YOGYAKARTA, POPULI.ID – Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta tengah berupaya menghidupkan kembali aktivitas di 27 kampung wisata yang tersebar di berbagai wilayah. Dari jumlah tersebut, sekitar separuh di antaranya dinilai tidak aktif dan hanya berfungsi sebatas papan nama.
Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setda Kota Yogyakarta, Patricia Heny Dian Anitasari, mengatakan pihaknya telah menggandeng akademisi serta pelaku industri pariwisata untuk membantu mengembangkan potensi kampung wisata. Langkah ini berawal dari kegiatan workshop resiliensi industri pariwisata belum lama ini digelar.
“Kami ingin agar seluruh kampung wisata benar-benar aktif. Seperti di Bali, ketika wisatawan datang sudah tahu akan melihat tari kecak, nah di Jogja nanti kami ingin ada hal serupa,” ujar Heny, Kamis (30/10/2025).
Ia mencontohkan, setiap kampung wisata idealnya memiliki daya tarik khas dan kegiatan rutin yang bisa disaksikan pengunjung. Misalnya, pelatihan tari tradisional yang terbuka untuk umum atau pertunjukan budaya yang digelar secara berkala.
Menurut Heny, sebagian kampung wisata belum optimal karena keterbatasan sumber daya manusia dan manajemen pengelolaan. Karena itu, Pemkot akan memperkuat kolaborasi dengan kalangan akademisi, Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), serta asosiasi pemandu wisata agar kampung-kampung tersebut bisa kembali aktif dan mandiri.
“Kampung Notoprajan salah satu contoh yang sudah berjalan dengan baik. Harapannya semua kampung bisa seperti itu,” katanya.
Heny menambahkan, penguatan kampung wisata menjadi bagian dari upaya memperpanjang lama tinggal atau length of stay wisatawan di Kota Yogyakarta. Selama ini, kemudahan akses transportasi membuat banyak wisatawan hanya singgah sebentar.
“Sekarang banyak yang ke Jogja datang pagi, malam sudah pulang lagi. Kami ingin mereka betah, tinggal lebih lama, dan membelanjakan uangnya di Jogja,” ucapnya.
Untuk itu, Pemkot berupaya mengangkat kembali potensi lokal di tiap kampung wisata. Heny mencontohkan kawasan Kotagede yang tidak hanya dikenal lewat kerajinan peraknya, tetapi juga memiliki nilai sejarah dan kuliner khas seperti roti Kembang Waru.
“Nilai-nilai kebudayaan lokal ini yang perlu diangkat lagi agar wisata di Jogja tidak hanya berpusat di Malioboro,” tutur Heny.
Kepala Bidang Industri Pariwisata Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta, Cesaria Eka Yulianti, mengatakan pihaknya terus melakukan pendampingan terhadap kampung wisata. Pendampingan ini meliputi pemetaan potensi, pengembangan produk unggulan, hingga pelatihan digital marketing.
“Kami mendampingi kampung wisata untuk menggali potensi dan memperkuat promosi mereka. Ke depan, kami juga akan mengadakan test tour bersama pelaku industri pariwisata untuk menggeliatkan aktivitas kampung wisata,” jelas Cesaria.












