YOGYAKARTA, POPULI.ID – Menjelang akhir tahun 2025, sektor pariwisata Kota Yogyakarta menunjukkan tren positif. Hingga akhir September, pergerakan wisatawan telah mencapai sekitar 8,1 juta kunjungan dengan rata-rata lama tinggal atau length of stay mencapai 1,78 hari.
Kepala Bidang Industri Pariwisata Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta, Cesaria Eka Yulianti, mengatakan angka tersebut menunjukkan capaian yang sejalan dengan target tahunan pemerintah kota. Ia optimistis hingga Desember jumlah kunjungan bisa menyamai pencapaian tahun sebelumnya.
“Cut off per September sudah di angka 8,1 juta kunjungan. Insyaallah di Desember bisa minimal sama dengan tahun kemarin,” ujarnya, Jumat (31/10/2025).
Cesaria menyebut lama tinggal wisatawan saat ini relatif stabil di kisaran 1,78 hari. Sementara pengeluaran rata-rata atau spending money per wisatawan mencapai Rp 2,2 juta.
“Target kami memang disamakan dengan tahun lalu, karena efisiensi anggaran sedikit banyak berpengaruh terhadap pergerakan wisata, termasuk spending wisatawan,” katanya.
Meski ada pembatasan anggaran di sektor pemerintahan yang berdampak pada kegiatan Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (MICE), Cesaria menyebut Yogyakarta masih mampu menjaga geliat pariwisata berkat meningkatnya sport tourism.
“Kami sangat bergembira karena banyak event lari diselenggarakan di Kota Yogyakarta. Bahkan ada acara reuni akbar kemarin itu mendatangkan lebih dari 3.000 orang. Ini sangat membantu,” ungkapnya.
Ke depan, Dinas Pariwisata memperkirakan angka kunjungan akan terus meningkat seiring dengan padatnya agenda akhir tahun, baik berskala nasional maupun internasional.
“Pertengahan November ada Borobudur Marathon yang kelasnya sudah dunia, kemudian Hari Antikorupsi Nasional (Hakordia) juga akan diselenggarakan di Jogja,” tutur Cesaria.
Selain dua agenda besar tersebut, berbagai simposium profesi dan kegiatan akademik seperti wisuda mahasiswa turut berkontribusi pada meningkatnya kunjungan wisatawan.
“Kalau satu orang diwisuda, biasanya yang datang bisa lima sampai sepuluh orang. Jadi dampaknya luar biasa untuk okupansi dan pergerakan ekonomi lokal,” jelas Cesaria.
Ia menegaskan, optimisme terhadap sektor pariwisata tetap tinggi karena Yogyakarta masih menjadi kota favorit untuk penyelenggaraan MICE dan event nasional.
“Kami optimistis karena Jogja masih jadi kota favorit bagi wisatawan maupun penyelenggara kegiatan,” tandasnya.
Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) DIY mencatat periode Oktober hingga pertengahan Desember 2025 merupakan masa low season bagi kunjungan wisatawan ke Yogyakarta.
Ketua GIPI DIY, Bobby Ardianto, menjelaskan kondisi ini terjadi karena pada rentang waktu tersebut tidak ada libur nasional maupun libur panjang yang mampu mendorong lonjakan wisatawan. Menurutnya, peningkatan jumlah kunjungan hanya akan terlihat pada weekend. Sementara pada weekday, tingkat kunjungan cenderung menurun.
Bobby menambahkan, di masa low season seperti ini, penyelenggaraan berbagai event dan kegiatan pariwisata sangat berperan dalam menarik wisatawan untuk datang ke Yogyakarta.
“Biasanya tingkat kunjungan di masa low season hanya 25 hingga 35 persen dari kapasitas normal. Di periode ini wisatawan domestik masih jadi pengunjung dominan yang datang ke berbagai destinasi di DIY,” katanya.












