YOGYAKARTA, POPULI.ID – Dinas Kesehatan DIY bersama Enesis Group resmi meluncurkan gerakan Bebas Nyamuk, Keluarga Sehat, dan Bebas DBD di Royal Ambarrukmo Hotel, Senin (19/5/2025).
Program ini menyasar 27 kelurahan di Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, dan Gunungkidul, sebagai respon terhadap peningkatan kasus demam berdarah dengue (DBD).
Kepala Dinas Kesehatan DIY, Pembajun Setyaningastutie, mengungkapkan bahwa hingga Maret 2025, tercatat 1.135 kasus DBD di wilayah DIY. Jumlah ini meningkat dari 1.067 kasus pada 2024.
“DBD merupakan penyakit menular akibat gigitan nyamuk Aedes aegypti. Pencegahannya mencakup peningkatan daya tahan tubuh, pemberantasan sarang nyamuk, serta perlindungan diri dari gigitan nyamuk,” katanya.
Ia menegaskan, gerakan ini bertujuan memperkuat peran kader jumantik melalui pendekatan satu rumah satu jumantik dan pelatihan rutin 3M Plus.
Menurutnya, kegiatan ini bagian dari upaya sistematis memutus rantai penularan.
“Selain menekan angka jentik, kegiatan ini membentuk pola hidup bersih dan sehat di lingkungan keluarga,” tambahnya.
Ia juga menjelaskan pentingnya kolaborasi antara pemerintah dan sektor swasta dalam penanggulangan penyakit menular berbasis lingkungan.
“Keterlibatan masyarakat, kader kesehatan, dan perangkat kalurahan menjadi kunci pengendalian,” tuturnya.
CEO Enesis Group, Aryo Widiwardhono, menegaskan komitmen perusahaannya dalam mendukung upaya pencegahan DBD.
“Kami lahir dari keresahan akan nyamuk dan berkomitmen menghadirkan produk yang menjadi solusi kesehatan keluarga. Soffell, misalnya, kini digunakan di lebih dari 14 negara,” ucapnya.
Menurutnya, Enesis Group tak sekadar menjual produk, melainkan turut memberdayakan masyarakat melalui pelatihan dan penguatan kapasitas kader jumantik.
“Sebagai bagian dari tanggung jawab sosial, kami ingin program ini menjadi gerakan kolektif dalam menciptakan lingkungan yang sehat dan bebas DBD,” ujarnya.
Ia menyebut pelibatan aktif masyarakat adalah bentuk investasi kesehatan jangka panjang.
“Gerakan ini inklusif—tidak melihat usia, latar belakang, atau lokasi. Nyamuk bisa menggigit siapa saja, kapan saja,” tegasnya.
Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X, menyoroti tantangan geografis dan iklim tropis sebagai faktor pendukung penyebaran penyakit DBD.
“Curah hujan tinggi dan kelembapan udara menciptakan lingkungan ideal bagi perkembangbiakan nyamuk. Ini menjadi ancaman kesehatan yang tidak bisa diabaikan,” imbuhnya.
Namun, menurutnya, tantangan terbesar bukan pada iklim, melainkan rendahnya kesadaran masyarakat.
“Perilaku hidup sehat menjadi kunci utama pencegahan. Ketika masyarakat teredukasi, tindakan preventif meningkat signifikan,” ungkapnya.
Ia mengapresiasi program yang menyatukan edukasi, pemberdayaan, dan pelatihan berbasis komunitas ini.
“Upaya seperti gerakan 3M Plus, pelibatan kader jumantik, serta pendekatan berbasis komunitas harus terus diperkuat agar DIY mampu mencapai eliminasi malaria dan menekan kasus DBD secara berkelanjutan,” pungkasnya.