SLEMAN, POPULI.ID– Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Sinduadi yang dikelola Yayasan Masyarakat Pertanian dan Petani Organik (Maporina) langsung menarik menu Makan Bergizi Gratis (MBG) usai laporan ratusan siswa mengalami pusing dan diare, Jumat (24/10/2025).
Pembina Yayasan Maporina, Retno Susanti, mengatakan langkah penarikan dilakukan sebagai bentuk kehati-hatian sambil menunggu hasil pemeriksaan dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Sleman, Puskesmas Mlati I, dan Tim Inafis Polresta Sleman.
“Menu yang disajikan ke SMPN 2 Mlati, SD Jombor Lor, dan MAN 3 Yogyakarta sudah kami tarik. Kami belum bisa memastikan ini keracunan atau bukan, masih menunggu hasil penelitian,” ujarnya saat dikonfirmasi.
Retno menyebut dapur yang dikelola SPPG Maporina setiap hari menyiapkan sekitar 4.000 porsi makanan. Sementara pada Kamis (23/10/2025), total 1.800 porsi dikirim ke SMPN 2 Mlati dan MAN 3 Sleman.
Terkait operasional dapur, pihaknya belum dapat memastikan kelanjutannya hingga hasil uji laboratorium keluar.
“Kami masih menunggu rekomendasi dari Dinkes dan BGN. Untuk Sabtu dan Minggu sudah pasti libur dulu,” katanya.
Ia menjelaskan, proses memasak di dapur dilakukan sejak pukul 02.30 dini hari dengan dua kali jadwal pengantaran, yakni pukul 08.00 dan 10.00 pagi.
Sementara makanan yang tidak dikonsumsi siswa dikategorikan sebagai sisa dan dikembalikan ke dapur SPPG untuk dibuang ke tempat pembuangan khusus.
“Sisa makanan kita buang di tempat pembuangan, seminggu dua kali disedot,” jelasnya.
Sebelumnya Ratusan siswa di sejumlah sekolah di Kapanewon Mlati, Sleman, mengalami gejala pusing dan diare setelah mengkonsumsi makanan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG) dari satu SPPG.
Para siswa mengalami gejala seperti pusing dan diare usai menyantap menu opor ayam dan tahu acar. Dugaan keracunan muncul setelah puluhan siswa mendatangi Puskesmas Mlati I untuk melakukan pemeriksaan dengan dibawa ambulan.
Plt Panewu Mlati, Arifin, menyebutkan beberapa sekolah yang terdampak di antaranya SMPN 2 Mlati, SD Jombor Lor, dan MAN 3 Yogyakarta.
“Kalau berdasarkan informasi, MAN 3 Yogyakarta 214 siswa, tapi tadi pagi ke sini 20 siswa,” kata Arifin saat diwawancarai wartawan
“Untuk yang SMPN 2 Mlati itu yang tadi pagi saja yang dibawa ke sini sekitar 35. Kalau yang SD belum monitor,” lanjutnya.
Disebutnya, untuk kasus yang SD Jombor Lor masih ditelusuri apakah kejadian tersebut akibat makanan yang dikonsumsi hari ini atau Kamis (23/10/2025). Sementara kasus di SMPN 2 Mlati dan MAN 3 Yogyakarta diduga berasal dari konsumsi makanan pada hari sebelumnya.
“Semua sudah ke sini, sudah dicek. Sebagian besar rawat jalan, satu siswa dirawat dan diinfus,” ujarnya.
Ia menyebut puluhan siswa keracunan ini akan ditangani secara kewilayahan dengan melibatkan puskesmas dan pihak sekolah. (populi.id/Hadid Pangestu)












