YOGYAKARTA, POPULI.ID – Asap kemenyan menyeruak di pintu barat Pasar Beringharjo. Seketika itu sosok petruk muncul bersama arak-arakan bertulis Petruk Kecu dadi Ratu.
Aksi teatrikal yang berlangsung Jumat (21/2/2025) siang itu dilakukan oleh massa yang menamakan diri Masyarakat Tradisi Jogja atau diringkas Matra.
Dalam aksinya, massa Matra mengusung sosok petruk yang dielu-elukan diarak hingga ke depan pintu gerbang Gedung Agung yang merupakan tempat singgah presiden ketika berkunjung ke Yogyakarta.
Tapi sesaat kemudian suasana berubah ketika mengetahui paras asli petruk merupakan durjana atau buto cakil.
Kegeraman dari massa yang melihat muslihat petruk berhati durjana kemudian memuncak. Suara kentongan seketika berbunyi disambut dengan lemparan bola warna-warni dari massa kepada sosok Petruk yang kemudian berakhir tragis. Petruk tewas dengan selimut kain bertulis Adili Kecu.
Rendra yang merupakan perwakilan Matra yang hari itu menggelar teatrikal menyebut aksi yang dipertunjukkan itu merupakan bentuk keresahan.
Ia menilai negara hari ini sedang tidak baik-baik saja. Ontran-ontran yang dibuat Jokowi ketika berkuasa hingga kini berlanjut di era Prabowo secara nyata mencederai konstitusi dan menyengsarakan rakyat.
“Nepotisme dalam politik sangat vulgar terlihat di masa Jokowi. Itulah kenapa ia perlu digugat dan diadili,” ujarnya.
“Belum lagi program Makan Bergizi Gratis yang kemudian berujung dengan adanya efisiensi anggaran, kebijakan ini sangat semena-mena. Meski anak kenyang tapi tetap miskin, pendidikan mahal dan sengsara,” imbuhnya.
Ia pun meminta pemerintah harus lebih mendengar apa yang disuarakan rakyat serta mau mengoreksi apa yang salah.
“Kami tentu meminta sekarang saatnya negara ini diperbaiki. Pemerintah tak boleh abai dengan suara rakyat, karena kekuasaan bukanlah hal yang abadi,” tukasnya.