YOGYAKARTA, POPULI.ID – Keberhasilan PSIM Yogyakarta promosi ke Liga 1 musim depan sekaligus menjuarai Liga 2 musim 2024-2025 nyatanya terdapat peran penting dari sosok srikandi di belakangnya. Satu diantara perempuan itu adalah Direktur Utama PSIM Yogyakarta Yuliana Tasno.
Sejak dipercaya sebagai Direktur Utama pada musim 2023, Liana, panggilan akbar Yuliana Tasno, tak hanya memberi perubahan signifikan di tubuh manajemen, tetapi juga berusaha memberi kesempatan bagi perempuan untuk bekerja secara profesional di internal tim sepak bola.
“Baik perempuan atau pria itu sama-sama bisa berkompetisi untuk siapa yang lebih unggul,” ungkap perempuan kelahiran 19 Juli 1983 seperti dikutip dari laman PSIM Yogyakarta.
Keyakinan akan potensi diri menjadi fondasi filosofi kepemimpinan Liana. Dalam manajemen PSIM Yogyakarta tahun 2025, kuantitas representasi perempuan dan laki-laki terhitung setara.
“Siapapun bisa, asal mau. Jadi pertanyaannya itu bukan bisa atau enggak, tapi mau atau enggak. Kalau mau, ya harus usaha. Tidak ada sesuatu yang langsung jadi bagus. Semua harus diusahakan, diperbaiki, dan ditata supaya itu jadi bagus,” jelasnya.
Perempuan dan Komunikasi Empati
Dalam pengamatan Liana, perempuan yang bekerja di balik layar klub olahraga dapat bekerja lebih tertata dan detail. Meski, ia tidak memungkiri pula, laki-laki juga dapat bekerja secara terstruktur dan rapi.
“Baik perempuan atau pria itu sama-sama bisa berkompetisi untuk siapa yang lebih unggul. Dari yang saya amati di tim manajemen PSIM, perempuan yang paling jagoan in to details,” terang Liana.
Belajar dari pengalamannya, Liana berharap agar tim olahraga lebih membuka peluang bagi perempuan. Selain sebagai representasi kuantitas, ia meyakini tim olahraga dengan manajemen yang terbuka dan tidak maskulin akan mengedepankan komunikasi empati.
Senada dengan Liana, Sekretaris Klub PSIM Yogyakarta Aprilia Sulistyowati mengungkapkan hadirnya sejumlah perempuan manajemen klub sepak bola mendatangkan berbagai sisi positif, dari diskusi yang sehat hingga kekompakkan internal.
“Bisa diskusi berbagai hal lebih enak, lebih cair. Mengedepankan empati. Dengan begitu, kita mampu saling bekerja secara hati-hati dan maksimal. Pun, juga ada waktu-waktu tertentu muncul sisi emosional, ini bisa dianggap negatif dan postif, tergantung case-nya ya,” jelas eks Media Officer PSIM Yogyakarta periode 2022-2023 itu.
Menurut April, panggilan akrab Aprilia Sulistyowati, tantangan bekerja di dunia olahraga seperti sepak bola yang masih didominasi oleh laki-laki adalah menjaga ruang aman bagi perempuan. Meski demikian, ia meyakini hal penting itu dapat diusahakan oleh bersama.
“Sejauh ini, saya merasa dunia sepak bola cukup aman bagi perempuan. Sudah banyak perubahan, khususnya respons suporter terhadap manajemen klub, bahkan bisa dibilang respons mereka nyaris tidak ada perbedaan saat saat klub dipimpin oleh perempuan atau laki-laki,” pungkas alumni Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta itu.
Tepat pada peringatan Hari Kartini 21 April 2025, Liana dan April membuktikan bahwa semangat emansipasi dan kepemimpinan yang kuat tidak mengenal batas gender. Dedikasi dan visinya membawa angin segar bagi PSIM Yogyakarta, menginspirasi tidak hanya bagi para perempuan, tetapi juga seluruh insan sepak bola.