SLEMAN, POPULI.ID – Dinas Pertanian, Pangan, dan Perikanan (DP3) Sleman menyebut pembangunan sejumlah proyek jalan tol di wilayah DIY, termasuk Tol Jogja-Solo, Jogja-Bawen, dan Jogja-YIA, berdampak signifikan terhadap penyusutan lahan pertanian di Sleman.
Kepala DP3 Sleman, Rofiq Andriyanto, mengatakan meski desain jalan tol sebagian besar dibuat melayang (elevated), tetap ada kebutuhan lahan di titik-titik tertentu yang tidak bisa dihindari.
“Sebenarnya sudah diupayakan (tol) itu melayang, tapi tetap saja namanya jalan tol pasti butuh lahan,” ujarnya kepada wartawan, Selasa (30/7/2025).
Dari catatan DP3 Sleman, sekitar 600 hektare lahan pertanian terdampak proyek tol di seluruh wilayah DIY.
Angka ini bisa bertambah karena adanya pergeseran trase dan penambahan titik exit tol.
“Jadi angka 600 hektare itu kemungkinan angka minimal,” katanya.
Rofiq menuturkan, pada tahun 2023 luas lahan pertanian di Sleman tercatat sekitar 1.837 hektare berdasarkan metode pemetaan kasar.
Namun dari data yang dirilis oleh Kementerian Pertanian dan Kementerian ATR/BPN pada akhir 2024 menunjukkan bahwa luas lahan baku sawah di Sleman tersisa 15.918 hektare.
“Saya yakin karena itu (tergerus jalan tol). Selain juga karena ada alih fungsi menjadi permukiman,” ucapnya.
Meskipun lahan menyusut, Rofiq memastikan bahwa ketahanan pangan di Sleman masih dalam kondisi aman.
Ia menyebutkan bahwa produksi setara gabah di Sleman berkisar antara 170 sampai 175 ribu ton per tahun.
Sementara konsumsi warga Sleman yang berjumlah sekitar 1,2 hingga 1,3 juta jiwa hanya membutuhkan sekitar 75 ribu ton beras per tahun.
“Artinya, kami masih surplus sekitar 55 sampai 60 ribu ton per tahun. Lima tahun ke depan ketersediaan beras masih aman,” tegasnya.
Untuk menjaga keberlanjutan produksi pangan, DP3 Sleman terus menggenjot produktivitas pertanian melalui pelatihan bagi kelompok tani dan penggunaan varietas unggul.
Di sisi lain, pemerintah juga berupaya menjaga keberadaan lahan pertanian melalui regulasi.
“Kami sudah punya Perda LP2B (Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan) dan sedang memperkuat kemitraan dengan pemangku wilayah seperti dukuh dan lurah, karena izin-izin berawal dari wilayah,” terang Rofiq.
Ia juga mengingatkan agar kawasan hijau tidak mudah diubah peruntukannya.
“Kalau itu sudah lahan hijau, jangan terus diupayakan digeser-geser,” sambungnya.
Rofiq menekankan pentingnya keseimbangan antara kebutuhan pembangunan ekonomi dan kedaulatan pangan.
Dia menyebut, Sleman tetap butuh pertumbuhan ekonomi. Hal itu, kata dia, bisa dilihat dari masuknya investasi.
“Investasi biasanya butuh lahan, jadi antara kebutuhan
investasi dan kebutuhan pangan harus seiring sejalan,” ucapnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Tata Ruang Dinas Pertanahan dan Tata Ruang Sleman, Ratna Wahyu Mulyaningsih, mengungkapkan lahan sawah di Sleman yang terkena dampak pembangunan jalan tol seluas 169,37 hektare.
“Tol Solo-Yogya-YIA di Sleman yang terkena lahan sawah sebesar 136,42 hektare. Tol Yogya-Bawen di Sleman yang terkena lahan sawah sebesar 32,95 hektare,” ungkapnya.
(Gregorius Bramantyo)