YOGYAKARTA, POPULI.ID – Inovasi siswa kelas 8 SMP Negeri 2 Yogyakarta berhasil mencuri perhatian dalam gelaran Fest Kanologi, sebuah festival Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) bertema “Innovating for a Better Future.”
Satu di antara karya unggulan yang menarik perhatian adalah RoomWatch, alat pemantau ruangan berbasis web yang mampu mendeteksi jumlah orang dan tingkat kebisingan secara real time.
Alat ini dikembangkan oleh tujuh siswa: Jeremy Daniswara Suaebo, Alif Rahma, Charis Laksono, Devin Putra, Mario Abel, Muhammad Arfa, dan Victoria.
Ketua tim pengembang, Jeremy Daniswara Suaebo, menjelaskan bahwa alat ini dibuat sebagai solusi atas kebutuhan monitoring ruangan yang efisien di lingkungan sekolah.
“Kami menggunakan dua sensor: ultrasonik untuk menghitung jumlah orang, dan mikrofon untuk mendeteksi kebisingan,” ujar Jeremi.
Ia menuturkan, ide awal RoomWatch muncul ketika ia tengah belajar membuat web.
Saat tema P5 diumumkan, ia langsung terpikir untuk menggabungkan sistem web dan perangkat fisik.
“Saya terinspirasi dari kamera CCTV yang bisa diakses lewat web. Dari situ muncul ide membuat alat pemantau ruangan dengan tampilan data di dashboard web lokal,” tambahnya.
Cara kerja RoomWatch cukup presisi.
Dua sensor ultrasonik digunakan untuk mendeteksi arah gerakan masuk dan keluar berdasarkan urutan nyala sensor.
Data kemudian dikirim ke dashboard,dikategorikan, dan ditampilkan secara visual dalam bentuk indikator warna yang menunjukkan tingkat kepadatan dan kebisingan ruangan.
“Indikator warnanya berubah sesuai jumlah orang dan tingkat suara. Kalau padat, warnanya jadi kuning atau merah,” jelas Jeremi.
Meski demikian, ia mengakui alat ini masih memiliki keterbatasan.
“Kurang akurat saat orang bergerombol dan sensor mikrofon masih sensitif terhadap pengaturan,” ujarnya.
Namun begitu, *RoomWatch dinilai memiliki potensi besar* untuk diterapkan tidak hanya di sekolah, tetapi juga di ruang-ruang publik lainnya. Jeremi berharap alat ini bisa terus dikembangkan agar manfaatnya semakin luas.
Kepala SMP Negeri 2 Yogyakarta, *Orbantari Dwi Santosawati*, melalui Ketua Panitia Fest Kanologi, menyampaikan bahwa kegiatan ini menjadi ajang untuk menjaring bibit unggul di bidang riset dan teknologi sejak dini.
“Siswa sudah mulai dilatih meneliti sejak kelas 7. Jika produknya bagus, akan kami dorong untuk ikut Opsi atau ajang penelitian lanjutan,” ungkapnya.
Pameran ini melibatkan seluruh siswa kelas 7 dan 8, dengan total 14 kelas, di mana masing-masing kelas dibagi menjadi empat kelompok.
Setiap kelompok mengembangkan proyek riset berdasarkan minat mereka, terutama di bidang sains dan teknologi.
“Kelas 8 sudah harus mampu mengidentifikasi masalah dan memodifikasi solusi. Jika hasilnya bagus, kami simpan untuk diikutkan pada ajang tingkat kota atau nasional,” lanjutnya.
Ia juga menyoroti karya lain seperti *drone* buatan siswa yang belum berfungsi akibat kerusakan dinamo.
Namun, hal ini tetap dianggap sebagai bagian penting dari proses pembelajaran.
“Walaupun ada kendala teknis, anak-anak jadi tahu letak masalah dan cara memperbaikinya. Itu yang kami hargai,” ujarnya.
Persiapan pameran dimulai sejak awal April, sementara gagasan penelitian telah dikenalkan sejak semester pertama.
Dengan pembinaan yang berkelanjutan, pihak sekolah berharap akan lahir lebih banyak inovator muda yang siap bersaing di tingkat nasional.
Maaf saya koreksi nama anak saya. Bukan Jeremy Daniswara Sitompul tapi Jeremi Daniswara Suaebo.
Terima kasih
terimakasih pak Prana atas koreksi dan perhatiannya. Semoga putranya makin sukses
Maaf saya koreksi nama anak saya : Jeremy Daniswara Suaebo bukan Jeremi (pake Y bukan I) Daniswara Suaebo (bukan Sitompul)
Terima kasih.