JAKARTA, POPULI.ID– Pemerintah Indonesia berhasil menyelamatkan ekspor nasional dari ancaman tarif tinggi Amerika Serikat (AS) setelah melalui negosiasi intensif selama lebih dari tiga bulan.
Kesepakatan dagang antara Indonesia dan AS resmi diumumkan pada Selasa (15/7/2025), menyusul keputusan Presiden AS Donald Trump untuk menurunkan tarif impor atas produk Indonesia dari sebelumnya 32 persen menjadi 19 persen.
Pemerintah Indonesia pun langsung bergerak cepat dengan jalur diplomasi ekonomi.
Menanggapi pengumuman tarif 32 persen yang dikeluarkan AS awal April lalu dan kembali ditegaskan lewat surat resmi pada 7 Juli 2025, pemerintah Indonesia mempercepat upaya diplomatik.
Tenggat waktu pemberlakuan tarif pada 1 Agustus 2025 menjadi momentum penting untuk merundingkan ulang kebijakan tersebut.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memimpin langsung jalannya negosiasi dengan menyusun paket respons strategis, termasuk revitalisasi perjanjian perdagangan TIFA, pelonggaran kebijakan impor, hingga insentif investasi.
“Termasuk kemungkinan menambah impor dari AS seperti gandum, katun, dan produk migas, agar ekspor-impor kita tetap seimbang,” ujar Airlangga dalam keterangannya.
Kesepakatan Dagang dan Komitmen Pembelian
Sebagai bagian dari kesepakatan, Indonesia menyetujui tarif 19 persen untuk produk yang masuk ke pasar AS. Sebaliknya, produk AS yang masuk ke Indonesia dibebaskan dari bea masuk.
Presiden Trump dalam pernyataannya menyebut bahwa Indonesia juga menyepakati pembelian sejumlah produk unggulan AS, seperti energi senilai 15 miliar dolar AS, produk pertanian sebesar 4,5 miliar dolar AS, dan 50 unit pesawat Boeing.
Kesepakatan ini diumumkan Trump lewat unggahan di platform Truth Social. “Kesepakatan luar biasa, baru saja kami capai dengan Indonesia. Saya langsung bernegosiasi dengan Presiden mereka yang sangat dihormati,” tulis Trump.
Cegah Penyalahgunaan Jalur Ekspor
Tak hanya soal tarif dan pembelian, dalam kesepakatan juga terdapat klausul pencegahan pengalihan barang dari China melalui Indonesia.
Pemerintah AS mencurigai praktik tersebut sebagai upaya menghindari beban tarif, sehingga diberlakukan ketentuan penalti bagi produk yang diduga berasal dari China tapi dikirim melalui Indonesia.
Trump juga menyinggung potensi kerja sama dalam sektor tembaga. Ia menyebut Indonesia sebagai salah satu penghasil tembaga berkualitas tinggi yang bisa menjadi mitra penting jika kebijakan tarif atas impor tembaga diberlakukan secara penuh.
Tantangan Bagi Dunia Usaha
Meski kesepakatan tercapai, ketidakpastian masih membayangi pelaku usaha. Kebijakan dagang Trump yang cenderung berubah-ubah dinilai menyulitkan dunia usaha global.
Banyak pengusaha khawatir akan risiko tarif tinggi yang diberlakukan secara mendadak dan sepihak.
Trump sebelumnya menyarankan agar perusahaan memindahkan produksi ke dalam negeri AS, namun langkah itu tidak mudah diwujudkan karena memerlukan biaya dan tenaga kerja yang besar.
Saat ini, Indonesia tercatat sebagai mitra dagang ke-23 terbesar bagi Amerika Serikat.
Tahun lalu, nilai ekspor Indonesia ke AS mencapai 28 miliar dolar AS, dengan komoditas utama berupa pakaian dan alas kaki.
Sementara ekspor AS ke Indonesia bernilai sekitar 10 miliar dolar AS, didominasi oleh produk biji-bijian, minyak, dan gas.