YOGYAKARTA, POPULI.ID – Kabar duka menyelimuti Yogyakarta dan para pecinta kuliner. Hamzah Sulaeman, sosok di balik berdirinya House of Raminten, telah berpulang.
Pria bernama asli KMT Tanaya Hamidji Nindyo ini meninggal dunia pada Rabu (23/4/2025) pukul 22.34 WIB di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta.
Jenazah Hamzah Sulaeman akan disemayamkan di Rumah Duka PUKJ Yogyakarta dan rencananya akan dikremasi pada Sabtu (26/4/2025).
Menghembuskan napas terakhir di usia 75 tahun, jejak tak terlupakan Hamzah Sulaeman akan terus terasa di setiap sudut restoran dan pertunjukan yang ia ciptakan.
Berikut merupakan deretan fakta unik tentang mendiang Hamzah Sulaeman yang mungkin belum banyak diketahui.
1. Putra Bungsu Pendiri Grup Mirota
KMT Tanaya Hamidji Nindyo merupakan anak bungsu dari pendiri Grup Mirota, yaitu Hendro Sutikno dan Tini. Orang tuanya memiliki andil penting dalam dinamika bisnis dan budaya di Yogyakarta.
2. Pernah Kuliah di UGM, tapi Tidak Tuntas
Hamzah Sulaeman sempat mengenyam pendidikan di Jurusan Biologi, Universitas Gajah Mada (UGM), akan tetapi tidak sampai tamat.
Usai sempat tidak menuntaskan kuliah sebelumnya, Hamzah Sulaeman kemudian berhasil menyelesaikan studi sarjananya di Jurusan Bahasa Inggris, Universitas Sanata Dharma.
3. Kerja di Kapal Pesiar
Setelah lulus kuliah, Hamzah Sulaeman bekerja sebagai pelayan di sebuah kapal pesiar pada tahun 1970. Ia juga sempat bekerja di Amerika Serikat selama 3 tahun sebelum akhirnya pulang ke Indonesia karena sang ayah jatuh sakit.
4. Warisi Bisnis saat Usia 25 Tahun
Kepergian Hendro Sutikno pada tahun 1975 mau tak mau membuat Hamzah Sulaeman yang kala itu berusia 25 tahun harus mewarisi toko kelontong ayahnya yang berada di Malioboro.
5. Modal Rp80 Juta Rintis Bisnis Mirota Batik
Di tangannya, warung kelontong milik mendiang ayahnya disulap menjadi Mirota Batik. Toko ini mulai ia rintis pada tahun 1977 dengan modal Rp80 juta.
Ketika awal berdiri, Mirota Batik belum sebesar dan seramai sekarang. Beruntung, kala itu Hamzah Sulaeman tak patah arang memasarkan batik hasil desainnya.
6. Usaha Mulai Laris dan Ekspansi
Mirota Batik mulai ramai pengunjung usai menjalin kerja sama dengan pemilik Batik Danar, Hadi. Selain itu, Hamzah Sulaeman juga mulai menjual pernak-pernik kerajinan lain di tokonya.
Ketika Mirota Batik sudah makin berkembang, Hamzah Sulaeman melakukan ekspansi dengan membuka cabang baru.
Setelah cabang tokonya yang berada di Malioboro kebakaran,Hamzah Sulaeman menggunakan sisa uang tabungan miliknya untuk membangun kembali gedung tokonya.
Gedung baru Mirota Batik pun tampak jauh lebih megah dari sebelumnya, bahkan menyerupai mal. Pembangunan ini berhasil diselesaikan dalam kurun waktu satu tahun.