SLEMAN, POPULI.ID – Kelompok Tani (Poktan) Lestari Mulyo melakukan panen padi organik varietas Sembada Merah yang menjadi unggulan di Padukuhan Kalirase, Kalurahan Trimulyo, Kabupaten Sleman, Selasa (29/7/2025). Ada lima hektare lahan yang dipanen dengan rata-rata produktivitas 6,2 ton gabah kering panen (GKP) per hektare.
Ketua Poktan Lestari Mulyo, Parjana, mengatakan varietas Sembada Merah memiliki sejumlah keunggulan dibanding jenis beras yang lain, terutama dari sisi kandungan nutrisi dan ketahanan saat masa tanam kedua (MT2).
“Biasanya produksi menurun saat MT2, tapi Sembada Merah hasilnya masih setara dengan MT1. Kalau ditanam pada MT1 mungkin hasilnya bisa lebih tinggi lagi,” ujarnya, Selasa (29/7/2025).
Meski produktivitasnya cukup tinggi, varietas tersebut memiliki kelemahan dalam ketahanan batang, yang cenderung lebih lentur dan mudah rebah. Namun demikian, hasil panen tetap tergolong baik.
Terkait harga jual gabah, Parjana mengungkapkan pihaknya telah menjalin komunikasi dengan BRIN dan BUMDes Kalurahan.
“Harga GKP dari Bulog Rp 6.500 per kilogram, sementara kami sudah mendapatkan harga Rp 6.750,” urainya.
Parjana menyampaikan komitmen Poktan Lestari Mulyo untuk terus mengembangkan pertanian organik dan benih unggul di Trimulyo.
Dia menyebut, Poktan Lestari Mulyo saat ini telah memiliki sertifikat nasional untuk pengembangan benih. Oleh karena itu untuk selanjutnya penanaman padi varietas Sembada Merah akan ditingkatkan di lahan seluas 4.000 meter persegi.
“Dengan target produksi benih mencapai satu ton,” ucapnya.
Saat ini, total lahan pertanian di Kalirase mencapai 25 hektare. Dalam panen perdana tersebut, Poktan Lestari Mulyo berhasil menangani sebanyak 130 ton gabah, di luar 150 ton yang sebelumnya diserap oleh Bulog.
Menurut Parjana, dengan adanya harga serap dari Bulog, poktan juga memberikan edukasi kepada petani di Trimulyo untuk memaksimalkan penyerapan gabah hasil panen.
“Ini sangat mendukung keberhasilan pertanian dan meningkatkan daya tarik bagi petani untuk memperkuat ekonomi keluarga,” paparnya.
Wakil Bupati Sleman, Danang Maharsa, mengapresiasi Poktan Lestari Mulyo di Padukuhan Kalirase yang berani berinovasi menanam varietas padi organik unggulan Sembada Merah. Menurutnya, hasil panen di wilayah tersebut menunjukkan performa yang sangat baik. Sejalan dengan hasil panen di wilayah Ngemplak sebelumnya.
Danang menegaskan bahwa varietas Sembada Merah dan Sembada Hitam telah dikukuhkan secara resmi melalui Surat Keputusan Kementerian Pertanian Nomor 126 Tahun 2019.
“Artinya, petani di beberapa wilayah di Sleman sudah bisa mulai menanam varietas ini secara lebih luas,” ujarnya.
Dia juga menyoroti meningkatnya permintaan konsumen terhadap varietas tersebut. Hal itu terutama didorong dengan semakin meningkatna kesadaran masyarakat akan konsumsi makanan sehat.
“Jika produksi tidak ditingkatkan, dikhawatirkan kebutuhan pasar tidak akan terpenuhi,” jelasnya.
Danang menambahkan, dari sisi nilai ekonomi, Sembada Merah memiliki harga jual yang lebih tinggi dibanding beras biasa. Terlebih karena sistem penanamannya organik dan menggunakan pupuk alami.
Dia juga mengingatkan masyarakat untuk waspada terhadap isu beras palsu atau beras oplosan yang menjadi perhatian nasional. Danang berharap hal itu tidak terjadi di Sleman.
“Karena Sleman adalah daerah penghasil beras, dan secara rata-rata produksi tahunan masih mencukupi kebutuhan daerah. Kalau bisa, beli beras dari petani kita sendiri,” tuturnya.
Wajib Dilestarikan
Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Sleman, Siti Rochayah, mengatakan beras varietas merah dan hitam yang telah ditetapkan sebagai varietas lokal unggulan wajib dilestarikan dan dikembangkan setiap tahun.
Pemerintah Kabupaten Sleman memiliki program pengembangan padi Sembada Merah dan Sembada Hitam yang saat ini masih terbatas.
“Dulu menggunakan Danais, tapi sekarang kami memakai dana APBD dengan target minimal pengembangan seluas 50 hektare tiap tahun, baik untuk Sembada Merah maupun Hitam,” ujarnya.
Menurut Siti, varietas padi tersebut awalnya dimurnikan di Kapanewon Pakem yang menjadi pusat pengembangan tahunan. Selanjutnya, pengembangan padi Sembada Merah dan Hitam diperluas ke wilayah Kapanewon lain seperti Sleman, Seyegan, Ngemplak, dan Prambanan.
“Kami berharap di setiap kapanewon, petani terus mengembangkan padi Sembada Merah agar varietas lokal unggulan ini tetap lestari dan memberi manfaat bagi ketahanan pangan di Sleman,” harapnya. (Gregorius Bramantyo)