YOGYAKARTA, POPULI.ID – Puluhan anak muda dari Yogyakarta berkumpul dalam forum Youth Summit Urban Economy 2025 di Ruang Yudhistira, Balai Kota Yogyakarta, Selasa (27/5/2025).
Forum tersebut bukan sekadar ajang diskusi, melainkan ruang dialog langsung antara pemuda dan Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, untuk merumuskan arah pembangunan ekonomi perkotaan.
Renata Octaviani Simanjuntak, Ketua Panitia Pelaksana dari komunitas Yogyakarta Future Leaders (YFL), menyampaikan bahwa forum ini lahir dari inisiatif mahasiswa lintas kampus dan pelajar di Yogyakarta.
“YFL terbentuk lebih dari setahun lalu. Kami menjadi jembatan antara pemerintah dan pemuda, menggandeng pelajar, mahasiswa, OSIS, Pramuka, Duta Genre, hingga Duta Remaja. Kami ingin mereka bisa langsung menyuarakan gagasannya ke pemerintah,” katanya, Selasa (27/5/2025).
Menurutnya, tema Urban Economy dipilih karena selaras dengan visi ekonomi Wali Kota yang mengedepankan partisipasi pemuda dalam pembangunan.
“Kami percaya anak muda punya potensi besar di ekonomi kreatif, digital, dan pengembangan UMKM. Tujuannya agar mereka tak hanya menjadi penonton, tapi pelaku aktif ekonomi,” ujarnya.
YFL juga menyusun 28 esai bertema ekonomi sebagai policy brief untuk diserahkan kepada Wali Kota.
Gagasan-gagasan tersebut berasal dari anggota YFL yang juga aktif dalam berbagai komunitas lingkungan, media, hingga perusahaan daerah dan nasional.
“Kami menginisiasi kerja sama dengan berbagai pihak, dari DPRD hingga TVRI dan BRI. Fokusnya menyesuaikan arah institusi, tapi prinsipnya tetap: anak muda sebagai penggerak,” jelasnya.
“Saat ini kami punya sekitar 40 orang dalam support tim, termasuk peserta magang. Kami terbuka untuk berkembang dan melibatkan lebih banyak pemuda,” tambahnya.
Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, menyambut baik gerakan ini.
Ia menyebut para pemuda sebagai aset masa depan yang perlu diberi ruang kreasi tanpa dikungkung birokrasi kaku.
“Mereka hadir dengan ide murni. Contohnya, ada yang mempresentasikan solusi pengolahan sampah menjadi peluang ekonomi. Ini bukan wacana, tapi rancangan aksi,” ucapnya.
Ia menegaskan pentingnya menjadikan ekonomi sebagai medan kemandirian pemuda, sekaligus sebagai kritik terhadap praktik kapitalisme mapan yang tidak berpihak pada rakyat.
“Hati-hati dengan kapitalis kanan atas. Kita harus melahirkan kapitalis kanan bawah—mereka yang membagi akses dan modal ke rakyat kecil,” tegasnya.
Baginya, pendekatan masa depan harus berpijak pada gagasan anak muda, bukan sekadar pola pikir birokrat.
“Lebih baik saya mengadopsi visi anak muda daripada bertahan dengan pemikiran birokrat tua yang merasa paling tahu. Sindrom ‘saya paling ngerti’ harus dihapus,” tuturnya.
Sebagai tindak lanjut, Ia berencana membawa forum diskusi lanjutan ke kampus-kampus seperti UGM agar para pemuda memperoleh pendampingan akademik yang kuat.
“Ini baru awal. Diskusi kedua akan kami bawa ke universitas yang punya basis ilmu kuat agar ide mereka tidak hanya keren, tapi juga terukur dan berdampak,” imbuhnya.
Forum Youth Summit Urban Economy 2025 tak hanya menyuarakan semangat, tapi juga mengukir arah.
Di tangan pemuda Yogyakarta, ekonomi bukan sekadar angka, tapi medan perjuangan sosial dan ruang keadilan.