YOGYAKARTA, POPULI.ID – Aktivitas kunjungan masyarakat ke pusat perbelanjaan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada tahun 2025 menunjukkan tren positif. Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) DIY mencatat terjadi kenaikan tingkat kunjungan sebesar 10 persen hingga 15 persen sepanjang Januari hingga Oktober 2025 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
“Kalau diperbandingkan dengan 2024, memang ada kenaikan sekitar 10–15 persen. Tidak terlalu signifikan, tapi menunjukkan tren yang lebih baik,” kata Ketua APPBI DIY, Surya Ananta, Kamis (23/10/2025).
Menurutnya, peningkatan tersebut didorong oleh sejumlah momentum yang mendongkrak mobilitas masyarakat ke Yogyakarta, seperti libur sekolah pertengahan tahun, peringatan 17 Agustus, dan periode masuknya mahasiswa baru pada Agustus–September.
“Saat mahasiswa baru masuk ke Jogja, itu mendatangkan traffic besar dari luar kota secara nasional,” ujarnya.
Surya menjelaskan pertumbuhan kunjungan pusat perbelanjaan di Yogyakarta sangat dipengaruhi oleh sektor pariwisata, khususnya dari wisatawan domestik. Sebagai kota wisata kedua terbesar di Indonesia setelah Bali, Yogyakarta menjadi tujuan favorit karena faktor aksesibilitas dan kenyamanan.
“Sekarang orang dari Jakarta, Bandung, atau Surabaya lebih mudah datang ke Jogja karena tol dan layanan kereta api yang makin baik. Hotel-hotel di sini juga punya standar bagus, jadi orang tidak ragu untuk berlibur ke Jogja,” paparnya.
Ia menambahkan, wisatawan nasional masih menjadi penggerak utama dibanding wisatawan mancanegara.
“Kontribusi wisatawan internasional ada, tapi porsinya jauh lebih kecil dibanding wisatawan domestik,” jelasnya.
Meski secara akumulatif terjadi peningkatan kunjungan, Surya mengakui bahwa bulan Oktober termasuk dalam kategori low season untuk pusat perbelanjaan di Yogyakarta. Pola ini, kata dia, merupakan siklus tahunan yang selalu terjadi setelah masa sibuk mahasiswa baru dan sebelum libur akhir tahun.
“Setelah Agustus dan September biasanya mulai melandai sampai menjelang Desember. Dari dulu Oktober memang low season, karena belum masuk momentum Natal dan Tahun Baru,” ungkapnya.
Meski demikian, para pengelola pusat belanja sudah memahami siklus tersebut dan rutin mengantisipasi dengan menggelar program promosi, diskon, dan event hiburan. Langkah ini terbukti mampu menjaga jumlah pengunjung agar tidak turun terlalu jauh.
“Kita tahu setelah peak season pasti ada penurunan, tapi bukan berarti minus, hanya kembali normal. Supaya tidak terlalu turun, kita buat program atau event di mal, bisa diskon, bazar, atau hiburan keluarga,” jelas Surya.
Lebih lanjut, Surya menilai perilaku konsumen saat ini lebih rasional dibanding beberapa tahun lalu. Masyarakat mulai menerapkan prinsip value for money atau berbelanja dengan lebih selektif dan terencana.
“Kalau dulu belanja lebih impulsif, sekarang orang benar-benar memperhitungkan manfaatnya. Tapi sektor kuliner tetap kuat, karena di mal pengunjung tidak hanya belanja barang, tapi juga makan, minum, atau beli oleh-oleh. Semua itu bagian dari spending,” katanya.
Surya memperkirakan tingkat kunjungan ke pusat perbelanjaan akan kembali meningkat pada pertengahan November hingga awal Januari 2026. Seiring dengan datangnya musim liburan Natal dan Tahun Baru.
“Nanti mulai minggu kedua atau akhir November biasanya sudah naik lagi, terus meningkat sampai awal Januari. Itu periode peak season,” ujarnya.
Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) DIY mencatat periode Oktober hingga pertengahan Desember 2025 merupakan masa low season bagi kunjungan wisatawan ke Yogyakarta.
Ketua GIPI DIY, Bobby Ardianto, menjelaskan kondisi ini terjadi karena pada rentang waktu tersebut tidak ada libur nasional maupun libur panjang yang mampu mendorong lonjakan wisatawan. Menurutnya, peningkatan jumlah kunjungan hanya akan terlihat pada weekend. Sementara pada weekday, tingkat kunjungan cenderung menurun.
Bobby menambahkan, di masa low season seperti ini, penyelenggaraan berbagai event dan kegiatan pariwisata sangat berperan dalam menarik wisatawan untuk datang ke Yogyakarta.
“Biasanya tingkat kunjungan di masa low season hanya 25 hingga 35 persen dari kapasitas normal. Di periode ini wisatawan domestik masih jadi pengunjung dominan yang datang ke berbagai destinasi di DIY,” katanya.












