YOGYAKARTA, POPULI.ID – Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) DIY mencatat penggunaan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) di wilayah DIY terus menunjukkan perkembangan sepanjang tahun 2025. Hingga September, nilai transaksi digital yang terekam melalui QRIS sudah mencapai Rp 41,09 triliun, melonjak 237,19 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Kepala KPw BI DIY, Sri Darmadi Sudibyo, menyampaikan capaian tersebut menjadi indikator kuat bahwa proses digitalisasi ekonomi di DIY berlangsung optimal.
“Ini menggambarkan bahwa digitalisasi di DIY berjalan sangat baik dan beriringan dengan perkembangan ekonomi digital kita,” ujarnya, Sabtu (15/11/2025).
Peningkatan nilai transaksi itu turut dipengaruhi oleh bertambahnya jumlah pengguna dan merchant QRIS. Hingga September 2025, jumlah pengguna tercatat sebanyak 980.591 orang, sedangkan merchant yang menerima pembayaran melalui QRIS mencapai 987.737. Keduanya tumbuh masing-masing 7,42 persen dan 21,24 persen secara tahunan.
Pelaku usaha mikro masih mendominasi pemanfaatan QRIS di DIY dengan kontribusi sekitar 59 persen dari total merchant. Distribusinya terbesar berada di Kabupaten Sleman dengan 40,38 persen, diikuti Bantul dengan 26,71 persen, Kota Yogyakarta sebanyak 20,78 persen, Kulon Progo sebanyak 6,90 persen, dan Gunungkidul dengan 5,78 persen.
Sudibyo menambahkan, BI juga memperluas implementasi QRIS ke sektor transportasi dan pariwisata melalui sejumlah program seperti QRIS TAP dan QRIS Andong Wisata. Langkah tersebut bertujuan memperluas akses keuangan digital bagi pelaku wisata maupun UMKM.
“Ini merupakan bentuk komitmen kami dalam memperkuat inklusi keuangan digital,” katanya.
Ia menegaskan digitalisasi memberikan manfaat berlipat bagi perekonomian DIY. Selain mempercepat proses transaksi dan memperluas akses layanan keuangan, pemanfaatan QRIS juga meningkatkan daya saing UMKM di tengah dinamika ekonomi global.
Menurutnya, QRIS telah menjadi instrumen penting dalam aktivitas ekonomi masyarakat, baik bagi pedagang kecil maupun sektor pariwisata.
“Pedagang kecil kini bisa tetap berproduksi dan bertransaksi tanpa dibatasi ruang dan waktu,” jelasnya.
Deputi Kepala Perwakilan BI DIY, Hermanto, menyebut sudah mulai ada pergeseran transaksi dari tunai menjadi non tunai. Menurutnya, penggunaan QRIS juga mempengaruhi pertumbuhan ekonomi daerah. Sebab, QRIS membuat perputaran uang lebih cepat.
“Kami menghitungnya adalah velocity of money, berapa kali uang per unit Rp 1 itu berpindah ke antar agen ekonomi. Kalau dengan cash, Rp 1 itu mungkin (berputar) tiga kali dalam satu hari, itu kan berarti dampak transaksi dan ekonominya tidak begitu cepat,” bebernya.



![Ilustrasi beras. [vecteezy/Suwinai Sukanant]](https://populi.id/wp-content/uploads/2025/07/ilustrasi-beras-120x86.png)








