SLEMAN, POPULI.ID – Ada yang menarik perhatian di sudut Padukuhan Temuwuh Kidul, Kalurahan Balecatur, Gamping, Sleman. Sebuah mural bertema anime One Piece menghiasi aspal di salah satu persimpangan jalan desa.
Mural itu bergambar logo Jolly Roger, yakni simbol tengkorak bertulang silang yang secara historis digunakan sebagai identitas para bajak laut. Dalam serial One Piece, simbol tersebut berkembang menjadi identitas kru bajak laut dan digunakan dalam berbagai bentuk, mulai dari bendera kapal, layar, pakaian, hingga tato.
Gambar Jolly Roger yang berada di Temuwuh Kidul itu adalah gambar yang telah dimodifikasi dan umum disiarkan di Indonesia, yaitu tengkorak bertopi jerami, simbol milik kelompok Straw Hat Pirates pimpinan Monkey D. Luffy dalam serial One Piece.
Mural itu tergambar persis di depan sebuah pos ronda tersebut berukuran cukup besar, sekitar 3×3 meter. Tepat di sebelah gambar Jolly Roger, tergambar pula tulisan “Merdeka?” Karya mural itu dibuat oleh sejumlah pemuda karang taruna menggunakan cat sisa hasil iuran.
Sekretaris Karang Taruna Temuwuh Kidul, Dandun Asmara, mengatakan mural itu digambar oleh beberapa anggota karang taruna pada 25 Juli 2025 lalu. Jauh sebelum sebelum isu pelarangan logo Jolly Roger muncul.
“Sebelum isu pelarangan itu viral. Jadi memang bukan ikut-ikutan atau fomo,” katanya, Rabu (6/8/2025) petang.
Mural itu dibuat saat para pemuda sedang bekerja bakti untuk memperindah pos ronda di dusunnya dalam rangka menyambut Hari Kemerdekaan RI. Saat itu, tercetus ide untuk menggambar mural One Piece dari sisa cat yang telah digunakan untuk mengecat pos ronda. Para pemuda menilai cerita dalam anime tersebut mencerminkan realitas yang mirip dengan kondisi sosial di Indonesia saat ini.
“Kami itu punya ide gambar mural One Piece karena kayak realita saja di kehidupan kita, gitu. Mural ini (dibuat) sebelum bendera One Piece yang viral itu muncul,” ujar Dandun.
Selain itu, kata Dandun, para pemuda memilih menggambar mural bertema One Piece karena mereka menyukai anime. Hal itu nampak dengan adanya sejumlah gambar anime lain di dalam pos ronda.
“Menurut teman-teman kayaknya (One Piece) mirip sama negeri ini, seperti ‘world government’ kalau di One Piece. Ceritanya juga menggambarkan ketidakadilan. Ya ini simbol keresahan, sekadar mengkritik tapi tidak untuk menjatuhkan,” jelasnya.
Dandun mengakui belum ada pihak yang secara langsung meminta para pemuda untuk menghapus mural One Piece tersebut. Meski begitu, ia mengaku sempat mendengar informasi dari para sesepuh kampung soal adanya kabar terkait pihak yang ingin mural ini dihapus.
Ia sendiri menilai mural ini tidak melanggar aturan apa pun.
Menurutnya, jika ada pihak yang ingin menghapus, maka alasan yang diberikan ke pemuda haruslah jelas dan transparan.
“Kalau mau dihapus itu kan alasannya karena apa dulu. Ini kan karya kami. Sebenarnya kami kukuh (mempertahankan mural),” ucapnya.
Menurutnya, dengan adanya mural One Piece ini, pemerintah diharapkan bisa berefleksi dan memperbaiki diri. Para pemuda menilai persoalan di negara ini sangat banyak. Mulai dari ruwetnya birokrasi, lapangan kerja menyempit, hingga keterlibatan orang dalam pada suatu proyek.
“Negeri kita sedang tidak baik-baik saja, banyak sekali permasalahan. Harapannya (pemerintah) mendengarkan (rakyat),” kata Dandun.
Lurah Balecatur, Andri Septiyanto, mengatakan pihak kalurahan memang tidak membuat larangan terkait hal tersebut. Hanya saja, ia menilai adanya gambar One Piece itu tidaklah pantas.
“Tidak pantas karena untuk hari kemerdekaan, nasionalisme itu mengibarkan bendera Merah Putih, tidak ada simbol-simbol lain. Menurut kami simbol seperti itu kurang baik untuk nasionalisme generasi muda kita,” tuturnya.
Ia sendiri tidak menyangka akan ada gambar semacam itu di wilayahnya. Andri menyebut, pihak kalurahan akan mendalami dan menindaklanjuti adanya gambar tersebut melalui dukuh setempat. Ia tak menampik adanya kemungkinan penghapusan mural tersebut.
“Kalau ada yang seperti itu saya kira itu tidak pantas, ya tetap kami hapus. Yang bersangkutan suruh hapus, kalau tidak mau hapus ya kami dari kalurahan yang hapus,” ujarnya.
Kasi Humas Polresta Sleman, AKP Salamun, mengaku polisi belum mengetahui tentang mural One Piece ini. Polisi belum akan melakukan tindakan terkait mural tersebut. Menurut Salamun, petugas hanya akan memantau dan melapor ke pimpinan.
“Kami cek dulu dan koordinasi dengan Polsek Gamping. Belum melakukan tindakan, kami pantau kalau ada laporan nanti kami laporkan ke pimpinan,” jelasnya.