SLEMAN, POPULI.ID — Sebuah temuan arkeologis menggemparkan warga Padukuhan Warak Kidul, Kalurahan Sumberadi, Mlati, Sleman. Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah X tengah meneliti arca dan dua batu berbentuk kotak yang diduga peninggalan masa klasik Mataram Kuno.
Penemuan ini terjadi saat pengerjaan drainase pada Jumat (15/8/2025). Laporan pertama diterima dari Dukuh Warak Kidul, yang kemudian langsung ditindaklanjuti oleh tim BPK.
“Kami segera turun ke lokasi untuk mengamankan benda-benda tersebut. Awalnya disimpan sementara di rumah Pak RT sebelum dibawa ke kantor BPK,” jelas Pamong Budaya Ahli Muda BPK Wilayah X, Wardiyah, Senin (25/8/2025).
Arca yang kini diamankan berukuran tinggi 31 cm dengan lebar 23 cm, namun kondisinya rusak parah. Bagian tubuh yang tersisa hanya dari kepala hingga perut.
Meski aus, detail mahkota, kalung, anting, pelat bahu, dan tali kasta masih terlihat, menandakan sosok laki-laki berkasta tinggi.
“Kami sementara menyebutnya arca tokoh,” ujarnya. Arca ini ditemukan di kedalaman 70–80 sentimeter dari permukaan tanah.
Selain arca, dua batu berbentuk kotak juga ditemukan. Satu di antaranya diidentifikasi sebagai batu bertaki, sedangkan yang lain diduga batu isian dari struktur candi, meskipun kondisinya rusak dan tidak menunjukkan tanda pemahatan.
“Ada juga batu alas kemuncak, bagian dari atap candi, yang sudah lama disimpan warga di belakang rumah ketua RT. Letaknya tidak jauh dari temuan arca,” tambah Wardiyah.
Meski temuan ini memunculkan spekulasi keberadaan situs kuno, posisi dan konteks aslinya sulit dipastikan karena semua benda ditemukan terlepas dari struktur awal.
Namun, jejak sejarah ini seolah menguatkan dugaan bahwa kawasan Sumberadi pernah menjadi pusat aktivitas keagamaan.
“Dimungkinkan ada tempat ibadah atau bahkan pemukiman kuno di sekitar sini,” kata Wardiyah.
Berdasarkan ciri perhiasan yang mewah, seperti mahkota dan pelat bahu, BPK memperkirakan arca tersebut berasal dari masa Mataram Kuno, sekitar abad ke-8 hingga ke-10.
“Mungkin sezaman dengan pembangunan candi-candi di kawasan Mlati atau Sleman,” jelasnya.
Untuk memastikan usia dan konteks arca secara akurat, BPK membutuhkan penelitian lebih mendalam, terutama karena belum ditemukan bukti pendukung seperti prasasti.
“Proses identifikasi ini tidak bisa instan. Kami harus berhati-hati agar data yang keluar benar-benar sahih,” tegas Wardiyah.
Kini, lokasi penemuan sudah ditutup setelah dipastikan tidak ada temuan baru.
Pengerjaan drainase kembali dilanjutkan oleh pemerintah Kalurahan Sumberadi, sementara BPK fokus pada upaya konservasi dan penelitian lanjutan.
(populi.id/Gregorius Bramantyo)