JAKARTA, POPULI.ID – Umpatan Ndasmu! seketika menyeruak sampai-sampai mengalihkan riuhnya konser Greenday hingga Linkin Park akhir pekan kemarin.
Ya, aura Billy Joe Amstrong hingga Mike Shinoda sepertinya masih kalah riuh dengan bisikan Prabowo Subianto ketika menyampaikan pidato politiknya pada puncak HUT ke-17 Partai Gerindra yang dipusatkan di Setul International Convention Center, Bogor, Sabtu (15/2/2025).
Presiden ke-8 tersebut mengucap dengan lirih kata Ndasmu! sebanyak tiga kali sebagai ekspresi atas kritik yang ditujukan kepadanya.
Sejurus dengan itu, tiga kali pula umpatan Prabowo tersebut disambut riuh para kader hingga kolega yang menyemut di gedung pertemuan tersebut.
Tak selesai di situ, gaungnya pun hingga dua hari terakhir ini masih begitu tergiang hingga mendapat beragam komentar publik dan tokoh.
Sejatinya, Prabowo bukan kali itu saja melontarkan kata Ndasmu! di forum besar. Tercatat, dalam dua tahun terakhir bila dijumlahkan, ia menyebut kata Ndasmu di forum besar sebanyak lima kali. Itu sudah termasuk yang kemarin Sabtu ya.
Terhitung Lima Kali
Momen perdana mencuat ketika Prabowo kesal diteror soal etik oleh lawan politiknya Anies Baswedan pada debat Capres setahun lalu.
Pernyataan Ndasmu keluar dari mulut mantan Danjen Kopassus itu saat menghadiri acara internal Rakornas Partai Gerindra.
Ia kesal lantaran merasa terpojok oleh pernyataan Anies Baswedan mengenai pelanggaran etik berkait dengan keputusan MK yang meloloskan Gibran selaku pasangannya dalam Pilpres 2024.
Momen berikutnya kata Ndasmu kembali terlontar dari Prabowo saat menghadiri Kongres ke-6 Partai Amanat Nasional pada 24 Agustus 2024.
Ekspresi andalan Prabowo itu keluar ketika ia bercerita mengenai embargo produk kelapa sawit Indonesia oleh Eropa.
Mantan suami Titiek Soeharto itu bercerita nyaris mengumpat Ndasmu di hadapan para pengusaha dan Kadin Prancis yang menuding Indonesia merusak hutan demi komoditas kelapa sawit.
“Katanya mereka, kita merusak hutan, mereka yang datang ke kita, mereka merusak hutan tapi kita yang disalahkan. Kalau ngga ada wartawan saya mau ngomong Ndasmu! tapi ngga boleh yaa,” kata Prabowo berkisah di hadapan kader PAN kala itu.
Ndas Pitik
Kata Ndasmu yang dilontarkan Prabowo menjadi riuh selain karena yang berucap seorang presiden, lebih dari itu kata tersebut merupakan kategori umpatan terkasar dalam bahasa Jawa.
Mengutip dari nationalgeographic.grid.id, Ndas merupakan kata benda level terbawah untuk menunjuk pada kepala.
Dalam tatanan bahasa Jawa terdapat beberapa level kata dari mulai kasar hingga halus yang maknanya disesuaikan untuk konteks tertentu, termasuk dalam hal ini kata ndas.
Dalam percakapan bahasa Jawa sehari-hari kata ndas ditujukan untuk menyebut kepala hewan semisal ndas pitik, ndas sapi.
Sementara untuk konteks yang lebih sopan atau halus, dipakai kata sirah hingga level teratasnya yakni mustoko.
Nah di dalam falsafah Jawa, kalau tak ingin dicap tak sopan maka kehati-hatian dalam berucap sangat penting diperhitungkan.
Kehati-hatian itu tercermin dalam axioma Jawa yakni Ajining diri ono ing lathi, ajining rogo ono ing busono. Atau kalau istilah populernya, mulutmu harimaumu.
Kata yang Lazim
Menariknya, kata Ndasmu ini merupakan hal yang lumrah diucapkan bagi warga Banyumas yang notabene juga bagian dari entitas masyarakat Jawa.
Hal itu seperti diucapkan Guru Besar Universitas Muhammadiyah Purwokerto Prof Sugeng Priyadi.
Penulis Babad Banyumas itu menyebut kata ndasmu lebih lazim dipakai warga Banyumas dalam pergaulan. Konteksnya sebagai bentuk keakraban hingga candaan.
“Orang Banyumas lebih lazim dengan kata Ndasmu untuk pergaulan ketimbang sirah atau mustoko meski itu kata halus ya,” terangnya.
Penggunaan kata ndasmu yang dianggap lazim pada masyarakat Banyumas lantaran dalam riwayatnya, masyarakat di sana memegang prinsip egaliter dimana memandang semua orang sama tak ada yang lebih tinggi atau rendah.
“Dan budaya cablaka yang kental membuat masyarakat Banyumas kemudian terbiasa bercanda atau berkomunikasi sehari-hari dengan kata ndasmu hingga gundulmu,” jelasnya.
Kalau merujuk apa yang disampaikan Prof Sugeng, barangkali ucapan Ndasmu yang kerap dilontarkan Prabowo adalah hal yang maklum mengingat Prabowo lahir dan hidup di lingkungan orang Banyumas.
Seperti jamak diketahui, Prabowo punya riwayat kental dari Banyumas. Hal itu lantaran leluhurnya berasal dari wilayah yang dulu disebut Selarong itu.
Sebut saja Margono Djojohadikusumo yang tak lain kakek Prabowo. Ia berasal dari Banyumas dan seusai wafat dimakamkan di Dawuhan salah satu wilayah di Banyumas.
Leluhur Prabowo lainnya yakni Raden Yudhanegara II juga merupakan orang terpandang di Kabupaten Banyumas semasa hidupnya.
Tapi, walau barangkali wajar kata Ndasmu dilontarkan di Banyumas, dalam konteks ini tentu jadi tak wajar bila mempertimbangkan jabatan dan posisi Prabowo Subianto terkini.
Ya, mudah-mudahan kata Ndasmu tak lagi keluar dari mulut Prabowo apalagi di forum besar yang ditonton banyak masyarakat tanah air.
Di Jawa terutama Jawa Tengah dan Jogja kata “ndasmu” kadang ditambahi “atos”. “Ndasmu atos” (kepalamu keras) sering diucapkan atas kekesalan terhadap orang lain yg dirasa ucapannya tdk menyenangkan. Ketika kata-kata itu diucapkan biasanya akan menimbulkan jarak/permusuhan antara yg mengucapkan dan org yg dituju.
Kata-kata ini jelas tidak sopan/tidak pantas meskipun diucapkan untuk yang se level dlm pergaulan maupun kedudukan. Bagaimana kok bisa keluar/diucapkan oleh org nomor 1 di negeri ini?
#akududuwongedan