• Tentang Kami
Monday, September 1, 2025
populi.id
No Result
View All Result
  • Login
  • HOME
  • NEWS
    • GLOBAL
    • NASIONAL
    • POLITAINMENT
  • SLEMAN
  • BANTUL
  • KOTA YOGYAKARTA
  • KULON PROGO
  • GUNUNGKIDUL
  • JATENG
    • KEDU
    • SOLO RAYA
  • BISNIS
  • UMKM
  • SIKAP
  • PSS SLEMAN
  • URBAN
    • SPORT
      • LIGA
    • CENDEKIA
    • KESEHATAN
    • KULTUR
    • LIFESTYLE
    • OTOMOTIF
    • TEKNO
  • HOME
  • NEWS
    • GLOBAL
    • NASIONAL
    • POLITAINMENT
  • SLEMAN
  • BANTUL
  • KOTA YOGYAKARTA
  • KULON PROGO
  • GUNUNGKIDUL
  • JATENG
    • KEDU
    • SOLO RAYA
  • BISNIS
  • UMKM
  • SIKAP
  • PSS SLEMAN
  • URBAN
    • SPORT
      • LIGA
    • CENDEKIA
    • KESEHATAN
    • KULTUR
    • LIFESTYLE
    • OTOMOTIF
    • TEKNO
No Result
View All Result
populi.id
No Result
View All Result
Home Bisnis

Tarif Impor 19 Persen Disorot, Pengamat: Berpotensi Gerus Sektor Manufaktur Dalam Negeri

Meski tarif impor turun, Indonesia masih menghadapi tantangan besar di pasar domestik terutama masuknya produk Ameria dengan tarif 0 persen.

byGalih Priatmojo
July 17, 2025
in Bisnis, headline
Reading Time: 2 mins read
A A
0
ilustrasi impor

ilustrasi impor. [pixabay]

0
SHARES
2
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare via WhatsApp

BANTUL, POPULI.ID – Kesepakatan perdagangan antara Amerika Serikat dan Indonesia yang memangkas tarif impor dari 32 persen menjadi 19 persen disambut dengan sikap waspada oleh pengamat ekonomi internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Prof Faris Al-Fadhat.

Menurutnya, kebijakan ini memang membuka peluang ekspor yang harus dimanfaatkan, namun di sisi lain juga menyimpan risiko besar bagi industri dalam negeri.

BERITA MENARIK LAINNYA

Sri Sultan Minta Kampus Kawal Aspirasi Mahasiswa: “Jangan Ada Kekerasan di Yogyakarta”

Ratusan Jurnalis Jadi Korban Agresi Israel di Gaza, Fajar Junaedi: Pembungkaman Kebenaran Secara Sistematis

“Kita harus waspada karena ini bagian dari strategi untuk menekan defisit neraca perdagangan Amerika terhadap Indonesia,” ujar Faris dikutip dari laman  UMY, Kamis (17/7/2025).

Faris menjelaskan, meski penurunan tarif hingga 19 persen merupakan perkembangan positif dibandingkan tarif sebelumnya, serta masih lebih rendah dari tarif negara-negara Asia Tenggara lain seperti Malaysia dan Vietnam yang mencapai di atas 40 persen, Indonesia tetap menghadapi tantangan besar di pasar domestik. Terutama dari masuknya produk Amerika dengan tarif 0 persen yang berpotensi menggerus daya saing sektor manufaktur kecil di dalam negeri.

“Secara tidak langsung, kita ‘dipaksa’ membuka pasar bagi produk Amerika. Ini membuat barang-barang dari sana menjadi jauh lebih kompetitif di pasar kita. Padahal, industri lokal belum tentu mampu bersaing secara harga maupun kualitas,” jelasnya.

Faris juga menilai kebijakan ini masih jauh dari prinsip perdagangan yang ideal karena tidak melalui proses negosiasi yang setara. Sehingga, pemerintah harus mengawal agar dampaknya tidak merugikan berbagai industri dalam negeri.

“Idealnya, kerja sama dagang mengacu pada prinsip WTO yang mengatur keadilan antarnegara. Tapi dalam kasus ini, Indonesia tidak berada dalam posisi tawar yang kuat. Kita mengikuti, bukan menegosiasikan,” imbuhnya.

Selain belum ada pernyataan resmi dari Pemerintah Indonesia, Faris juga menyoroti bahwa kesepakatan tersebut masih bersifat tentatif dan baru akan berlaku mulai 1 Agustus mendatang. Mengingat gaya kepemimpinan Trump yang kerap berubah-ubah, keputusan ini masih sangat mungkin mengalami revisi.

“Sejauh ini, baru pernyataan sepihak dari Donald Trump. Kita tunggu bagaimana respons dan langkah resmi dari pemerintah dalam beberapa hari ke depan,” katanya.

Faris juga mengungkapkan bahwa kesepakatan ini tidak datang tanpa syarat. Salah satu klausul penting yang muncul adalah pembelian sekitar 50 unit pesawat Boeing 777 oleh Indonesia, yang menurutnya menunjukkan adanya tekanan ekonomi-politik dalam hubungan dagang tersebut.

“Ini bukan semata-mata relaksasi perdagangan. Ada unsur barter kepentingan, di mana Indonesia didorong untuk membeli produk strategis Amerika,” ujarnya.

Dari perspektif hubungan internasional, Faris menilai posisi Indonesia harus cerdas dan mampu menjaga keseimbangan di tengah rivalitas dua kekuatan besar, Amerika dan China. Jangan sampai keputusan Indonesia untuk terlalu dekat dengan Amerika justru memicu ketegangan dengan China, begitu pula sebaliknya.

“Sekarang kita lihat bagaimana agresifnya Amerika mendorong negara-negara lain masuk ke kubunya dan mengikuti iramanya. Ini menunjukkan adanya persaingan besar antara Amerika dan China. Di satu sisi, Amerika ingin menyeimbangkan perdagangan. Di sisi lain, ia juga ingin tetap kompetitif dengan China. Karena harus diingat, China akan menjadi negara dengan ekonomi terbesar di dunia. Persoalannya hanya tinggal soal waktu. Dan inilah yang coba diantisipasi oleh Amerika. Indonesia harus berada di tengah-tengah itu,” pungkasnya.

Tags: amerikaFaris Al-Fadhatpengamat ekonomiperdagangantarif imporUMY

Related Posts

Sri Sultan Minta Kampus Kawal Aspirasi Mahasiswa: “Jangan Ada Kekerasan di Yogyakarta”

Sri Sultan Minta Kampus Kawal Aspirasi Mahasiswa: “Jangan Ada Kekerasan di Yogyakarta”

September 1, 2025
Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Fajar Junaedi

Ratusan Jurnalis Jadi Korban Agresi Israel di Gaza, Fajar Junaedi: Pembungkaman Kebenaran Secara Sistematis

August 27, 2025
Teknologi pemilah buah karya akademisi UMY

UMY Kembangkan Teknologi Pemilah Buah Otomatis untuk Tingkatkan Mutu Ekspor

August 25, 2025
Ilustrasi musik

Pakar Hukum Pidana UMY Soroti Kisruh Royalti Musik: Bukan Persoalan Baru

August 20, 2025
Presiden Prabowo Subianto memberikan pidato kenegaraan dalam Sidang Tahunan di MPR jelang perayaan kemerdekaan ke-80 Republik Indonesia, Jumat (15/8/2025)

Soroti Pidato Presiden Soal Berangus Korupsi, Dosen UMY Tantang Prabowo Buktikan Konkretnya

August 16, 2025
Ilustrasi kawasan pusat perbelanjaan

Menggema Fenomena Rojali, Pakar UMY: Bukan Indikator Pelemahan Daya Beli Masyarakat

August 9, 2025
Next Post
Kabupaten Sleman menjadi tuan rumah peringatan puncak Harganas ke-32 tingkat DIY, di Pendopo Parasamya

Sleman Tuan Rumah Peringatan Harganas ke-32, Danang Maharsa : Keluarga Fondasi Utama Pembangunan Bangsa

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

No Result
View All Result

TERPOPULER

Ilustrasi SMP di Sleman

8 SMP Terbaik di Sleman yang Bisa Jadi Pilihan

June 4, 2025
Berikut 10 SMP unggulan di Bantul yang bisa dijadikan acuan sebelum mendaftar SPBM 2025.

Inilah 7 SMP Unggulan di Bantul yang Paling Diburu Jelang SPMB 2025

June 9, 2025
Sejumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI asyik berjoget usai sidang tahunan MPR RI (tangkapan layer : YT/TVParlemen)

Joget di Atas Luka Rakyat, Tarian di Tengah Kubangan Derita Bangsa

August 18, 2025
Kabupaten Bantul memiliki sejumlah Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang menjadi incaran para pendaftar.

10 SMP Favorit di Bantul: Pilihan Terbaik Sekolah Negeri dan Swasta

June 18, 2025
Para ojol dari berbagai aplikasi menggelar aksi di kawasan Titik Nol Kilometer bertajuk Kebangkitan Transportasi Online, Selasa (20/5/2025).

Aksi Ojol Turun ke Jalan Direspons, Sekda DIY Sambut Aspirasi Soal Regulasi dan Kesejahteraan

May 21, 2025

Subscribe

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Privacy Policy
Copyright ©2025 | populi.id

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • HOME
  • NEWS
    • GLOBAL
    • NASIONAL
    • POLITAINMENT
  • SLEMAN
  • BANTUL
  • KOTA YOGYAKARTA
  • KULON PROGO
  • GUNUNGKIDUL
  • JATENG
    • KEDU
    • SOLO RAYA
  • BISNIS
  • UMKM
  • SIKAP
  • PSS SLEMAN
  • URBAN
    • SPORT
      • LIGA
    • CENDEKIA
    • KESEHATAN
    • KULTUR
    • LIFESTYLE
    • OTOMOTIF
    • TEKNO

Copyright ©2025. populi.id - All Right Reserved.