SLEMAN, POPULI.ID – Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) di Sleman menjadi sorotan, setelah puluhan siswa dari tiga SMP di Kapanewon Mlati diduga mengalami keracunan massal usai menyantap menu yang disediakan.
Polisi kini bergerak cepat, memeriksa penyedia makanan dan mengirim sejumlah sampel ke laboratorium untuk mengungkap penyebab pasti.
Kapolresta Sleman, Kombes Pol Edy Setianto Erning Wibowo, mengatakan pihaknya sudah memeriksa penyedia MBG sejak Rabu (13/8/2025).
Sampel yang diambil meliputi menu rawon, bumbu masakan, hingga muntahan korban.
Semua sampel kini diperiksa di laboratorium di Semarang, bekerja sama dengan Dinas Kesehatan.
“Yang soal MBG baru diperiksa kemarin, sudah diambil uji. Sekarang lagi diperiksa sama Dinas Kesehatan dan laboratorium. Kita tunggu hasilnya,” ujar Edy, Kamis (14/8/2025).
Dari penyelidikan sementara, penyedia yang mendistribusikan makanan berada di wilayah Mlati.
Polisi telah meminta keterangan dan menunggu hasil laboratorium untuk memastikan penyebab keracunan.
Sebagai langkah darurat, distribusi MBG untuk tiga SMP terdampak dihentikan sementara, sementara layanan untuk tingkat SD tetap berjalan.
“Untuk tiga SMP sudah kami minta disetop sementara sejak kemarin, tapi untuk SD tetap berjalan. Keputusan melanjutkan distribusi akan menunggu hasil pemeriksaan,” tambah Edy.
Hingga Rabu (13/8/2025) malam, 22 siswa masih dirawat di rumah sakit, 19 di RSUD Sleman dan 3 di RSA UGM.
Kondisi mereka dilaporkan membaik, sebagian sudah pulang pada Kamis pagi.
Polisi menduga menu rawon bisa menjadi penyebab, namun hal ini masih menunggu konfirmasi hasil laboratorium.
Program MBG di Mlati diketahui masih memakai mitra penyedia yang sama untuk sekolah lain, termasuk SD.
Pengawasan kini diperketat dengan pelibatan petugas Badan Gizi Nasional (BGN).
Polisi memastikan, jika ditemukan unsur kelalaian atau kesengajaan, kasus ini akan diproses secara pidana.
“Kalau ada unsur pidananya, tentu akan kami proses,” tegas Edy.
Komandan Kodim 0732/Sleman, Letkol Inf Yusuf Prasetyo, menambahkan pihaknya siap berkoordinasi dengan Pemkab Sleman terkait evaluasi program MBG.
Meski Kodim bukan pengawas utama, mereka turut membantu distribusi dan pemantauan di lapangan.
“Sudah kami bicarakan dengan Sekda, nanti akan kami komunikasikan lagi dengan Pemda. MBG ini program pusat, dan mitranya dari pihak swasta. Kami tidak memonitor langsung vendor-vendor itu, tapi membantu distribusi dan pengawasan,” jelas Yusuf.
Ia menyebut, distribusi MBG tingkat SMP di Mlati sudah dihentikan sementara.
Sedangkan distribusi MBG untuk tingkat SD tetap berjalan karena berasal dari vendor berbeda.
“Karena beberapa vendor berbeda, SD masih berjalan. Tapi SMP memang dihentikan sementara,” katanya.
Yusuf juga memastikan, jumlah siswa yang masih dirawat kini tersisa 18 orang.
“Yang lain sudah bisa pulang,” pungkasnya.
(populi.id/Gregorius Bramantyo)