontribusi dalam program MBG tanpa terbebani oleh keterbatasan modal.