POPULI.ID – Ketegangan antara Iran dan Israel kembali meletup, kali ini dengan intensitas yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Dalam hitungan hari, kedua negara saling meluncurkan serangan mematikan yang menewaskan ratusan orang dan memicu kekhawatiran global akan pecahnya perang regional skala penuh di Timur Tengah.
Ledakan pertama pecah Jumat (13/6), saat Israel meluncurkan serangan udara besar-besaran ke jantung wilayah Iran, termasuk ibu kota Teheran.
Serangan tersebut tidak hanya menghancurkan infrastruktur vital seperti depo gas dan kilang minyak, tapi juga merenggut nyawa puluhan anak-anak dan ratusan warga sipil.
Laporan pemerintah Iran menyebutkan sedikitnya 224 orang tewas dan lebih dari 1.200 lainnya luka-luka.
Tak hanya menyasar kawasan sipil, jet-jet tempur Israel juga membombardir fasilitas militer utama, termasuk pangkalan Korps Garda Revolusi (IRGC) di Kermanshah dan kompleks nuklir Natanz. Hal ini menyulut kekhawatiran akan eskalasi nuklir yang lebih luas.
Korban dari pihak militer Iran pun tak sedikit. Sejumlah nama besar, termasuk Kepala Staf Angkatan Bersenjata Jenderal Mohammad Bagheri dan Panglima IRGC Jenderal Hossein Salami, dilaporkan tewas dalam serangan yang dinilai sebagai operasi pembunuhan terencana.
Iran Membalas Tanpa Ampun
Tak butuh waktu lama, Iran merespons dengan rentetan rudal balistik dan drone tempur yang menghantam kota-kota besar Israel seperti Tel Aviv, Yerusalem, dan Haifa pada Senin dini hari (16/6).
Video amatir dan rekaman udara menunjukkan gedung-gedung tinggi runtuh diterjang ledakan. Sejauh ini, serangan balasan Iran menewaskan sedikitnya 24 orang dan melukai lebih dari 500 lainnya.
“Serangan ini belum berakhir. Jika Israel terus menyerang, kami akan melanjutkan balasan dengan skala lebih besar,” tegas Juru Bicara Angkatan Bersenjata Iran dalam pernyataan resminya.
Iran mengklaim telah meluncurkan lebih dari 370 rudal serta ratusan drone ke wilayah Israel, termasuk satu rudal yang jatuh di dekat konsulat Amerika Serikat di Tel Aviv.
Meski tidak ada korban dari pihak AS, insiden ini menambah panas suhu geopolitik di kawasan.
Klaim Bom Nuklir dan Ancaman Balas Dendam
Dari pihak Israel, serangan ke Teheran disebut sebagai langkah pre-emptive untuk menggagalkan apa yang mereka sebut sebagai program senjata nuklir rahasia Iran.
Seorang pejabat intelijen Israel bahkan mengklaim bahwa Teheran telah menyimpan cukup uranium untuk merakit 15 bom nuklir dalam waktu dekat—klaim yang hingga kini belum mendapat verifikasi internasional.
Namun, Iran membantah keras dan menuding Israel melakukan agresi sepihak yang memicu krisis kemanusiaan.
“Kami tidak mencari perang, tapi kami tidak akan tinggal diam saat rakyat dan tanah kami dibombardir,” ujar Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi saat bertemu para duta besar asing di Teheran.
Timur Tengah di Titik Kritis
Dengan korban jiwa terus bertambah dari kedua belah pihak, tekanan internasional untuk menghentikan kekerasan semakin menguat.
PBB, Uni Eropa, dan negara-negara besar seperti Rusia dan Tiongkok menyerukan gencatan senjata segera dan pembukaan jalur diplomasi.
Namun hingga kini, belum ada tanda-tanda penurunan eskalasi. Justru sebaliknya, Iran bersumpah akan meluncurkan lebih banyak rudal jika Israel tidak menghentikan serangan.
Konflik ini tak lagi sekadar perseteruan dua negara. Dunia kini menahan napas, menunggu apakah Timur Tengah benar-benar akan meledak ke dalam perang terbuka.