SLEMAN, POPULI.ID – Kasus campak kembali menjadi perhatian publik setelah beberapa anak di Sumenep, Madura, dilaporkan meninggal dunia akibat penyakit tersebut. Kejadian ini menimbulkan kekhawatiran pada masyarakat dan menjadi topik perbincangan di berbagai laman media sosial. Sampai Agustus 2025, tercatat 3.444 kasus positif campak di seluruh Indonesia dengan 46 KLB di 14 provinsi.
Dosen Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK-KMK UGM sekaligus konsultan infeksi dan penyakit tropis dari RSUP Dr. Sardjito dr. Ratni Indrawanti, Sp.A(K), mengatakan campak dapat menyerang semua lapisan usia, meskipun gejala pada anak-anak cenderung lebih mudah dikenali.
“Campak bisa menyerang semua usia, tetapi gejalanya lebih sering tampak berat pada anak-anak,” ujarnya dikutip dari laman UGM, Sabtu (11/10/2025).
Menurut Ratni, gejala khas penyakit ini berupa demam tinggi yang disertai batuk dan pilek. Kemudian, pada hari ketiga atau keempat akan muncul ruam kemerahan dari wajah yang menyebar ke seluruh tubuh. Salah satu ciri yang yang paling membedakan campak dari gejala penyakit lain adala bintik putih kecil di mulut yang disebut koplik spot.
“Tidak semua demam dengan ruam berarti campak, diagnosis tetap harus ditegakkan dengan pemeriksaan,” tegasnya.
Bahaya campak tidak berhenti pada gejala awalnya saja. Infeksi penyakit ini dapat mempengaruhi daya tahan tubuh sehingga meningkatkan risiko paparan penyakit lain dan bahkan komplikasi berat, seperti radang paru (pneumonia) atau radang otak (ensefalitis). Komplikasi inilah yang sering menyebabkan kondisi pasien memburuk yang dapat berujung fatal. “Komplikasi inilah yang bisa berujung pada kematian,” tutur Ratni.
Tindakan preventif penularan penyakit campak adalah dengan imunisasi campak atau MR (Measles–Rubella). Meski vaksin tidak sepenuhnya mencegah penularan, imunisasi terbukti melindungi tubuh dari paparan gejala berat dan membantu menciptakan kekebalan kelompok (herd immunity).
“Biasanya penyakit yang ada imunisasinya itu penyakit yang berbahaya. Kalau ada yang tidak divaksin, mereka bisa menularkan ke yang lain,” tambahnya.
Selain itu, penyakit campak juga berisiko bagi ibu hamil dan janin, terutama jika infeksi terjadi pada trimester pertama. Kondisi ini dapat menyebabkan keguguran, kelahiran prematur, ataupun bayi yang lahir dengan gejala campak pada 10 hari pertama siklus hidupnya. Oleh karena itu, para perempuan sangat disarankan agar mendapatkan vaksin MMR sebelum merencanakan program kehamilan, minimal satu bulan sebelumnya.
Disamping imunisasi, pencegahan juga dapat dilakukan dengan memakai masker saat sakit, mencuci tangan dengan cara yang tepat, dan menjaga asupan makan untuk memastikan gizi tercukupi.
“Campak menular lewat udara, mirip dengan COVID-19. Karena itu, pencegahannya juga mirip, seperti dengan imunisasi, menggunakan masker, dan mencuci tangan,” jelas dr. Ratni.
Jika kasus campak muncul di sekolah, maka anak perlu segera mendapat tindakan cepat, seperti pelacakan kontak, pemeriksaan gejala, dan memastikan mereka agar mendapatkan imunisasi. Anak yang terinfeksi sebaiknya diistirahatkan di rumah hingga sembuh, sementara pihak sekolah diimbau untuk menjaga kebersihan lingkungan serta memberikan edukasi kepada siswa dan orang tua terkait gejala dan pencegahan penyakit campak.