SLEMAN, POPULI.ID – Jumlah kejadian kebakaran di Kabupaten Sleman sepanjang semester pertama 2025 mengalami penurunan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Namun, nilai kerugian yang ditimbulkan meningkat drastis.
Kepala Seksi Operasional dan Investigasi Bidang Damkar Satpol PP Sleman, Nawa Murtiyanto, mengungkapkan sepanjang Januari hingga 12 Agustus 2025 tercatat sebanyak 119 kejadian kebakaran di Sleman.
Rinciannya, 24 persen terjadi di rumah tinggal, 20 persen di tempat usaha, dan 15 persen akibat instalasi listrik.
Sementara itu, pada semester pertama 2025 terdapat 92 kejadian, atau rata-rata terjadi setiap dua hari sekali.
Angka ini menurun dibandingkan semester pertama 2024 yang mencapai sekitar 140 kejadian kebakaran.
“Total kejadian kebakaran sepanjang tahun 2024 tercatat 285 kejadian,” jelas Nawa saat ditemui, Selasa (19/8/2025).
Ia menyebut bahwa biasanya tren kebakaran akan meningkat pada periode Agustus hingga Oktober. Dalam tiga tahun terakhir, tren kenaikan disebabkan oleh faktor alam seperti kemarau.
“Namun juga ada faktor perilaku manusia seperti membakar sampah dan kelalaian,” ujar Nawa.
Dari total kebakaran lahan pada tahun 2023 hingga 2024, sekitar 70 persen di antaranya disebabkan kelalaian.
Sementara empat kapanewon dengan jumlah kebakaran tertinggi adalah Depok, Mlati, Ngaglik, dan Sleman.
Keempat wilayah ini menyumbang lebih dari 12 persen kejadian tiap tahunnya dan secara total mencapai separuh dari seluruh kebakaran di Sleman dalam empat tahun terakhir.
“Kebakaran ini umumnya terjadi di kawasan padat penduduk,” tambahnya.
Dari segi kerugian, sepanjang 2024 tercatat kerugian materi mencapai Rp 636 juta. Namun, angka ini melonjak hampir dua kali lipat menjadi Rp1,145 miliar hanya pada semester pertama 2025.
Nawa mengatakan, faktor utama pemicu kebakaran adalah kelalaian, baik pada kebakaran lahan maupun rumah tinggal.
Selain itu, penggunaan peralatan listrik yang tidak standar atau penggunaan kabel listrik yang ngawur juga menjadi penyebab signifikan.
“Intinya masyarakat tertib saja dengan keamanan instalasi listrik,” ucapnya.
Dalam upaya pencegahan, Damkar Sleman aktif melakukan sosialisasi langsung ke masyarakat dan menyebarkan flyer serta materi pencegahan di media sosial.
Nawa mengingatkan agar masyarakat lebih tertib dalam menggunakan instalasi listrik, seperti tidak menumpuk colokan listrik yang bisa menyebabkan kabel menjadi panas dan terbakar.
“Sekitar 40 persen kejadian kebakaran akibat listrik terjadi karena perangkat menyala terus ditinggal pergi,” katanya.
Untuk mitigasi dan penanggulangan, pihak Damkar tidak mengalami kendala teknis di lapangan karena masyarakat umumnya sudah membantu saat kejadian.
Namun, kendala utama justru berasal dari lingkungan sekitar, seperti akses masuk yang terhalang gapura atau portal hiasan.
“Kami butuh akses lebar 4 meter dan tinggi 4 meter untuk kendaraan masuk. Di beberapa tempat kami sampai harus merusak portal agar bisa masuk karena pernah kehilangan waktu berharga akibat terhalang,” ungkap Nawa.
(populi.id/Gregorius Bramantyo)