YOGYAKARTA, POPULI.ID – Annisa Rahmawati, Senior Campaigner Geopix, mengungkapkan temuan terkini terkait krisis habitat gajah Sumatera di lanskap Bukit Tigapuluh, Jambi.
“Pagar itu masih berdiri. Kami telah mendesak perusahaan, namun belum ada komitmen jelas,” katanya, Senin (5/5/2025).
Geopix bersama Satya Bumi menemukan penyusutan ruang hidup gajah akibat alih fungsi hutan menjadi kebun karet di dalam konsesi PT Lestari Asri Jaya (LAJ), anak usaha Michelin Group.
Konsesi seluas 61.495 hektare itu membentang di empat kecamatan dan berbatasan langsung dengan Taman Nasional Bukit Tigapuluh—koridor penting migrasi gajah.
Sementara dari total 9.700 hektare kawasan konservasi (Wildlife Conservation Area), hanya 1.723 hektare yang dinilai masih layak mendukung kehidupan liar.
Andi Muttaqien, Direktur Eksekutif Satya Bumi, menyebut sebagian besar kawasan konservasi telah berubah fungsi menjadi kebun, permukiman, dan akses ilegal menuju taman nasional.
“Perusahaan seperti Michelin semestinya menjaga komitmen perlindungan, bukan membiarkan kawasan konservasi rusak,” ujarnya.
Geopix mencatat terdapat 363 bangunan permanen dan sebanyak 700 kepala keluarga yang menetap di dalam zona konservasi tersebut.
Selain itu, warga memasang 44 titik pagar listrik nonstandar sepanjang 46,6 kilometer, yang dinilai menghalangi jalur alami gajah dan membahayakan satwa liar lainnya.
Temuan ini telah dilaporkan ke Michelin pada (21/3/2025) melalui skema pengaduan Global Platform for Sustainable Natural Rubber (GPSNR).
Namun hingga awal Mei, perusahaan belum menunjukkan respons atau langkah korektif.
“Laporan ini akan kami serahkan ke KLHK. Jika dibiarkan, populasi gajah di Bukit Tigapuluh akan punah,” tegasnya.
Saat ini, populasi gajah Sumatera di kawasan tersebut diperkirakan kurang dari 120 ekor.