• Tentang Kami
Sunday, November 2, 2025
populi.id
No Result
View All Result
  • Login
  • HOME
  • NEWS
    • GLOBAL
    • NASIONAL
    • POLITAINMENT
  • SLEMAN
  • BANTUL
  • KOTA YOGYAKARTA
  • KULON PROGO
  • GUNUNGKIDUL
  • JATENG
    • KEDU
    • SOLO RAYA
  • BISNIS
  • UMKM
  • SIKAP
  • PSS SLEMAN
  • URBAN
    • SPORT
      • LIGA
    • CENDEKIA
    • KESEHATAN
    • KULTUR
    • LIFESTYLE
    • OTOMOTIF
    • TEKNO
  • HOME
  • NEWS
    • GLOBAL
    • NASIONAL
    • POLITAINMENT
  • SLEMAN
  • BANTUL
  • KOTA YOGYAKARTA
  • KULON PROGO
  • GUNUNGKIDUL
  • JATENG
    • KEDU
    • SOLO RAYA
  • BISNIS
  • UMKM
  • SIKAP
  • PSS SLEMAN
  • URBAN
    • SPORT
      • LIGA
    • CENDEKIA
    • KESEHATAN
    • KULTUR
    • LIFESTYLE
    • OTOMOTIF
    • TEKNO
No Result
View All Result
populi.id
No Result
View All Result
Home Cendekia

Banyak Sarjana Jadi Pekerja Informal, Ekonom: Cermin Tingkat Kemiskinan Struktural

Bagi Wisnu, upah minimum bukan menjadi masalah utama dari tingginya angka pekerja informal di Indonesia. Sebab, kondisi masih kurangnya tingkat penyerapan tenaga kerja formal yang memadai

byredaksi
October 30, 2025
in Cendekia, headline
Reading Time: 2 mins read
A A
0
ilustrasi pekerja informal. [vecteezy/Amien Rahmat Noprianto Yusuf]

ilustrasi pekerja informal. [vecteezy/Amien Rahmat Noprianto Yusuf]

0
SHARES
3
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare via WhatsApp

SLEMAN, POPULI.ID – Badan Pusat Statistik pada Februari 2025 lalu melakukan survey yang menunjukkan bahwa porsi pekerja informal di Indonesia mencapai 59,4%.

Angka yang cukup tinggi tersebut yang kemudian membatasi ambisi Indonesia menjadi negara maju. Kurangnya penyerapan tenaga kerja formal yang memadai dan penurunan jam kerja penuh ditengarai menjadi penyebab.

BERITA MENARIK LAINNYA

Pasar Induk Godean Disiapkan Jadi Pusat Ekonomi Baru, Pemkab Sleman Dorong Daya Saing Pedagang Lokal

Kunjungan Sempat Stagnan, PASTHY Yogyakarta Didorong Bangkit Lewat Event dan Layanan Baru

Masih tingginya angka pekerja sektor informal menurut Ekonom UGM Wisnu Setiadi Nugroho memiliki korelasi yang kuat dengan kemiskinan struktural. Hal ini pula disebabkan oleh lapangan kerja formal yang kurang memadai.

“Perlu dicatat, bahwa salah satu pilar pengentasan kemiskinan adalah active labor policy atau memberikan pekerjaan yang baik dan layak. Saya menekankan bahwa meskipun angka pengangguran terbuka mungkin rendah, yaitu kurang dari 5% banyak pekerja tetap berada dalam kondisi underemployment atau pekerjaan informal yang tidak memiliki jam kerja yang memadai,” ungkapnya dilansir dari laman UGM, Kamis (30/10/2025).

Faktor gelombang PHK di sektor manufaktur dan jasa mendorong para pekerja beralih ke sektor informal karena fleksibilitasnya. Disamping itu, banyak lulusan sarjana dan pekerja yang terpaksa beralih ke sektor informal yang tidak sesuai dengan kompetisi karena pilihan terbatas.

Fenomena tersebut menurut Wisnu menjadi semacam “pelampung” bagi angkatan kerja yang tidak terserap oleh sektor formal.

“Jadi saya menilai bahwa kemiskinan struktural dan keterbatasan lapangan kerja formal adalah bagian penting dari permasalahan ini,” katanya.

Bagi Wisnu, upah minimum bukan menjadi masalah utama dari tingginya angka pekerja informal di Indonesia. Sebab, kondisi masih kurangnya tingkat penyerapan tenaga kerja formal yang memadai, penurunan jam kerja penuh, dan pertumbuhan usaha rumah tangga yang informal menjadi pokok utama dari kasus ini.

Ia memberi contoh, sebanyak 80% lapangan kerja baru antara 2018-2024 yang muncul di usaha rumah tangga informal.

Ia merekomendasikan beberapa solusi yang bisa dilakukan oleh pemerintah  dengan mendorong pengembangan sektor produktif, seperti industrialisasi yang menyerap banyak tenaga kerja, peningkatan kapasitas tenaga kerja, dan dukungan agar usaha mikro naik kelas menuju formalitas.

Wisnu sendiri memiliki beberapa saran yang dapat diupayakan pemerintah, yakni fokus pada kualitas pekerjaan, bukan hanya kuantitas. Lalu, mendorong formalitas dan transisi dari informal ke formal atau menerapkan skema insentif  agar usaha informal (termasuk usaha rumah tangga) dapat naik kelas, dengan cara yaitu memperoleh akses pembiayaan, teknologi, pelatihan bisnis, dan insentif fiskal agar tercatat, mematuhi regulasi, dan menyediakan pekerja formal.

Dikatakan Wisnu, beberapa langkah yang bisa diambil pemerintah bukan hanya menurunkan atau menyesuaikan upah minimum, tetapi melakukan langkah komprehensif untuk meningkatkan produktivitas, memperkuat pelatihan vokasi, mendorong transformasi usaha informal menjadi formal, serta memberikan insentif bagi formalitas.

Tidak hanya itu, Wisnu menegaskan bahwa upaya meningkatkan produktivitas tenaga kerja dan kapasitas usaha juga penting untuk dilakukan. Hal ini penting untuk menghindari jebakan ‘skill trap’.

“Memperkuat sistem pelatihan vokasi, magang, dan link and match antara pendidikan dan kebutuhan industri agar lulusan memiliki kompetensi yang dibutuhkan,” pungkasnya.

Tags: ekonomikemiskinan strukturalpekerja informalsarjanatenaga kerjaWisnu Setiadi Nugroho

Related Posts

wajah baru Pasar Induk Godean.

Pasar Induk Godean Disiapkan Jadi Pusat Ekonomi Baru, Pemkab Sleman Dorong Daya Saing Pedagang Lokal

October 29, 2025
Pengendara melintas di depan Pasar Aneka Satwa dan Tanaman Hias Yogyakarta (PASTHY).

Kunjungan Sempat Stagnan, PASTHY Yogyakarta Didorong Bangkit Lewat Event dan Layanan Baru

October 28, 2025
Pengunjung menikmati suasana gelaran Festival Angkringan Yogyakarta 2025 di Pasar Aneka Satwa dan Tanaman Hias Yogyakarta (PASTY), Sabtu (25/10/2025). (Gregorius Bramantyo)

Angkat Ikon Kuliner Kota, Festival Angkringan Yogyakarta 2025 Hidupkan Ekonomi Lokal di PASTY

October 25, 2025
Kepala Dispora Sragen, Joko Hendang Murdono

Dongkrak Pariwisata dan Potensi Daerah, Pemkab Sragen Gelar Sangiran Fair 2025

October 23, 2025
Sekda Jateng Sumarno saat membuka Rapat Konsolidasi Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih, di Hotel Grand Candi Semarang, Senin (20/10/2025) malam.

Koperasi Merah Putih di Jateng Sudah Terbentuk 100 Persen, Sekda: Tapi Masih Ada PR

October 21, 2025
Ilustrasi penyediaan sembako di pasar murah

Harga Kebutuhan Pokok Kembali Naik, Ekonom UGM: Berpotensi Pengaruhi Inflasi

October 3, 2025
Next Post
Kepala Bidang Perlindungan dan Jaminan Sosial Dinas Sosial (Dinsos) Sleman, Sarastomo Ari Saptoto.

Sejumlah Penerima PKH di Sleman Dicabut Gara-gara Terlibat Judi Online

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

No Result
View All Result

TERPOPULER

Ilustrasi SMP di Sleman

8 SMP Terbaik di Sleman yang Bisa Jadi Pilihan

June 4, 2025
Berikut 10 SMP unggulan di Bantul yang bisa dijadikan acuan sebelum mendaftar SPBM 2025.

Inilah 7 SMP Unggulan di Bantul yang Paling Diburu Jelang SPMB 2025

June 9, 2025
Kabupaten Bantul memiliki sejumlah Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang menjadi incaran para pendaftar.

10 SMP Favorit di Bantul: Pilihan Terbaik Sekolah Negeri dan Swasta

June 18, 2025
ilustrasi : Sekolah Dasar

10 SD Favorit di Bantul dengan Akreditasi A, Layak Jadi Pilihan!

June 12, 2025
Sejumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI asyik berjoget usai sidang tahunan MPR RI (tangkapan layer : YT/TVParlemen)

Joget di Atas Luka Rakyat, Tarian di Tengah Kubangan Derita Bangsa

August 18, 2025

Subscribe

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Privacy Policy
Copyright ©2025 | populi.id

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • HOME
  • NEWS
    • GLOBAL
    • NASIONAL
    • POLITAINMENT
  • SLEMAN
  • BANTUL
  • KOTA YOGYAKARTA
  • KULON PROGO
  • GUNUNGKIDUL
  • JATENG
    • KEDU
    • SOLO RAYA
  • BISNIS
  • UMKM
  • SIKAP
  • PSS SLEMAN
  • URBAN
    • SPORT
      • LIGA
    • CENDEKIA
    • KESEHATAN
    • KULTUR
    • LIFESTYLE
    • OTOMOTIF
    • TEKNO

Copyright ©2025. populi.id - All Right Reserved.