JAKARTA, POPULI.ID – Belum juga tayang, film animasi bertajuk Merah Putih: One For All sudah mencuri perhatian publik. Namun sayangnya, bukan antuasias melainkan hujan kritik hingga cemooh lantaran film yang rencana tayang 14 Agustus di bioskop tersebut dinilai buruk.
Konteks buruk terutama disorot perihal visual animasi yang terkesan asal-asalan, jomplang disbanding film animasi bertajuk Jumbo yang lebih dulu tayang di bioskop dan meraup kesuksesan.
Walau begitu, film Merah Putih: One For All yang berjenis animasi tersebut bukan satu-satunya atau bahkan yang baru menuai kritik pedas.
Tercatat, ada sejumlah film yang mendahului Merah Putih: One For All yang telah lebih dulu tayang di bioskop mendapat predikat buruk dan menuai kritik pedas.
Berikut di antara film yang menuai kritik pedas tersebut:
1. Rafathar
Jauh sebelum berlabel Utusan Khusus Presiden Bidang Pembinaan Generasi Muda dan Pekerja Seni, Raffi Ahmad yang dijuluki Sultan Andara pernah merilis karya film.
Film berlatar action comedy tersebut melibatkan putra sulungnya Rafathar yang bertajuk sama dengan nama sang anak yakni Rafathar.
Namun sayang, film yang dirilis pada 2017 silam itu tak mendapat respon sebaik Ketika Raffi Ahmad bermain film.
Film berkisah superhero yang konon menelan biaya produksi hingga Rp17 miliar tersebut justru mengalami gagal total Ketika tayang di bioskop.
Padahal bisa dibilang untuk menghidupkan kisah superhero cilik bernama Rafathar, Raffi sampai harus merogoh kocek hingga Rp5 miliar hanya untuk membuat animasi berdurasi 10 menit saja.
Tak hanya gagal total, film Rafathar juga mendapat kritik pedas dari penikmat film.
Disamping plot yang tak jelas, pemakaian efek CGI juga dianggap kurang berkualitas sehingga membuat pedih di mata saat menontonnya.
Lebih dari itu, tak sedikit pula yang menyebut Raffi Ahmad mengeksploitasi sang anak yang Ketika syuting kala itu masih berusia 2 tahun.
2. Ashiap Man
Satu lagi nih, film yang juga punya kisah superhero asli Indonesia belakangan juga turut mendapat kritik pedas.
Film Ashiap Man yang rilis pada Februari 2022 silam ini merupakan karya debut Atta Halilintar sebagai sutradara.
Sahabat Raffi Ahmad tersebut menempatkan dirinya sebagai sosok superhero yang sangat melokal dengan tandem sang istri yakni Aurel Hermansyah.
Sayangnya, film tersebut tak sesukses dibanding konten yang kerap diunggah Atta melalui channel YouTubenya.
Film yang biaya produksinya mencapai Rp2 miliar tersebut dinilai buruk oleh penikmat sinema Indonesia.
Sebagian pecinta sinema Indonesia menyebut film Ashiap Man masih mentah baik akting maupun juga jalan ceritanya. Beberapa bahkan menyebut ceritanya membosankan.
Anehnya, meski menuai banyak kritik pedas, film Ashiap Man masuk daftar kandidat nominasi penyutradaraan film panjang karya perdana terpilih Piala Maya 2023.
Film Ashiap Man bahkan bersanding dengan nominasi film keren Penyalin Cahaya.
3. Bali: Beats of Paradise dan Brush with Danger
Dua film tersebut merupakan karya dari sineas bernama Livi Zheng.
Perempuan yang bermukim di Amerika Serikat tersebut pada 2019 silam menuai sorotan lantaran gembar-gembor bahwa filmya telah menembus Hollywood bahkan masuk nominasi Oscar.
Tak main-main, Livi Zheng bahkan mengklaim filmnya tersebut bersaing dengan film Avengers Endgame yang fenomenal itu.
Kritik pedas pun mendarat ke Livi Zheng. Tak main-main, Joko Anwar hingga kritikus film Adrian Jonathan turut angkat bicara soal klaim yang ditebar Livi Zheng.
Mereka meragukan klaim Livi Zheng soal tembus nominasi Oscar. Klaim itu bahkan disebut sebagai sesuatu yang berlebihan.