SLEMAN, POPULI.ID – Dinas Pertanian, Pangan, dan Perikanan (DP3) Sleman mengungkapkan kebutuhan susu di Bumi Sembada saat ini masih belum tercukupi sepenuhnya.
Menurut catatan DP3 Sleman dari populasi sebanyak 7.000 hingga 7.300 sapi perah Friesian Holstein hanya sekitar 50 persen dari jumlah tersebut yang benar-benar bisa diperah.
Plt Kepala DP3 Sleman, Rofiq Andriyanto, mengatakan penyebab turunnya produksi susu di Kabupaten Sleman karena wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang menyerang ternak.
“Sebagian sapi perah yang sudah sembuh (dari PMK) hanya mampu memproduksi sekitar 2 liter susu per ekor, sedangkan beberapa. sapi lain dijual karena khawatir terjangkit,” katanya kepada wartawan, Rabu (30/7/2025).
Dia menjelaskan, penurunan produksi susu akibat PMK berkisar antara 50 sampai 60 persen. Penurunan ini juga dipengaruhi oleh masa laktasi.
“Di mana produksi susu pada awal laktasi masih rendah, kemudian meningkat, lalu berkurang mendekati akhir masa laktasi,” jelasnya.
Rofiq mengungkapkan, setiap sapi memiliki produksi susu yang berbeda-beda sepanjang masa laktasi. Tergantung faktor genetik, kualitas pakan, umur sapi, dan manajemen budidaya. Di Kabupaten Sleman, produksi susu normal biasanya berkisar antara 12 hingga 15 liter per sapi. Namun, sapi yang terpapar PMK dapat mengalami penurunan produksi hingga hanya 6 liter atau bahkan tidak berproduksi sama sekali.
“Ketika sudah sembuh juga tidak bisa pulih produksinya, berkurang 2 sampai 4 liter atau 30 sampai 40 persen dari produksi awal Jadi kalau sudah sembuh, produksi susu juga tidak maksimal. Dari 12 hingga 15 liter per ekor bisa berkurang 2 sampai 4 liter per ekor,” ungkapnya.
Menurutnya, produksi susu sapi perah di Sleman memang tengah mengalami pemulihan. Dampak PMK menyebabkan penurunan drastis produksi susu sapi. Sehingga DP3 Sleman tengah mendorong peningkatan populasi sapi perah untuk mengatasi kekurangan pasokan susu.
Rofiq menyebut, pihaknya juga mendapatkan dukungan dari pemerintah pusat melalui Kementerian Koperasi yang memberikan bantuan sarana dan prasarana bagi pusat industri persusuan untuk proses pasteurisasi.
Namun, fasilitas yang ada di Balai Penyuluhan Pertanian, Pangan dan Perikanan (BP4) Wilayah V Pakem ini belum optimal dimanfaatkan karena masih dalam tahap uji coba oleh pemerintah pusat dan provinsi.
Terkait rencana impor susu, Rofiq memastikan bahwa Pemerintah Kabupaten Sleman tidak menganggarkan impor susu. Langkah impor sendiri dilakukan oleh masing-masing produsen seperti Koperasi Susu Merapi Sejahtera (Samesta) dan Koperasi Peternakan Sarono Makmur.
“Kami (Pemkab) fokus pada penguatan modal bagi peternak melalui APBD,” ujarnya.
Dia juga memastikan Pemkab Sleman telah menggunakan anggaran untuk mengganti ternak yang mati akibat penyakit brucellosis. Serta menjajaki bantuan sosial untuk peternak melalui dinas sosial jika terjadi kejadian luar biasa pada ternak.
Sementara dalam upaya mendorong peningkatan produksi susu sapi dan kambing di lereng Merapi, Rofiq menegaskan pihaknya berfokus pada peningkatan kualitas susu, populasi ternak, dan kesehatan ternak.
“Kami melakukan pendampingan secara rutin, termasuk melalui kegiatan Puskeswan keliling untuk menjaga sanitasi kandang dan kesehatan ternak agar tetap prima,” jelasnya.
Dia menambahkan, dinasnya juga mendukung para peternak agar dapat berpartisipasi dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diharapkan menjadi peluang besar untuk meningkatkan perekonomian peternak lokal. Hingga kini, Koperasi Peternak Sarono Makmur menjadi satu-satunya yang sudah bisa mendistribusikan susu ke program MBG.
“Kami concern kepada para peternak sapi perah atau kambing perah untuk bisa ikut ambil bagian di MBG. Itu kan jadi ceruk yang luar biasa untuk meningkatkan perekonomian mereka,” ucap Rofiq.
Terpisah, Ketua Koperasi Samesta, Ruslan, menjelaskan pihaknya telah melakukan percobaan pemberian susu pasteurisasi di sejumlah sekolah sebagai bagian dari dukungan terhadap program MBG. Dengan menggunakan alat yang mampu memproduksi 100 liter sekali proses, koperasi tersebut dapat memproduksi sekitar 3.000 cup susu pasteurisasi setiap harinya.
“Kami berencana mendistribusikan 300 cup susu untuk setiap SPPG (Satuan Pelayanan Pemulihan Gizi). Kami kemarin sudah melakukan uji coba di beberapa sekolah,” ungkap Ruslan.