YOGYAKARTA,POPULI.ID – Kematian Arya Daru Pangayunan, diplomat muda Kementerian Luar Negeri, menyisakan tanda tanya besar.
Seorang Pakar Sosiologi Kriminalitas dari kampus UGM menilai, aspek pekerjaan Daru kemungkinan besar tidak bisa dipisahkan dari penyebab meninggalnya.
Hal ini mengemuka setelah ditemukannya lakban kuning melilit kepala korban, jenis lakban yang lazim digunakan dalam tugas diplomatik di luar negeri.
Temuan ini memunculkan dugaan adanya kaitan antara kematian dan profesinya.
“Ketika seseorang meninggal dalam kondisi tak wajar, yang pertama kali ditelusuri biasanya adalah latar belakang kesehatannya dan profesinya. Dalam kasus ini, profesi menjadi variabel yang sangat mungkin memunculkan risiko tertentu,” ujar Drs Soeprapto, pakar sosiologi kriminalitas, Rabu (30/7/2025).
Ia menambahkan, rangkaian kejadian yang mengiringi kematian Daru menunjukkan adanya pola yang sistematis.
“Penemuan lakban bukan sekadar detail. Itu memberi sinyal bahwa insiden ini tidak berlangsung spontan,” katanya.
Menurut Soeprapto, peristiwa ini membuka ruang analisis lebih luas.
Ia menilai pendekatan lama dalam menyelidiki motif kriminal, seperti membaca ekspresi atau perilaku sehari-hari korban, tak lagi cukup relevan dalam konteks kasus seperti ini.
“Arya dikenal sangat tertutup, bahkan kepada keluarga. Tak pernah ada tanda ia menyimpan tekanan berat atau mengalami gangguan emosional. Kalau ternyata bisa terjadi peristiwa ekstrem seperti ini, maka alat baca psikologis yang kita pakai selama ini perlu ditinjau ulang,” ujarnya.
Kematian Daru disebutnya sebagai contoh bahwa di balik profesi yang tampak tenang, bisa tersembunyi tekanan luar biasa atau bahkan potensi ancaman lain yang belum terungkap.
Penanganan kasus ini, menurut Soeprapto, memerlukan pendalaman lebih dari sekadar mencari motif personal.
Profesi diplomatik yang sarat kepentingan dan tekanan geopolitik, bisa saja menyimpan risiko-risiko yang selama ini luput dari perhatian publik.
Sebelumnya, Arya Daru ditemukan tewas di kamar kosnya dengan wajah terlilit lakban pada Selasa, 8 Juli 2025.
Kematian diplomat muda berusia 39 tahun ini masih menyisakan tanda tanya meski kepolisian telah menyatakan tak ada keterlibatan pihak lain di balik tewasnya ADP
(populi.id/Hadid Pangestu)